Category: Kopipedia

  • Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

    Menyeduh kopi di rumah tentu memiliki keasyikannya sendiri, selain murah tentu saja juga mudah dilakukan. Banyak alat seduh manual yang bisa dipakai dan dieksplor untuk mendapatkan cita rasa kopi yang diinginkan. Ibaratnya kalian menjadi barista bagi diri kalian sendiri.

    Manual brew memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimana alat seduh yang diciptakan dari tahun ke tahun memiliki keunikannya masing-masing. Nah dalam artikel ini kami akan membahas sejarah, metode dan alat seduh manual.

    Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

    Awal Mula Manual Brew

    Meski tidak ada catatan pasti sejak kapan orang-orang mulai mengkonsumsi kopi, tetapi kebanyakan orang berpendapat hal ini dimulai di daerah Ethiopia. Menurut penjelajah Eropa, bangsa Oromo yang merupakan nenek moyang bangsa Ethiopia adalah yang pertama kali mengkonsumsi kopi. Tetapi dengan cara mencampurnya dengan lemak hewan sehingga menjadikan cherry kopi semacam cemilan yang bisa tahan lama.

    Kemudian pada abad ke-15 kekaisaran Ottoman (Turki) yang saat itu mencakup wilayah Afrika Utara, Eropa Tengah dan Timur serta Asia. Mereka membuat jalur perdagangan utama, dan dari sinilah kopi mulai dikenal bangsa Turki dan kemudian dijadikannya minuman.

    Bangsa Turki juga menemukan metode seduh manual yang pertama. Dimana biji kopi yang sudah disangrai, ditumbuk dengan alu dan lesung. Setelah itu ditaruh di semacam wadah yang bernama cezve (ibrik), ditambahkan air dan kemudian direbus. Metode seduh ini menyebar dengan cepat ke semua lapisan bangsa Turki, meski sebelumnya hanya bisa dinikmati para elit kekaisaran.

    Bangsa Ottoman berusaha untuk menyimpan biji kopi untuk mereka konsumsi sendiri. Tetapi kemudian diselundupkan ke luar dan sampai di Eropa. Setelah kolonial menyebar, dimana bangsa Eropa menjajah Afrika atau Asia. Dimulailah ketenaran kopi pada abad ke-18, meski pada awalnya hanya bisa dinikmati orang-orang kaya.

    Seiring berjalannya waktu kopi menjadi produk minuman yang digemari banyak orang. Dan manual brew masih menjadi idola, tidak hanya di coffee shop, juga di kalangan para home brewer.

    Baca juga : Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

    Drip, Immersion dan Pour Over

    Secara garis besar ada 3 metode dalam seduh manual, drip (tetes), immersion (rendam) dan pour over (tuang). Ketiga metode seduh tersebut tentu memiliki alatnya masing-masing dengan keunikannya tersendiri. 

    Metode manual brew pertama yang menjadi populer setelah cezve adalah metode drip. Metode ini pertama kali dikembangkan di Prancis selama abad ke-19 dan menggunakan wadah yang ditempatkan di antara dua ruang pot. Kopi ditempatkan di wadah dan air panas ditambahkan ke ruang atas, yang kemudian mulai ‘menetes’ melalui bubuk kopi ke ruang bawah.

    Abad ke-19 membawa penemuan hebat lainnya, filter kertas. Dikembangkan oleh Amalie Auguste Melitta Bentz untuk meningkatkan rasa kopinya dan menyaring bubuk kopi, khususnya minyak dalam kopi. Pada 1930-an, filter Melitta memiliki desain berbentuk kerucut yang diikuti oleh penemuan dripper berbentuk kerucut dengan lubang di bagian bawahnya.

    Metode ini kemudian dikenal sebagai pour over (penuangan). Metode penuangan bergantung pada gravitasi, karena air panas dituangkan di atas bubuk kopi dan kemudian ‘menetes’ ke dalam cangkir atau decanter. Beberapa merk pour over dripper yang populer antara lain adalah Hario V60, Chemex, dan Kalita Wave.

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

    Terakhir ada metode immersion (perendaman). Tentu saja sesuai namanya : bubuk kopi direndam sepenuhnya dalam air panas. Kemudian dibiarkan beberapa saat, sehingga air panas akan mengekstrak kopi. Bisa dikatakan alat seduh manual pertama dengan metode immersion adalah cezve.

    Penemuan yang membuat metode immersion menjadi populer di seluruh dunia tidak diragukan lagi adalah French Press. Selain itu ada lainnya termasuk Clever Dripper, Siphon (alias pembuat kopi vakum) dan Aeropress.

    Banyak dari alat seduh manual ini juga mengandalkan prinsip lain untuk mendapatkan ekstraksi yang maksimal. Aeropress misalnya, selain merendam bubuk kopi dalam air tetapi juga menggunakan tekanan untuk ekstraksi. Clever Dripper merupakan dripper tapi dengan metode immersion, dimana setelah ekstraksi selesai, katup yang ada di bawah bisa dibuka dan hasil ekstraksi menetes. 

    Baca juga : 5 Perbedaan Utama Antara Kopi Instan Dan Kopi Bubuk

    Alat seduh manual lain yang menggunakan tekanan untuk mengekstrak kopi adalah moka pot yang juga dikenal sebagai perkolator. Saat menggunakan moka pot, tekanan memungkinkan air panas di ruang bawah menembus lapisan kopi untuk mengekstraksi dan mencapai ruang atas.

    Ada beberapa opsi bukan untuk menyeduh kopi secara manual?

    Namun perbedaan antara metode ini tidak hanya mengacu pada desainnya, tetapi juga pada hasil ekstraksi. Mengetahui tips dan trik tentang metode yang digunakan untuk menyeduh, dapat membantu menemukan cita rasa kopi seperti apa yang diinginkan.

    Baca juga : Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

    Selain itu setiap alat seduh manual memiliki pendekatan yang berbeda. French Press dan Aeropress misalnya, keduanya menggunakan metode immersion. Tetapi memiliki fitur yang berbeda, berujung pada cita rasa kopi yang dihasilkan pun berbeda meski menggunakan jenis biji kopi yang sama.

    Untuk hasil ekstraksi, metode immersion umumnya akan memberikan cita rasa kopi yang mouthfull dan tebal, sedangkan pour over akan menghasilkan rasa yang clean dan ringan. Namun, ada banyak variabel yang dapat diubah saat menyeduh yang akan mempengaruhi hasil ekstraksi, apapun metode yang digunakan.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Efek Positif dan Negatif Meminum Kopi Bagi Kesehatan

    Menikmati secangkir kopi di pagi hari mungkin sudah menjadi hal yang wajib bagi beberapa orang. Yang dicari tentu saja kandungan kafein yang terkandung di dalamnya. Di mana senyawa tersebut bisa menjadi stimulus pada sistem saraf. Dampaknya secara langsung meningkatkan kesadaran dan energi tubuh, ada yang menyebutnya mood booster.

    Saat menyeruput kopi mungkin juga tidak banyak yang berpikiran apa keuntungan dan efek buruk dari mengkonsumsi minuman tersebut. Sejarah juga mencatat efek minum kopi yang masih menjadi perdebatan sampai saat ini.

    Yang menarik pada tahun 1991 kopi dimasukkan dalam daftar penyebab kanker (karsinogen) oleh World Health Organization (WHO). Baru pada tahun 2016 kopi bebas dari daftar tersebut, dikarenakan ada penelitian yang menemukan bahwa minuman ini tidak meningkatkan resiko terkena penyakit kanker.

    Bahkan malah sebaliknya, ada kemungkinan penurunan resiko terkena penyakit kanker. Terutama bagi orang-orang yang secara teratur mengkonsumsi minuman kopi. Jika dikonsumsi secara tepat, bisa dikatakan bahwa kopi merupakan minuman yang menyehatkan.

    Baca juga : 5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

    Hubungan Kopi dan Kesehatan

    Perlu diketahui kafein yang terkandung dalam kopi merupakan salah satu jenis obat-obatan. Secangkir kopi yang diminum selain terdiri dari banyak senyawa kimia, tentu juga mengandung kafein. Kandungan kafein dalam kopi yang biasa dipesan di kedai kopi pasti berbeda dengan kopi yang diseduh sendiri di rumah

    Sebagai acuan secangkir kopi 180 ml, mengandung sekitar 70 mg kafein. Jumlah aman tubuh menerima kafein sekitar 400 mg. Jadi 3-5 cangkir per hari merupakan jumlah aman mengkonsumsi kopi.

    Untuk kandungan kafein sendiri ditentukan beberapa hal. Yaitu, jenis biji kopinya apa, arabika atau robusta, kemudian bagaimana profil sangrainya, takaran kopinya seberapa banyak dan bagaimana cara menyeduhnya. Hal-hal tersebutlah yang menentukan jumlah kafein yang dikonsumsi saat kita menikmati si hitam.

    Selain itu, respon tubuh orang yang satu dengan yang lain juga berbeda ketika mendapat asupan kafein tersebut. Mengkonsumsi 70-300 mg kafein tentu memberi stimulus yang cukup bagi syaraf untuk meningkatkan energi, konsentrasi dan hal lainnya. Di atas jumlah tersebut akan berdampak negatif meski sementara, seperti kecemasan, kegelisahan, insomnia, dan meningkatnya detak jantung.

    Baca juga : 5 Perbedaan Utama Antara Kopi Instan Dan Kopi Bubuk

    Efek Negatif Kafein

    Seperti yang sudah dijelaskan di atas, minuman kopi menyehatkan jika dikonsumsi secara tepat (kafeinnya tidak berlebihan). Selain itu kafein juga bersifat adiktif bagi beberapa orang. Sehingga selalu ada rasa ingin menikmati terus-menerus.

    Berikut beberapa efek negatif kafein yang berlebihan :

    • Meningkatkan kecemasan dan mengganggu pola tidur, yang mengakibatkan tidur menjadi tidak berkualitas. Mengandalkan kafein untuk mengatasi rasa kantuk di siang hari, juga berdampak pola tidur pada malam harinya (insomnia).
    • Meningkatkan kadar gula darah, apalagi bagi penderita diabetes tipe 2. Yang berdampak pada kesulitan pengelolaan insulin pada tubuh. Menurut sejumlah penelitian, kafein juga dapat sedikit meningkatkan tekanan darah. Jadi jika mengalami kesulitan mengendalikan tekanan darah atau diabetes, beralih ke kopi tanpa kafein bisa menjadi pilihan.
    • Kafein pada kopi juga bisa membuat tidak nyaman pada perut. Terutama bagi yang memiliki masalah dengan asam lambung tinggi, maka kopi dan bahkan teh mungkin tidak tepat untuk dikonsumsi berlebih.
    • Kafein berpotensi menyebabkan keropos pada tulang belakang. Terutama pada wanita pascamenopause jika mereka minum lebih dari tiga cangkir kopi, atau 300 mg kafein sehari. Seorang wanita yang lebih tua harus memastikan dia mendapatkan setidaknya 800 mg kalsium setiap hari (melalui makanan atau suplemen) untuk mengimbangi efek kafein pada kalsium.

    Baca juga : Jenis Bahan Cangkir Kopi Dan Pengaruhnya Ke Rasa Kopi

    Efek Positif Kafein

    Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mereka yang mengkonsumsi kopi secara teratur dan tidak berlebihan, dapat mengurangi resiko terkena beberapa penyakit. Selain itu juga ada beberapa benefit lain diantaranya :

    • Kafein dapat mengurangi risiko terkena Alzheimer dan demensia. Kebiasaan mengkonsumsi kopi di usia 40-an dan 50-an, tiga hingga lima cangkir setiap hari. Dampaknya bisa mengurangi hingga 70% resiko terkena Alzheimer dan demensia di usia 70-an.
    • Mengkonsumsi kopi juga bisa menurunkan resiko terkena kanker mulut. Orang dewasa yang minum 4-5 cangkir kopi biasa setiap hari mengurangi resiko meninggal karena kanker mulut dan tenggorokan bagian atas.
    • Peminum kopi memiliki resiko kematian secara keseluruhan lebih rendah daripada yang bukan peminum. Secara khusus, peminum kopi cenderung meninggal bukan karena penyakit jantung, penyakit pernapasan, stroke, cedera dan kecelakaan, diabetes dan infeksi.
    • Selain mengurangi resiko terkena kanker mulut. Kafein juga berperan dalam mengurangi terkena penyakit kanker rahim, kanker prostat dan kanker hati.

    Baca juga : Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

    Menarik bukan bagaimana secangkir kecil kopi bisa berdampak pada tubuh kita. Tetapi hal ini juga kembali kepada tiap individu. Ada yang mengkonsumsi sampai 6 cangkir per hari bahkan lebih, dan mereka baik-baik saja. Sebaliknya ada juga yang mengkonumsi kopi tanpa kafein ataupun hanya teh, kemudian malamnya tetap terjaga.

    Bagi kalian yang ingin mengurangi konsumsi kafein, bisa dilakukan secara perlahan-lahan. Seperti mengurangi sedikit-sedikit selama beberapa minggu, dan mungkin mengganti dengan kopi tanpa kafein. 

    Karena kita sadar apa yang kita konsumsi ke dalam tubuh kita. Tentu tidak ingin  bukan apa yang sudah kita konsumsi berdampak buruk bagi tubuh, tidak hanya kopi juga hal lainnya. Jadi konsumsi makanan/minuman sewajarnya.

    Jangan lupa, selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Beberapa Fakta-Fakta Yang Menarik Tentang Kopi Luwak

    Kopi luwak (luwak kopi) atau yang dalam bahasa Inggris disebut Civet coffee. Salah satu jenis olahan kopi yang masih menjadi perdebatan sampai saat ini. Tidak main-main, kopi ini bisa dibilang merupakan salah satu kopi termahal di dunia.

    Ya, kopi yang diproses dari kotoran hewan Musang Luwak ini mempunyai cerita dan faktanya tersendiri. Di artikel ini kami akan coba ulas sesuai bahasa kami.

    Baca juga : Sejarah Masuknya Kopi Di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

    Apa Itu Kopi Luwak?

    Secara harafiah kopi luwak berarti biji kopi yang sudah matang (berwarna merah) dimakan oleh jenis hewan Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Kemudian karena ketidakmampuan hewan ini untuk mencernanya. Biji kopi tersebut keluar bersama kotoran Luwak tersebut.

    Jika dalam pengolahan kopi, bisa dikatakan Luwak membantu proses pasca panen biji kopi di dalam perut mereka. Setelah keluar bersama kotoran, biji kopi tersebut dikumpulkan, kemudian dicuci, dikeringkan, lalu melalui proses roasting, dan bisa dinikmati.

    Jenis kopi yang diolah tentu tergantung yang dimakan oleh Luwak tersebut, bisa jenis robusta atau juga arabika. Tentu kebanyakan orang akan lebih memilih untuk menikmati kopi luwak arabika.

    Selain arabika dan robusta, kopi Luwak dibedakan lagi menjadi dua, yaitu kopi Luwak liar dan kopi Luwak yang sengaja diberi makan hanya biji kopi (tangkaran Luwak). padahal Musang Luwak ini merupakan omnivora, yang akan memakan apa saja ketika mereka berkeliaran di malam hari (nocturnal).

    Baca juga : Mengenal Asosiasi Specialty Coffee Di Dalam Dan Luar Negeri

    Mengapa Orang Minum Kopi Luwak?

    Menurut cerita, pertama kali orang yang meminum kopi luwak adalah para pekerja di perkebunan kopi (jaman kolonial). Mereka tidak diperbolehkan membuat kopi dari hasil proses perkebunan kopi tersebut. Oleh karena itu mereka mengumpulkan biji kopi dari kotoran Luwak, dan memprosesnya untuk dijadikan secangkir kopi.

    Mereka sungguh menikmati hasil seduhan tersebut. Sampai kemudian cerita ini menyebar dan kopi Luwak menjadi terkenal seperti sekarang.

    Untuk saat ini orang mengkonsumsi kopi Luwak mungkin karena dari prosesnya yang cukup unik, jika tidak bisa dikatakan aneh. Siapa orang yang mau mengkonsumsi kotoran, kasarnya seperti itu. Kemudian mencoba mencicipinya dan ternyata malah cocok dengan selera mereka.

    Baca juga : Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer Di Dunia

    Harga Kopi Luwak

    Melalui proses dimana tidak semua orang mau melakukannya (mengumpulkan kotoran Luwak). Tentu menjadi salah satu alasan kenapa harga kopi ini mahal. Harga kopi Luwak yang kalian beli tentu tergantung beberapa hal. 

    Apakah Luwak liar atau tangkar, kemudian jenisnya arabika atau robusta dan juga tingkat penawaran dan permintaan di tempat kalian tinggal. Tentu harga kopi Luwak liar akan lebih mahal daripada kopi Luwak yang ditangkar.

    Hal ini dikarenakan Luwak liar lebih tepat instingnya untuk memilih kopi yang benar-benar matang dan ada sumber makanan lain. Tetapi kalau kopi luwak tangkar, mereka hanya diberi makan biji kopi, entah sudah matang sempurna atau belum akan dimakan.

    Di Indonesia untuk satu cangkir kopi luwak bisa dibanderol Rp 100.000,- sampai Rp 300.000,-. Sementara dalam bentuk biji/bubuk mulai dari Rp 85.000,- sampai Rp 180.000,- per 100 gram, atau hampir 1 juta dan lebih untuk per kilogramnya, mahal bukan ?

    Baca juga : Inilah Tren Bisnis Dan Usaha Kopi Di Tahun 2022

    Rasa Kopi Luwak

    Yang cukup mengejutkan pada kopi Luwak adalah rasanya. Meski dibanderol dengan harga mahal, ternyata menurut para ahli rasanya tidak lebih spesial dari specialty coffee. Dan jika dilakukan cupping, kopi Luwak malah mendapat skor yang cukup rendah.

    Hal ini dikarenakan proses pencernaan dalam perut Luwak akan mengurangi acidity di biji kopi yang dimakan oleh Luwak. Padahal acidity inilah salah satu yang dicari dalam cita rasa kopi (acidity yang pas).

    Karena proses pencernaan ini pula, kadar kafein dalam kopi luwak menjadi lebih rendah daripada kopi biasa. Segi positifnya jika mengkonsumsinya, bagi beberapa orang tidak akan membuat jantung berdebar.

    Baca juga : 5 Perbedaan Utama Antara Kopi Instan Dan Kopi Bubuk

    Pro dan Kontra Kopi Luwak

    Secara detail National Geographic pernah membuat artikel yang membahas Luwak yang diperlakukan di perkebunan kopi dengan tidak layak dalam industri kopi termahal ini. 

    Pisau bermata dua, di satu sisi dengan permintaan kopi Luwak yang cukup tinggi jika hanya mengumpulkan kopi dari Luwak liar, permintaan tersebut tentu tidak akan terpenuhi. Salah satu solusinya akhirnya lewat kopi Luwak yang ditangkar. Yang berdampak meningkatnya perekonomian para penggiat kopi Luwak.

    Sementara, kehidupan Luwak yang ditangkar ini sangat tidak diperhatikan. Untuk hidup sehat dan baik seekor Luwak memerlukan area seluas 17 kilometer persegi, sangat luas bukan. 

    Selain itu yang cukup mencengangkan, secara visual tidak bisa dibedakan mana kopi Luwak liar dan mana kopi hasil Luwak tangkar. Sehingga juga banyak ditemukan kasus, kopi Luwak yang sebenarnya hasil tangkar kemudian dilabel-i kopi Luwak Liar, cukup menyesatkan.

    Cara paling tepat untuk mengetahui kopi Luwak liar atau bukan hanya dengan menyeduh dan mencicipinya. Menurut ahli rasa kopi Luwak liar lebih rich daripada kopi Luwak tangkar.

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Kopi Tubruk, Sajian Kopi Khas Indonesia

    Jadi sudah pernah mencicipi kopi Luwak ? Luwak liar atau tangkar ? Apakah rasanya seperti yang diharapkan ? Atau masih penasaran dan menunggu waktu yang tepat untuk mencicipinya. Boleh juga berbagi pengalamannya di kolom komentar menikmati kopi Luwak.

    Jangan lupa, selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Tentang Apa Itu Kopi Lanang atau Peaberry

    Industri specialty coffee menjadikan kopi komoditas yang cukup menjanjikan. Dimulai dari proses penanaman, panen, pasca panen, sortir, sangrai dan kemudian hasil seduhannya bisa dinikmati. Proses yang cukup lumayan panjang untuk menikmati secangkir kopi.

    Dalam proses sortir tersebut tentu saja dipisahkan antara biji kopi dengan kualitas baik dan cacat. Biji kopi lanang biasanya juga dipisahkan sendiri dalam proses ini. Nah dalam artikel ini kami akan membahas apa itu kopi lanang.

    Baca juga : Sejarah Masuknya Kopi Di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

    Apa Itu Kopi Lanang ?

    Kopi lanang merupakan sebutan untuk biji kopi yang mengalami kelainan (anomali). Kelainan di sini bukan berarti biji kopi tersebut buruk. Selama tidak ada cacat, biji kopi tersebut masih bisa dinikmati. Bahkan kopi ini cukup banyak penikmatnya di tanah air.

    Di Indonesia kopi ini disebut kopi lanang, semenatara di pasar internasional kopi lanang ini disebut peaberry. Bentuk kelainan kopi lanang ini bisa dilihat dari bentuknya. Biasanya waktu pemanenan pun sudah bisa diidentifikasi dan kemudian dipisahkan waktu proses sortir. 

    Bentuk biji kopi lanang berbeda dari biji kopi pada umumnya. Jika biji kopi biasanya berbentuk seperti setengah bola yang lonjong, satu sisi pipih sementara sisi lainnya membulat. Untuk biji kopi lanang bentuknya hampir lonjong membulat seutuhnya.

    Jadi dalam 1 cherry kopi hanya terdapat 1 biji utuh (monokotil), tidak terbagi dua (dikotil). Kelainan ini terjadi bisa karena beberapa faktor, bukan merupakan hasil rekayasa tetapi alami. Bisa karena kelainan genetik biji kopi, malnutrisi dan juga penyerbukan yang kurang sempurna.

    Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

    Hasil Produksi Kopi Lanang

    Sudah jelas bahwa kopi lanang bukan merupakan rekayasa tetapi alami. Selain itu kopi ini juga bukan berasal dari spesies atau varietas tanaman kopi tertentu. Baik robusta, arabika maupun jenis lainnya, ada kemungkinan terdapat biji kopi lanang. Tetapi jumlahnya hanya sedikit dalam setiap pemanenan.

    Ada statistik yang menyebutkan bahwa produksi kopi lanang tidak lebih dari 5% dari total satu kali panen. Bisa diartikan dalam 1 kg cherry kopi hanya terdapat 50 gram biji kopi lanang. Jika kalian penikmat kopi lanang yang dalam sebulan menghabiskan 250 gr kopi. Bisa kita bandingkan, perlu sekitar 5 kg biji kopi biasa, sangat jomplang bukan perbandingannya ?

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Kopi Tubruk, Sajian Kopi Khas Indonesia

    Pemrosesan dan Cita Rasa Kopi Lanang

    Jika ada yang terbiasa membeli biji kopi mentah (green beans), tidak menutup kemungkinan akan menemukan kopi lanang. Tetapi beberapa prosesor biasanya sudah mensortasi antara biji kopi biasa dan kopi lanang.

    Setelah sortasi, biji kopi lanang juga akan disangrai sendiri secara terpisah. Hal ini dilakukan karena bentuknya yang sangat berbeda dari biji kopi biasa, tentu akan menghasilkan karakter yang berbeda ketika disangrai.

    Ada referensi yang menyebutkan cita rasa biji kopi lanang sama dengan single originnya. Hanya saja sedikit lebih asam, aromanya juga lebih kompleks dan memiliki body yang lebih tebal, bahkan ada juga yang menyebutkan aromanya mirip kopi luwak.

    Baca juga : Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

    Nilai Jual Kopi Lanang

    Dengan jumlah produksi tidak lebih dari 5% dari total panen kopi. Tentu saja nilai jual kopi lanang lebih mahal dari biji kopi biasa. Biji kopi lanang yang telah disangrai bisa dibanderol Rp 250.000,- per kilogram. Hal ini karena tentu saja karena proses sortir yang perlu ketelitian lebih daripada biji kopi biasa.

    Harga kopi lanang juga menyesuaikan jenisnya, harga kopi lanang arabika pasti berbeda dengan kopi lanang robusta. Yang menarik harganya bisa mencapai 1 juta rupiah per kilogram jika merupakan proses pencernaan luwak liar.

    Selain itu juga ada pendapat, bahwa kopi lanang berkhasiat untuk menambah stamina laki-laki. Tetapi belum ada penelitian atau uji secara klinis mengenai pendapat tersebut. 

    Baca juga : Inilah Beberapa Tradisi Ngopi Yang Unik Di Indonesia

    Jadi sudah pernah mencicipi kopi lanang, atau malah belum pernah ? Tidak ada salahnya kalian mencobanya. Kalau sukanya arabika, silahkan dicoba kopi lanang arabika. Kalian bisa temukan dengan mudah di banyak marketplace. Boleh juga berbagi di kolom komentar pengalamannya mengkonsumsi kopi lanang. 

    Jangan lupa, selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Tentang Grinder Kopi Dan Mata Pisaunya

    Di era third wave dunia kopi ketika semua hal sangat diperhatikan mulai dari single origin biji kopinya, bagaimana proses pasca panennya, begitu juga profil sangrainya. Jadi tidak hanya soal meminum kopinya saja. Dalam hal ini proses menggiling kopi pun juga sangat diperhatikan. 

    Kami sudah pernah menulis ukuran gilingan dan metode seduh yang digunakan yang tentunya memerlukan grinder. Nah, dalam artikel kali ini kami akan coba membahas secara singkat dan jelas mengenai grinder kopi.

    Apa Itu Grinder Kopi?

    Grinder kopi merupakan suatu alat yang digunakan untuk memecah biji kopi yang utuh (whole beans) menjadi partikel yang lebih kecil. Partikel-partikel kecil inilah yang nanti akan diseduh menjadi secangkir kopi.

    Menggiling kopi sebelum diseduh dilakukan agar kesegaran, aroma dan karakter kopi tetap terjaga. Oleh karena itu banyak home brewers yang berpendapat grinder kopi merupakan salah satu alat yang cukup mendasar untuk menghasilkan seduhan yang nikmat. 

    Baca juga : Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

    Ada bermacam jenis grinder, dari segi tenaga ada grinder manual dan otomatis. Manual di sini berarti perlu tenaga manusia untuk menghasilkan gilingan yang diinginkan. Sementara otomatis berarti tinggal pencet sampai penggilingan selesai. 

    Sementara dari pisau yang digunakan dibedakan lagi, ada blade grinder dan burr grinder. Burr grinder dibedakan lagi menjadi 2 yaitu, conical burr grinder dan flat burr grinder.

    Blade Grinder

    Sesuai namanya grinder ini menggunakan “pisau” yang berbentuk seperti baling-baling untuk memecah biji kopi. Tingkat kehalusan kopi tergantung seberapa lama memutar grinder tersebut. Semakin lama menggiling tentu akan menghasilkan gilingan yang semakin halus.

    Kekurangannya tentu saja ukuran gilingan yang tidak konsisten, ada partikel besar dan juga kecil. Pengecualian jika digiling benar-benar halus (waktu menggiling menjadi lebih lama) mungkin akan menghasilkan gilingan yang konsisten. Oleh karena itu penggunaan blade grinder sangat dihindari.

    Baca juga : Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air & Kopi Saat Menyeduh

    Burr Grinder

    Grinder ini menggunakan lempengan (plat) untuk menghasilkan gilingan kopi. Dan tidak seperti blade grinder, dengan burr grinder kita bisa mengatur tingkat kehalusan sesuai yang kita inginkan. Ada 2 macam burr grinder jika merujuk dari burr yang digunakan, conical burr grinder dan flat burr grinder. 

    Conical Burr Grinder

    Bentuk burr grinder ini seperti kerucut, dimana ada 2 burr yang digunakan. Burr bagian dalam (tengah) memiliki gerigi di bagian luar sementara burr bagian luar memiliki gerigi di bagian dalam. Cara kerja grinder ini burr bagian dalam (tengah) saja yang berputar sementara burr bagian luar statis.

    Jadi ujung burr bagian dalam akan menarik biji kopi ke area penggilingan, sehingga biji kopi akan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Halus kasarnya bubuk kopi yang dihasilkan didapatkan dari jarak antara burr bagian dalam dan luar.

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

    Flat Burr Grinder

    Flat burr grinder juga menggunakan 2 buah burr, tetapi keduanya memiliki bentuk yang sama persis, berbentuk pipih dan berlubang di tengah. Kedua burr ini memiliki gerigi dan diposisikan saling berhadapan.

    Cara kerja grinder ini juga hampir sama dengan conical burr grinder. Dimana hanya 1 burr saja yang berputar sementara 1 burr lainnya statis. Halus kasarnya bubuk kopi yang dihasilkan didapatkan dari jarak antara kedua burr yang saling berhadapan tersebut.

    Baca juga: Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

    Kedua jenis grinder di atas banyak digunakan di skala rumahan atau cafe. Menghasilkan gilingan yang lebih konsisten, juga bisa digunakan untuk mesin espresso. Conical burr grinder biasa dipakai pada mesin berkecepatan rendah, kebanyakan manual hand grinder juga memakai burr jenis conical ini.

    Sementara flat burr grinder dapat bekerja pada mesin berkecepatan tinggi, sehingga biasa digunakan pada skala yang lebih besar. Efeknya mungkin mesin cepat panas dan juga suara mesin yang cukup keras.

    Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

    Jadi apakah kalian sudah memiliki grinder di rumah ? Manual atau mesin ? Atau malah sedang mengalokasikan untuk membeli grinder ?  Paling tidak pembahasan singkat di atas bisa menambah preferensi grinder seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan kalian.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

    Di era third wave, pour over merupakan salah satu metode dalam menikmati kopi yang cukup banyak diminati. Setiap tahun bahkan ada kejuaraan yang mempertemukan para brewers dari seluruh dunia. Tidak main-main, kejuaraan tersebut dilangsungkan oleh organisasi World Coffee Events.

    World Coffee Events sendiri merupakan semacam organisasi yang setiap tahunnya menyelenggarakan kejuaraan yang berhubungan dengan dunia kopi. Selain event di atas yang bernama World Brewers Cup, juga ada event World Barista Championship, World Latte Art Championship, dll.

    Tetapi kali ini kami tidak akan membahas soal World Coffee Events, melainkan pour over coffee, tentu dengan bahasa ulasan kami.

    Baca juga : Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

    Apa Itu Pour Over Coffee?

    Metode pour over, bisa dikatakan merupakan cara menyeduh kopi dimana air panas akan mengalir melalui bubuk kopi yang sudah ditampung dalam saringan. Air panas yang mengekstraksi bubuk kopi tersebut akan turun ke dalam cangkir atau carafe, dan voila, kopi siap dinikmati.

    Ada juga yang menyebut metode ini dengan sebutan filter coffee atau drip coffee. Tidak salah, karena dalam pembuatannya memakai filter (saringan) dan kopi yang dihasilkan menetes (drip).

    Yang signifikan mungkin penggunaan tangan dalam menuang air panas ke dalam bubuk kopi tersebut. 

    Oleh karena itu banyak yang menyebut metode ini hand brewing atau manual brewing. Menurut sejarah teknik ini sebenarnya sudah dilakukan di Eropa pada tahun 1900 an. Kemudian pada tahun 1908 perempuan Jerman bernama Mellita Bentz, menemukan penyaring kertas kopi. Dan mulai saat itu Mellita menjadi produsen dripper dan paper filter-nya.

    Meski metode pour over ini tidak begitu diminati pada saat itu, bisa dikatakan kalah dengan espresso ataupun french press. Metode ini tetap berkembang, dan juga melahirkan banyak pembuat paper filter maupun dripper-nya. Puncaknya ketika industri specialty coffee mulai marak, pour over coffee seperti ditemukan kembali.

    Apa Yang Membedakan Pour Over ?

    Metode Pour over bisa mengeluarkan rasa yang mungkin tidak ditemukan di metode seduh yang lain. Hal ini membuatnya sangat populer, terutama untuk menikmati seduhan kopi single origin

    Hasil seduhan pour over yang baik biasanya akan clean, clear dan konsisten. Ini dikarenakan air yang dituang bisa mengekstrak coffee oils dan juga aromanya secara konsisten dengan aliran yang relatif sama. Kemudian Paper filter “menangkap” lebih banyak coffee oils, sehingga menghasilkan seduhan yang clean.

    Pour over merupakan infusion method, yang bisa dikatakan lebih efektif dalam mengekstraksi kopi. Berbeda dengan immersion method, seperti french press, metode imersi menjadikan seduhan seperti keruh.

    Metode pour over tentu memiliki tantangannya tersendiri. Musuh utama dalam metode seduh manual adalah human error atau mungkin teknik pouring (penuangan) yang salah. Oleh karena itu perlu diperhatikan detail-detail kecil ketika menggunakan metode pour over ini.

    Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

    Perlengkapan Apa Saja Yang Diperlukan ?

    Ada banyak pilihan alat untuk menyeduh dengan metode pour over. Tidak semuanya perlu dimiliki, mungkin yang basic saja seperti dripper dan paper filter-nya, selanjutnya bisa ditambah alat lain sesuai kebutuhan.

    Dripper

    Merupakan alat yang akan menampung filter dan bubuk kopi yang akan diseduh. Ada beberapa macam pilihan dripper, beberapa yang cukup terkenal antara lain Hario V60, Kalita Wave dan Melitta. Kebetulan ketiga model dripper tersebut memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda. Ada juga Chemex yang bentuknya cukup unik, berfungsi sebagai dripper sekaligus carafe .

    Desain yang berbeda tersebut menjadikannya memiliki keunikan masing-masing yang berhubungan dengan alur air ketika ekstraksi kopi. Dripper tersebut juga mudah didapatkan, penggunaannya relatif mudah serta memiliki paper filter yang disesuaikan dengan dripper tersebut.

    Selain itu juga banyak tutorial ataupun tips dan trik dalam penggunaan dripper di atas. Jika kurang yakin mungkin bisa main ke coffee shop terdekat, dan mencoba seduhan dari beberapa dripper yang berbeda. Atau bisa tanyakan langsung ke barista-nya.

    Baca juga : Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

    Penyaring (Filter)

    Bisa berbahan kain ataupun kertas, ada yang menggunakan pemutih (bleached) dan tidak (unbleached). Setiap produsen dripper juga mengeluarkan filter untuk tiap produknya. Misalnya, filter untuk Hario V60 berbeda dengan filter yang digunakan untuk Kalita Wave. Tentu semuanya diproduksi untuk hasil ekstraksi yang maksimal.

    Ada pendapat yang menyatakan paper filter memunculkan rasa kertas (papery), terutama yang menggunakan pemutih. Nah, untuk menghindari adanya rasa ini perlu setidaknya membilas paper filter tersebut sebelum mulai menyeduh.

    Tentu kembali kepada kalian preferensi filter seperti apa yang akan digunakan. Yang utama tentu saja, pastikan menggunakan filter yang sesuai dengan dripper yang digunakan. 

    Timbangan

    Bagi beberapa orang timbangan mungkin kurang begitu penting. Tetapi jika ingin menghasilkan seduhan yang konsisten alat ini sangat membantu. Paling tidak kalian tahu secara tepat air dan kopi yang digunakan, sehingga selalu bisa menghasilkan seduhan yang konsisten.

    Kettle

    Suhu dan aliran air dalam menyeduh dengan metode pour over sangat berperan penting. Kettle yang baik tentu bisa menjaga suhu air di dalamnya sehingga suhu air tidak turun terlalu signifikan. 

    Selain itu untuk mempermudah dalam menjaga aliran air, bentuk kettle gooseneck juga sangat direkomendasikan ketika menyeduh dengan metode ini. Dengan ujung yang ramping tentunya lebih mempermudah dalam menjaga aliran (flow) air. Tambahan thermometer menjadi nilai plus suatu kettle, beberapa produk sudah di-bundling dengan adanya thermometer

    Baca juga : 5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

    Jenis Kopi Yang Digunakan

    Alat-alat yang dibutuhkan untuk menyeduh sudah siap, tentu juga perlu menyiapkan kopi yang akan diseduh bukan ? Ada faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jenis kopi yang akan digunakan.

    Profil Sangrai

    Seperti sudah dibahas di atas, metode ini bisa lebih mengeluarkan rasa dan aroma secara lebih jelas. Profil sangrai (roast profile) dengan tingkat light roast bisa menjadi pilihan. Merupakan kopi dengan profil warna cerah dan cenderung mengeluarkan rasa asam yang cukup kentara. Tetapi tidak ada salahnya untuk menggunakan kopi dengan profile roast medium atau dark.

    Ukuran Gilingan

    Ukuran gilingan atau grind size akan berdampak pada ekstraksi yang dihasilkan. Pour over merupakan infusion method, yang berarti air dan kopi memiliki waktu kontak lebih cepat daripada immersion method, tetapi lebih lama dari espresso.

    Ketika mencoba metode ini, mungkin bisa mencoba memakai grind size medium. Setelah seduhan jadi, bisa dicicipi apa yang kurang. Jika terasa watery atau asam yang lumayan mencolok, grind size-nya bisa diatur ke lebih halus. Begitu juga sebaliknya, jika terasa pahit cobalah memakai grind size agak kasar.

    Rasio Kopi Dan Air

    Ada banyak macam rasio yang bisa dijadikan pegangan dalam metode pour over ini. Ada golden ratio dari SCAA di angka 1:18, mungkin bisa dicoba dari rasio ini. Cobalah untuk menyeduh beberapa kali dengan mengubah grind size dan juga suhu air yang dipakai. Dan temukan seduhan yang cocok untuk kalian.

    Setelah ketemu, cobalah untuk mengganti rasio tersebut. Jika hasil seduhan terasa watery, jumlah kopi perlu ditambahkan tanpa mengubah grind size dan juga suhu air. Atau jika seduhan terasa tebal, jumlah kopi perlu dikurangi.

    Baca juga : Pentingnya Memilih Kualitas Air Untuk Menyeduh Kopi

    Teknik Pouring

    Banyak sekali video tutorial teknik tuang (pouring) metode pour over, tidak perlu kalian coba semuanya. Yang utama tahu basic-nya, dan pelajari apa itu blooming, pulse pouring dan juga agitation untuk mendapatkan seduhan yang maksimal.

    Kebanyakan teknik pouring dilakukan secara melingkar (concentric circles). Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengatur aliran air ketika menuang. 

    Blooming

    Terjadi ketika air panas pertama kali menyentuh bubuk kopi, dimana bubuk kopi seperti mengembang dan mengeluarkan gelembung kecil. Hal ini merupakan proses degassing karbon dioksida yang terdapat di dalam kopi ketika proses roasting. Kesegaran kopi (kopi yang masih baru) juga bisa terlihat dalam proses ini.

    Blooming dilakukan dengan cara menuang air sejumlah 2x berat bubuk kopi yang digunakan secara pelan dan melingkar. Jadi jika menggunakan bubuk kopi 15 gr, maka air yang dituang seberat 30 gr. Kemudian biarkan selama 30-45 detik supaya semua gas dalam kopi keluar.

    Pulse Pouring & Continuous Pouring

    Pulse pouring (menuang bertahap) bisa diartikan cara menuang secara bertahap sampai sejumlah air yang dibutuhkan. Mungkin bisa bereksperimen dengan volume air yang dibagi ke dalam beberapa tuangan. Teknik 4:6 milik Tetsu Kasuya (juara World Brewers Cup 2016) merupakan salah satu metode pulse pouring yang banyak digunakan.

    Sedangkan continuous pouring merupakan cara menuang keseluruhan air yang dibutuhkan setelah proses blooming. Jadi penuangan ini dilakukan secara terus-menerus (continuous) tanpa berhenti, kuncinya menjaga aliran air supaya tetap sama.

    Selain itu bisa juga bereksperimen cara pouring yang lain, karena cara pouring yang berbeda akan menghasilkan seduhan yang berbeda juga.

    Baca juga : Inilah Tren Bisnis Dan Usaha Kopi Di Tahun 2022

    Agitation

    Merupakan cara untuk mendapatkan ekstraksi yang seimbang. Biasanya dilakukan di bagian akhir proses penyeduhan, caranya mengaduk kopi dan air dalam dripper tetapi jangan terlalu berlebihan, 3-5 adukan sudah cukup.

    Ya, seperti mengaduk di kopi tubruk, tetapi secara pelan. Dilakukan agar bubuk kopi yang menempel di dinding filter juga bisa turun ter ekstraksi. Dampaknya tentu untuk mendapatkan hasil seduhan yang maksimal.

    Pour over coffee memang salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan kafein sehari-hari. Dengan mengetahui basic-nya kemudian sedikit mengulik, pasti akan didapat seduhan yang diinginkan.

    Jadi sudah punya dripper jenis apa saja di rumah? Atau ketika bermain ke coffee shop, memilih menggunakan dripper apa? Mungkin bisa dibagi di kolom komentar.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

    Di beberapa coffee shop atau jika sedang melihat event kopi, kadang kita melihat semacam poster berupa gambar lingkaran dengan bermacam warna. Itulah yang disebut coffee flavor wheel atau roda rasa kopi. Keberadaanya menunjukkan bahwa grafis tersebut cukup penting dalam industri kopi.

    Para cupper professional menggunakan grafis tersebut untuk mengidentifikasi rasa, aroma yang terdapat dalam kopi yang di-cupping. Tetapi kalian juga bisa mempelajarinya dengan sedikit latihan. Di artikel ini kami akan jelaskan secara singkat mengenai roda rasa kopi.

    Baca juga: Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

    Apa Itu Roda Rasa Kopi

    Awalnya diterbitkan pada tahun 1995 oleh Specialty Coffee Association (SCA) dan bekerja sama dengan World Coffee Research (WCR), dan disebut the Coffee Taster’s Flavor Wheel. Merupakan salah satu sumber daya paling ikonik di industri kopi dan telah menjadi standar industri kopi selama lebih dari dua dekade. 

    Kemudian pada tahun 2016, Specialty Coffee Association (SCA) masih bekerja sama dengan World Coffee Research (WCR) menghasilkan World Coffee Research Sensory Lexicon. Merupakan kosakata rasa hasil dari kerjasama lusinan panelis sensori profesional, ilmuwan, pembeli kopi, dan roastery yang berkolaborasi melalui WCR dan SCA. 

    Jadi roda rasa kopi ini merupakan hasil penelitian terbesar dan paling kolaboratif tentang citarasa kopi yang pernah dilakukan. Hal ini tentu menginspirasi perbendaharaan rasa baru bagi para profesional industri kopi.

    Baca juga : Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air & Kopi Saat Menyeduh

    Roda Rasa Kopi Indonesia

    Indonesia juga memiliki roda rasa kopi yang sudah disesuaikan dengan aroma dan rasa yang ada di Indonesia. Jadi bisa dikatakan roda rasa kopi ini mengambil referensi lokal untuk mengidentifikasi rasa dan aroma yang ada dalam kopi specialty

    Roda rasa kopi ini merupakan hasil kerjasama antara Seniman Coffee dan 5758 Coffee Lab. Dimana dilengkapi dengan 36 acuan aroma serta 82 deskripsi sensoris.

    Cara Menggunakan Roda Rasa Kopi

    Menurut Specialty Coffee Association (SCA) ada 8 langkah dalam menggunakan roda rasa kopi. 

    1. Perhatikan semuanya

    Dilihat memang menarik komposisi warna dari roda rasa kopi tersebut. Tetapi yang utama perhatikan istilah, serta terminologi yang ada dalam roda rasa. Jika ada kata-kata yang kalian tidak mengerti, tidak apa-apa. Kopi juga kaya akan rasa dan aroma, roda rasa kopi dibuat untuk menambah perbendaharaan tersebut.

    1. Cicipi beberapa kopi

    Roda rasa dapat digunakan baik dalam fun cupping ataupun profesional. Kuncinya adalah mencicipi dengan penuh perhatian. Siapkan kopi dengan hati-hati, amati kopi pada tahapan yang berbeda : aroma sesaat setelah digiling, aroma yang keluar saat air menyentuh bubuk kopi, dan rasa yang memenuhi langit-langit mulut saat kopi disesap.

    Citarasa kopi didefinisikan sebagai kombinasi rasa dan bau, dan roda rasa berisi atribut di seluruh rasa dasar (yang hanya dirasakan oleh lidah) hingga aromatik murni (yang hanya dapat dicium). 

    Kebanyakan citarasa ini merupakan campuran dari indra sensoris yaitu hidung dan mulut. Contohnya rasa asam dan aromatik unik lemon, atau manis, pahit, dan aromatik khas molase (tetes tebu). Perhatikan kopi dan rasanya, jika sudah kemudian sekarang kembali ke roda rasa.

    Baca juga : Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

    1. Mulai dari tengah lingkaran

    Penggunaan roda rasa memang didesain dimulai dari tengah dan menuju ke luar. Deskriptor rasa yang paling umum ada di dekat bagian tengah, dan menjadi lebih spesifik di bagian luar. Cupper/pencicip dapat berhenti di mana saja dalam penggunaan roda rasa ini. Namun semakin jauh pengecap bekerja, semakin spesifik deskripsi yang didapatkan. 

    Sebagai contoh, ketika mencicipi kopi dari Ethiopia. Melalui bagian fruity pada roda, dan dihadapkan pada pilihan : apakah rasanya mengingatkan pada berry, dried fruit, other fruit, atau citrus fruit? Jika pencicip memutuskan citrus fruit, mereka kemudian dapat mempertajam deskriptornya : apakah itu grape fruit, orange, lemon atau lime

    Setelah mengidentifikasi rasa dan aroma yang didapat, pencicip dapat kembali ke tengah dan memulai lagi dari awal dengan kopi yang lain.

    1. Baca sensory lexicon-nya

    Roda rasa kopi didasarkan pada World Coffee Research sensory lexicon. Merupakan seperangkat atribut standar yang dirancang untuk memungkinkan panelis mengevaluasi kopi untuk tujuan penelitian ilmiah. sensory lexicon dapat digunakan untuk menentukan atribut yang direpresentasikan pada roda rasa. 

    Setiap atribut memiliki definisi dan ‘referensi’, yang dapat digunakan untuk mengkalibrasi pencicip yang mungkin mencari klarifikasi tentang atribut tertentu. Roda rasa dan sensory lexicon saling melengkapi untuk lebih mempertajam indra sensoris.

    Akan ada kata-kata asing untuk deskripsi teknis dan kimiawi dari rasa. Contohnya skunky, namun sensory lexicon dapat menjelaskannya dengan jelas dan memberikan referensi sensorik untuk semua atributnya. 

    Baca juga : Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer Di Dunia

    1. Cek beberapa referensi

    Setiap atribut dalam World Coffee Research selalu berasal dari referensi yang ada. Istilah aroma seperti ‘rubber’ atau ‘skunky’ sekalipun diambil dari objek yang benar-benar nyata. Mengecek kembali referensi yang bisa dibaca di roda rasa termasuk penting. Selain dari palet aroma, ada banyak sekali referensi yang bisa didapatkan di supermarket (terutama untuk buah-buahan impor yang biasanya tidak tumbuh di Indonesia), atau mungkin di toko online.

    1. Mulai lagi dari tengah lingkaran

    Setelah mempelajari berbagai kosakata dari sensory lexicon, kalian bisa mencicipi kopi lagi, dan mulai lagi prosesnya dari tengah lingkaran. Kali ini, cobalah untuk mendefinisikan atribut spesifik yang kalian rasakan, dengan caramu sendiri, tanpa perlu melihat contekan dari sensory lexicon.

    1. Gunakan istilah sendiri

    Jika sudah menemukan semua karakter rasa dan aroma kopi yang sudah dicicipi. Coba tulis dengan kalimat kalian sendiri untuk mendeskripsikannya, kemudian cocokkan dengan roda rasa. Menurut beberapa ahli, roda rasa ini mempunyai kemampuan untuk membentuk bahasa umum dan paling mendasar sehingga mempermudah dalam penjelasan berbagai kosakata rasa dalam kopi.

    Baca juga : Jenis Bahan Cangkir Kopi Dan Pengaruhnya Ke Rasa Kopi

    1. Pelajari warnanya

    Indra penglihatan kita sangat terkait dengan indra yang lain. Warna-warna dalam roda rasa kopi ini tidak random begitu saja, tetapi ada dasarnya. Sebagai contoh makanan kacang atau coklat, tentu identik dengan warna coklat. Dan di roda rasa divisualkan warna coklat untuk rasa/aroma kacang dan coklat.

    Bagan warna yang terang cenderung mendeskripsikan rasa kopi yang lembut, contohnya seperti buah-buahan. Warna-warna ini juga mempermudah dalam menentukan rasa kopi. 

    Tertarik untuk mencoba mendeskripsikan citarasa kopi yang kalian nikmati? Mungkin bisa dicoba ketika kalian menikmati kopi di rumah atau kedai kopi favorit kalian dan dibagi di kolom komentar.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Kopi Cold Brew Dan Bagaimana Cara Membuatnya

    Di era third wave coffee banyak cara dilakukan untuk menikmati kopi. Menggunakan bermacam alat dan juga metode. Salah satu metode menikmati si hitam yang banyak diperbincangkan dan menarik banyak orang adalah cold brew coffee. 

    Menurut sejarah cold brew coffee pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda, dimana mereka menyeduh kopi menggunakan air dingin/suhu ruangan. Kemudian pada tahun 1600-an, cold brew coffee ini dimodifikasi oleh orang Jepang. Tepatnya di daerah Kyoto, metode ini kemudian dinamai Kyoto-style cold brew.

    Metode cold brew ini dilakukan oleh bangsa Belanda dalam dalam perjalanan laut mereka. Selain supaya kopi yang dihasilkan tidak cepat basi, dimana tidak seperti saat menyeduh kopi panas yang sebaiknya segera dinikmati. Cara menyeduh seperti ini juga dilakukan untuk menghasilkan seduhan dengan volume yang cukup besar.

    Baca juga : 5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

    Menarik bukan, berikut kami akan jelaskan secara secara singkat dan jelas mengenai cold brew coffee.

    Bagaimana Cara Membuat Cold Brew

    Secara umum resep cold brew coffee adalah, bubuk kopi (giling kasar) + air (dingin atau suhu ruangan) + waktu merendam kopi (8 hingga 24 jam). 

    Cold brew coffee biasanya dibuat dengan merendam kopi (immersion) dalam air selama beberapa jam pada suhu dingin atau suhu sekitar (ruangan). Proses penyeduhan yang lambat dan menggunakan air dengan suhu rendah ini membuat rasa yang dihasilkan sangat berbeda dari menyeduh dengan air panas meskipun menggunakan jenis biji kopi yang sama.

    Cara penyeduhan seperti ini memerlukan waktu antara 8 dan 24 jam, tergantung pada referensi dan hasil seduhan seperti apa yang ingin dicapai. Tentu akan berbeda rasa yang dihasilkan dari seduhan 8 jam dan 24 jam. 

    Cold brew coffee kebanyakan dibuat sebagai konsentrat kopi yang kemudian bisa diencerkan dengan tambahan air atau susu. Seperti yang sudah kita ketahui rasio menyeduh kopi sekitar 1 : 15-18. Hal ini berbeda dengan cold brew coffee, yang biasanya menggunakan lebih sedikit air,  secara umum di rasio 1:8.

    Baca juga : Rasio Seduh Untuk Sajian Kopi Espresso Yang Nikmat

    Perbedaan Cold Brew dan Iced Coffee

    Iced coffee biasanya berupa hasil seduhan dengan air panas kemudian ditambahkan es. Bisa berupa kopi drip filter (pour over) biasa atau bisa juga espresso. Kopi flash chill atau flash brew adalah inovasi yang baru-baru ini dipopulerkan pada iced coffee. Metode flash ini mengambil dua langkah untuk meningkatkan kualitas iced coffee.

    Yang pertama, kurangi rasio air dengan kopi dengan memperhitungkan es tambahan yang akan mengencerkan kopi. Kemudian yang kedua, segera dinginkan kopi panas yang diseduh dengan menyeduh langsung ke dalam wadah berisi es (contohnya Japanese iced coffee)

    Cold brew coffee diseduh dengan lambat dan jangka waktu yang lebih lama. Ini berbeda dari es kopi, yang telah diseduh dengan air panas untuk mengekstrak rasa dan senyawa dari kopi yang mungkin tidak bisa terekstraksi dengan air dingin.

    Kelebihan Cold Brew

    • Hasil seduhan tidak begitu terpengaruh dari proses menyeduh layaknya menyeduh dengan air panas.
    • Mudah dilakukan dan semua orang bisa dengan mudah untuk menyeduh dengan metode ini. Apalagi jika sudah menyimpan hasil cold brew, tinggal tuang dan bisa langsung dinikmati.
    • Tingkat keasaman lebih sedikit daripada hasil seduhan dengan air panas. Hal ini karena air panas sangat berpengaruh ketika ekstraksi.
    • Semua keuntungan yang bisa dinikmati dari seduhan kopi panas juga didapatkan dari cold brew coffee.
    • Merupakan cara terbaik untuk mengkonsumsi kopi yang sudah lama disimpan dari roast date atau bisa dikatakan kopi yang sudah tidak lagi fresh.

    Baca juga : Roasting Kopi: Proses Penting Dalam Menentukan Cita Rasa

    Kandungan Kafein Cold Brew

    Kandungan kafein cold brew bisa saja lebih kuat dari seduhan kopi panas, tetapi bisa juga lebih ringan. Salah satu mitos mengenai cold brew disebutkan bahwa kandungan kafein-nya tinggi dan rasa kopinya juga kuat.  Hal tersebut benar jika dalam pembuatannya menggunakan rasio kopi dan air yang lebih tinggi daripada rasio seduhan kopi panas.

    Tetapi sangat jarang orang yang langsung menikmati ekstraksi cold brew. Biasanya akan ditambahkan air, es ataupun susu. Dengan demikian kandungan kafein yang dinikmati bisa dikatakan setara secangkir kopi panas. 

    Cold Brew Tahan Berapa Lama?

    Jika sudah jadi dalam bentuk konsentrat dan disimpan dalam lemari pendingin, cold brew coffee bisa tahan dan dinikmati dalam kurun waktu beberapa hari sampai 2 minggu.

    Jika kalian membuatnya sendiri, sangat disarankan untuk menyimpannya di lemari es setelah diseduh dan disaring. Pastikan juga untuk menyimpannya dalam wadah kedap udara dan tidak membukanya terlalu sering. Tetapi jika sudah dicampur air, es, atau susu, dan lainnya. Sebaiknya untuk segera dikonsumsi, mungkin maksimal 3 hari.

    Baca juga : Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

    Untuk cold brew coffee yang dibeli di coffee shop atau marketplace biasanya tergantung bagaimana dan kapan kopi ini dibuat. Di kemasan pasti ada tanggal yang dicantumkan, kopi tersebut baik untuk dikonsumsi sampai kapan.

    Dapat disimpulkan cold brew coffee merupakan seduhan kopi yang digiling kasar kemudian direndam selama beberapa jam. Berbeda dari iced coffee, baik untuk metode seduh dan rasa yang dihasilkan. Menyehatkan dan lebih mudah dalam menyeduhnya. Akan terasa kuat jika tidak dicampur air, es atau susu. Dan bisa bertahan cukup lama jika disimpan dengan baik dan benar.

    Jadi sudah pernah mencicipi cold brew coffee? Atau malah pernah membuatnya sendiri? Mungkin bisa berbagi di kolom komentar bagaimana pengalaman kalian dengan cold brew coffee.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Rasio Seduh untuk Sajian Kopi Espresso yang Nikmat

    Espresso yang merupakan minuman khas Italia ini mungkin menjadi menu wajib di setiap coffee shop. Selain bisa dinikmati secara langsung, minuman ini juga dapat dinikmati dengan berbagai cara. Minuman-minuman tersebut biasanya masuk dalam kategori espresso based.

    Mulai dari coffee latte, cappuccino, affogato, americano, bahkan kopi susu kekinian juga menggunakan espresso sebagai bahan utamanya. Oleh karena itu espresso yang dihasilkan harus optimal dulu sebelum bisa disajikan dengan campuran bahan yang lain. Mudahnya jika espresso-nya tidak enak bukan tidak mungkin minuman lain yang dihasilkan juga menjadi tidak enak.

    Dalam menyeduh kopi ada yang namanya rasio, merupakan perbandingan antara kopi dan air yang digunakan. Yang menarik rasio yang digunakan dalam pembuatan espresso berbeda dengan yang diformulasikan oleh SCAA, dan disebut Golden Ratio.

    Baca juga : Ini Yang Harus Di Perhatikan Saat Membuat Kopi Latte

    Karena penggunaan rasio tersebut kemudian dikenal beberapa istilah espresso seperti double shot, ristretto atau juga lungo shot. Apa arti dari istilah-istilah tersebut? Apakah rasanya sama? Nah dalam artikel kali ini kami akan coba menjawab pertanyaan tersebut.

    Volume Atau Berat

    Pada awalnya espresso dihitung berdasar volumenya, yang artinya single shot merupakan espresso bervolume (yield) 30 ml dan double shot dua kalinya, yaitu 60 ml. Namun pengukuran seperti ini menjadi tidak akurat ketika kita mengetahui berapa banyak kopi yang dibutuhkan untuk menghasilkan espresso tersebut. Double shot espresso (60ml) akan terasa berbeda dari kopi dengan berat (dose) 18 gr dan 24 gr.

    Selain itu, jika mengukur menggunakan volume akan menemukan espresso yang dihasilkan tidak konsisten. Hal ini karena kopi yang digunakan akan berkurang kesegarannya (degassing) seiring berjalannya waktu. Dan kesegaran kopi berdampak pada crema yang dihasilkan oleh espresso tersebut. Mudahnya, crema espresso yang dihasilkan dari seduhan kopi yang baru di-roasting setelah 2 hari akan berbeda dengan kopi yang diseduh 2-3 minggu setelah roasting.

    Baca Juga : Memilih Mesin Espresso Yang Terbaik Sesuai Kebutuhan

    Oleh karena itu mengukur berdasarkan berat menjadi pilihan untuk menghasilkan espresso yang konsisten. Baik itu dose yang digunakan sampai yield yang dihasilkan sebaiknya semuanya ditimbang. Nah korelasi antara bubuk kopi (coffee grounds) yang digunakan dan espresso yang dihasilkan (yield) inilah yang disebut brew ratio espresso.

    Pentingkah Brew Ratio?

    Rasio ini tentu penting karena merupakan semacam panduan untuk menghasilkan espresso yang konsisten dari waktu ke waktu. Selain itu brew ratio ini juga merupakan faktor penting dalam menentukan seberapa banyak air yang keluar dalam ekstraksi kopi. 

    Intinya jika semakin banyak air yang ditekan melewati bubuk kopi, semakin banyak juga bubuk kopi yang akan larut, inilah yang disebut ekstraksi. Penggunaan air yang lebih banyak dalam menyeduh dan meningkatkan ekstraksi secara tidak langsung akan mengurangi strength minuman yang dihasilkan, bahkan mungkin encer.

    Jadi menentukan ekstraksi yang tepat berarti menemukan rasa yang tepat antara kopi yang digunakan dan espresso yang dihasilkan. Hal ini juga menentukan sweet spot, dimana hasilnya tidak under extraction, juga tidak encer tetapi memberikan rasa di mulut yang seimbang.

    Baca Juga : Mengenal Sejarah Dan Komponen Dari Mesin Espresso

    Jenis Brew Ratio

    Secara umum ada 3 jenis brew ratio dalam espresso, ristretto, traditional dan lungo. 

    Ristretto

    Biasa juga disebut restricted shot, dimana brew ratio antara dose dan yield adalah 1:1. Yang berarti jika menggunakan 15 gr kopi maka ekstraksi yang dihasilkan juga 15 gr. Biasanya dipilih jika sedang tidak ingin menikmati kopi “sekuat” espresso.

    Traditional

    Ukuran standard menikmati espresso, bisa dikatakan espresso yang dinikmati pada umumnya. Brew ratio dosage dan yield 1:2-2.5, yang berarti dengan menggunakan kopi 15 gr maka menghasilkan sekitar 30-37.5 gr ekstraksi.

    Lungo

    Dalam bahasa Inggris berarti long, karena menyeduh espresso dengan brew ratio ini, 1:3. Memerlukan waktu yang lebih panjang daripada menyeduh secara ristretto dan traditional. Mudahnya dengan dose 15 gr minimal menghasilkan ekstraksi 45 gr.

    Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa brew ratio ini bukanlah hal yang mutlak, tetapi lebih semacam guide line. Secara umum batas kenikmatan espresso antara orang yang satu dengan yang lain juga berbeda. Selain itu juga perlu diperhatikan biji kopi yang digunakan dalam pembuatannya, entah itu single origin atau house blend.

    Bagi kalian sendiri, sudah pernah mencicipi ketiga brew ratio espresso di atas? Atau baru mencicipi espresso traditional ? Boleh berbagi di kolom komentar, lebih menyukai yang mana.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

    Realita menjamurnya coffee shop sangat menguntungkan untuk pasar, karena masyarakat menjadi semakin banyak pilihan untuk memilih sebuah kedai kopi sebagai pilihannya. Kita harus mengakui bahwa seseorang dalam memilih sebuah coffee shop memiliki banyak sekali faktornya, seperti kualitas minuman kopi nya, tempat nya, pelayanannya, dan lain sebagainya. 

    Hampir sebulan sekali selalu ada kedai kopi terlahir di sebuah daerah, tetapi setiap bulan sekali juga ada coffee shop yang tutup atau bangkrut. Hal tersebut menandakan bahwa bisnis kedai kopi sangat dinamis dan tidak bisa disepelekan. Para pemilik coffee shop berlomba – lomba memberikan yang terbaik supaya tetap bisa menjaga ke eksistensi nya. Konsep yang kuat serta perencanaan yang matang menjadi kunci kesuksesan sebuah kedai kopi.

    Coffee Shop
    Coffee Shop

    Baca Juga : Trend Bisnis Kopi Tahun 2022

    Pelayanan dalam sebuah coffee shop terbagi menjadi dua, yaitu slow bar dan fast bar. Kedua konsep tersebut memiliki karakter yang jauh berbeda, sehingga jangan sama ratakan dalam menilai sebuah kedai kopi. Membandingkan mobil ferrari dengan avanza adalah sebuah kenistaan bukan ? Tidak ada mana yang lebih baik, karena sebuah konsep memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Meskipun banyak sekali coffee shop yang mencoba menggabungkan dua konsep tersebut, tetapi hanya beberapa saja yang sukses, sisanya hanya sekedar pelengkap pilihan untuk konsumen saja.

    Kali ini kami akan memberikan sedikit gambaran mengenai perbedaan slow bar dengan fast bar

    Slow Bar

    Gambaran umum slow bar adalah proses peracikan secangkir kopi yang membutuhkan waktu sedikit lama, karena setiap detail langkahnya memerlukan perhatian yang khusus. Biasanya alat seduh yang digunakan berbasis manual brew, seperti pour over, shipon, tubruk, dan lain lainnya. Kita ambil contoh proses seduh menggunakan Hario V60, dimana kita perlu merencanakan rasio kopi dengan air, ukuran grind size, suhu air, kemudian teknik pouring dan lama ekstraksinya. Tentu saja proses tersebut memerlukan waktu yang lama bukan ? 

    Slow bar biasa ditemui di kedai kopi yang berukuran kecil. Barista yang berada di slow bar harus memiliki wawasan luas seputar industri kopi dari hulu sampai hilir dan wajib memiliki ilmu komunikasi yang bagus. Mengingat proses seduhnya yang menyita waktu, maka ngobrol dengan konsumen sambil menyeduh kopi adalah pilihan yang tepat. 

    Slow Bar
    Slow Bar

    Fast Bar

    Sesuai dengan namanya, fast bar adalah proses penyajian kopi dengan cepat dan tidak memerlukan banyak waktu. Seharusnya coffee shop yang bertema ini sudah menggunakan mesin espresso untuk mempercepat produksi kopinya. Lahirnya mesin espresso pada abad 19 menjadi kabar gembira bagi penikmat kopi kala itu, karena mereka tidak perlu mengantri lama ketika memesan secangkir kopi. 

    Baca Juga : Sejarah Mesin Espresso

    Ukuran kedai kopi fast bar kebanyakan berukuran besar dan mampu menampung banyak konsumen, karena mereka memiliki mesin espresso yang dapat mempercepat dalam pembuatan secangkir kopi. Dari sebuah espresso bisa menjadi banyak sekali  variasi racikan jenis minuman kopi, sehingga menu yang ditawarkan juga akan semakin banyak.

    Fast Bar
    Fast Bar

    Kesimpulan

    • Produk

    Buat kalian yang ingin merasakan kualitas kopi yang benar – benar nikmat saya sarankan datang ke coffee shop ber tema slow bar. Disana kita juga bisa sharing seputar industri kopi seperti single origin yang sedang naik daun, beberapa varietas kopi yang terkenal di dunia, sampai tren kopi yang sedang ramai. 

    Jika bosan dengan kopi hitam, maka datanglah ke kedai kopi fast bar yang memiliki mesin espresso, karena mereka memiliki variasi minuman berbahan dasar kopi yang sangat banyak dan tidak ada salahnya untuk dicoba 

    • Tempat

    Tidak suka keramaian dan ingin ngobrol yang agak berbobot, maka kedai slow bar adalah solusinya. Sedangkan jika ingin kumpul ramai – ramai bersama teman – teman akan lebih tepat datang ke kedai kopi fast bar, karena mereka memiliki space yang lebih besar.

    Tidak ada mana yang lebih baik dan benar, karena semua kembali sesuai tujuan seseorang mengunjungi sebuah coffee shop. Kopi tidak pernah salah, kita saja yang sok tau. Sekian dulu pembahasan dari kami, sampai jumpa pada artikel kopipedia selanjutnya. Salam rahayu.