Category: Kopipedia

  • Mengenal Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi

    Setiap menikmati segelas kopi, ada banyak hal yang menentukan rasa kopi yang kita minum. Mulai dari jenis kopinya, asal kopinya dari mana, bagaimana pengolahan pasca panennya dan juga metode sangrainya. Dalam kopipedia kali ini kita akan secara khusus mengulas singkat proses pasca panen oleh para petani kopi.

    Baca juga: Roasting Kopi, Proses Penting dalam Menentukan Cita Rasa Kopi

    Dalam proses pasca panen kopi, ada bagian kopi yang memang harus dibuang atau ada juga yang sengaja dibiarkan. Oleh karena itu ada baiknya kita perlu mengetahui struktur anatomi dari buah kopi. Struktur buah kopi pada dasarnya terdiri dari pericarp dan biji kopi. Pericarp sendiri terdiri lagi dari beberapa lapisan seperti kulit luar (outer rind), daging kulit (pulp), layer getah (mucilage) dan kulit tanduk (parchment). Yang paling sering dibersihkan merupakan pericarp, namun lapisan ini juga berpengaruh dalam menambah rasa pada kopi.

    Struktur Anatomi Buah Kopi

    Sebelum melalui proses pasca panen, kopi terlebih dahulu dipetik, dan hanya buah kopi yang sudah matang yang bisa dipetik. Untuk mengetahui buah kopi tersebut sudah matang atau belum, bisa dilihat dari warna buah kopi. Kopi yang sudah matang sempurna cenderung berwarna merah, dimana banyak kalangan petani menyebutnya ‘petik merah’.

    Baca juga: Sedikit Mengenal Apa Itu Specialty Coffee (Kopi Spesial)

    Berikut adalah beberapa proses pasca panen pada kopi.

    Natural Process

    Jika anda main ke kedai kopi dan melihat ada menu kopi single origin dengan nama natural, dapat dipastikan biji tersebut diolah dengan cara natural process. Natural process atau proses kering merupakan metode pengolahan kopi paling sederhana, termasuk teknik pengolahan kopi paling tua. Kenapa sederhana, karena setelah dipanen dan disortir, cherry kopi yang masih utuh akan dijemur di bawah sinar matahari, tanpa perlu mengupas kulit buah tersebut. Tentu saja dalam penjemuran perlu pengawasan, seperti biji kopi dibolak-balik secara berkala. Hal ini dilakukan supaya biji kopi mengering secara merata dan menghindari ada jamur atau pembusukan. 

    Natural Process

    Penjemuran dalam proses ini dilakukan selama 5-6 minggu, tergantung juga dengan kondisi cuaca. Karena prosesnya yang natural dan alami ini akan membuat cherry kopi terfermentasi secara natural, di mana kulit dan buah kopi menempel di biji kopi. Setelah kering akan dilakukan pengupasan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit ari.

    Ketika anda menemukan cherry kopi yang matang (warna merah), coba anda gigit, ada sensasi rasa manis. Dari situlah fermentasi alami pada kopi dengan proses natural ini. Jadi tidak mengherankan jika proses ini menghasilkan kopi dengan notes buah-buahan (fruity), rasa-rasa yang eksotis, body yang lebih banyak dengan tingkat acidity rendah.

    Baca juga: Mengenal Asosiasi Kopi Spesialti dari Dalam dan Luar Negeri

    Full Washed

    Proses pengolahan kopi yang juga dikenal dengan sebutan wet process (proses basah). Pada proses ini kopi yang sudah dipetik akan direndam terlebih dahulu. Tahap ini merupakan langkah pemisahan (sortasi) untuk menentukan cacat atau tidaknya biji kopi tersebut. Jika mengapung maka biji tersebut cacat, sehingga perlu dipisahkan dari biji kopi yang lain. Sedangkan biji kopi yang tenggelam dibiarkan untuk pemrosesan lebih lanjut.

    Setelah sortasi, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit dan daging biji kopi menggunakan mesin pengupas (pulper). Biji kopi yang sudah terlepas dari kulitnya ini kemudian dibersihkan lagi dengan memasukkannya ke dalam bejana berisi air. Proses ini dilakukan untuk melarutkan lendir (mucilage) yang masih menempel pada kulit kopi (parchment). Setelah itu, biji kopi yang sudah dibersihkan masuk ke tahap berikutnya yaitu proses perendaman. Perendaman dilakukan selama 12-36 jam, tergantung dari faktor kelembaban dan suhu udara di lingkungan tersebut. Jika suhu di sekitarnya semakin hangat, maka prosesnya akan semakin cepat pula. Selama proses perendaman, air rendaman ini diganti sebanyak satu kali.

    Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

    Full Washed

    Tahap selanjutnya adalah penjemuran, proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam biji kopi maksimum 12%. Biji kopi yang sudah kering, selanjutnya masuk pada proses pengupasan menggunakan huller, untuk memisahkan biji kopi dengan kulit tanduk. Biji kopi yang baru selesai dikeringkan, harus terlebih dahulu didiamkan atau didinginkan sampai suhu ruangan sebelum dilakukan pengupasan. Proses pengolahan kopi ini menghasilkan seduhan kopi yang clean dan light. Selain itu, kopi yang menggunakan proses ini memiliki body ringan, sedikit berasa buah dan acidity (keasaman) lebih tinggi. 

    Semi Washed

    Proses pengolahan kopi yang hampir sama dengan full washed, yang membedakan adalah selain tidak membutuhkan air sebanyak proses full washed, pada proses ini melalui dua kali proses pengeringan. Proses pasca panen ini juga merupakan proses pasca panen khas Indonesia, yang biasa ditemukan di Sumatera Utara dan Toraja, dikenal juga dengan proses giling basah.

    Baca juga: Sejarah Masuknya Kopi Ke Indonesia

    Langkah pertama adalah pengupasan daging buah cherry kopi dengan mesin pengupas (pulper). Setelah dikupas, biji kopi akan direndam sebentar supaya bersih, biasanya sekitar 1-2 jam. Selesai direndam, biji kopi kemudian diangkat dan dijemur. Inilah tahap pengeringan pertama, dimana kadar air dalam kopi disisakan hingga 30-35%. Proses ini memakan waktu 2-3 hari, ditandai dengan terkelupasnya kulit parchment.

    Semi Washed

    Sebelum tahap pengeringan kedua, biji kopi dikupas terlebih dahulu dari kulit parchment-nya menggunakan huller. Setelah selesai, barulah biji kopi dijemur sampai kadar air dalam kopi tersisa 10-12%. Ini merupakan angka standar yang digunakan dalam industri kopi, untuk menghindari kopi menjadi busuk atau rusak karena terlalu kering. Kopi hasil pengolahan ini memiliki sweetness yang cukup terasa, body penuh dan tingkat acidity lebih rendah dibanding kopi dengan proses full washed. 

    Honey Process

    Proses ini juga disebut pulped natural, pertama kali ditemukan di Brazil dengan istilah Cereja Descascada, yang artinya cherry yang dikupas. Proses ini hampir sama dengan proses full washed, tapi tanpa melalui fermentasi dan hanya menggunakan sedikit sekali air. 

    Honey Process

    Pada proses ini buah kopi dikupas dan dikeringkan dengan lapisan mucilage yang masih menyelimuti biji kopi tersebut. Kemudian saat proses pengeringan, lapisan ini masih menyerap kelembaban dari udara sehingga membuatnya jadi semakin lengket yang mirip tekstur madu. Proses ini banyak dipakai di Amerika tengah seperti Costa Rica dan El Salvador, dan mereka menyebutnya dengan kata miel, yang artinya madu.

    Lapisan mucilage inilah yang menjadi kunci utama dari honey process, karena menyimpan kandungan gula & acidity yang semakin terkonsentrasi ketika dilakukan pengeringan pada kopi tersebut. Jadi rasa kopi yang dihasilkan dari honey process adalah manis yang cukup intens disertai acidity yang seimbang. Selain itu sisa lapisan mucilage inilah yang menentukan jenis kopi honey process, yaitu yellow, red dan black honey. Warna di sini merepresentasikan warna kopi setelah proses penjemuran.

    Yellow Honey, Red Honey, Black Honey

    Yellow Honey

    Dalam proses ini, hanya sekitar 25% lapisan mucilage yang tersisa. Proses pengeringannya dilakukan di tempat yang tidak terlalu teduh supaya lebih cepat. Lama pengeringan sekitar 8 hari.

    Red Honey

    Red Honey memiliki 50% lapisan mucilage yang tersisa. Pengeringan dilakukan ketika cuaca agak mendung atau di tempat yang lumayan teduh. Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 12 hari.

    Black Honey

    Proses ini bisa dibilang paling sulit dan beresiko, karena lapisan mucilage-nya utuh atau 100%. Butuh waktu sekitar 30 hari untuk mencapai kadar air yang diinginkan dalam proses ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

    Wine Natural Process

    Tidak semua jenis kopi bisa diolah dengan proses ini, dianjurkan kopi arabica yang ditanam di ketinggian 1.500 mdpl. Dan tentu saja kopi yang memang sudah siap dipanen atau matang sempurna. Hal ini dikarenakan proses ini memerlukan getah yang cukup banyak untuk proses fermentasi, dan konon getah akan semakin banyak ketika kopi ditanam di ketinggian tertentu. Proses pasca panen ini bisa ditemui di daerah Takengon, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Jawa.

    Baca juga: Jenis-jenis Tanaman Kopi

    Setelah dipanen dan disortir, cherry kopi ini akan mengalami penjemuran, hal ini mirip dengan natural process dimana cherry kopi setelah disortir langsung dijemur. Yang membedakan adalah waktu pengeringan, untuk wine process memerlukan waktu 30-60 hari bahkan lebih, tergantung cuaca juga. Proses penjemurannya memang sengaja lebih panjang karena petani percaya bahwa semakin lama dijemur, maka cherry akan semakin melekat dengan biji kopi. Dan itulah yang kelak mengeluarkan rasa dan aroma wine.

    Wine Natural Process

    Lalu apakah rasanya seperti wine ? tidak juga, kopi ini memang terasa unik, segar, asam dan sensasi rasanya berbeda dari kopi biasanya. Hanya memang aromanya yang kuat layaknya wine, dan meskipun beraroma seperti wine, kopi ini tidak mengandung alkohol sama sekali.

    Baca juga: Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer

    Demikian proses pasca panen yang dapat kami ulas secara singkat, semoga bisa menjadi referensi tambahan bagi anda. Dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode pasca panen, kami mengembalikan kepada anda, kopi seperti apa yang ingin anda nikmati. Atau apakah ada proses pasca panen kopi yang teman-teman sedang kembangkan, bisa tulis di kolom komentar di bawah. Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer Di Dunia

    Setelah dalam artikel kopipedia sebelumnya kita mengenal jenis-jenis tanaman kopi. Dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang varietas kopi yang populer di dunia. Terdapat banyak jenis varietas kopi yang ada di dunia, ada yang hanya bisa tumbuh dan berbuah dengan baik di satu tempat, dan ada juga yang persebarannya di beberapa negara penghasil kopi.

    Baca juga: Jenis-jenis Tanaman Kopi

    Apa itu varietas kopi? menurut Wikipedia, varietas kopi adalah subspesies yang berasal dari pembiakan selektif atau seleksi alam dari tanaman kopi. Kadang ada yang menyalah artikan varietas merupakan sebutan lain untuk single origin. Padahal single origin merupakan penyebutan untuk daerah asal kopi tersebut ditanam. Selain varietas ada juga kultivar, yang merupakan sebutan untuk budidaya kopi dengan rekayasa dari manusia (hortikultura), bisa melalui penyilangan varietas, sehingga bisa menghasilkan tanaman kopi unggulan.

    Tabel Periodik Varietas Kopi
    Tabel Periodik Varietas Kopi. Sumber: coffeecomission.com

    Baca juga: Mengenal Asosiasi Specialty Coffee dari Dalam dan Luar Negeri

    Berikut ini beberapa varietas kopi yang menurut kami populer di dunia.

    Typica

    Menurut sejarah, Typica sama seperti kebanyakan jenis kopi arabika, berasal dari Ethiopia. Sekitar abad ke-15/16 dibawa ke Yaman. Pada tahun 1600, benih dari Yaman dibudidayakan di India. Kemudian pada tahun 1696 dan 1699, biji kopi dikirim dari pantai Malabar di India ke pulau Batavia (sekarang disebut Jawa di Indonesia). Beberapa benih inilah yang memunculkan apa yang sekarang kita kenal sebagai varietas Typica yang berbeda.

    Typica

    Varietas ini bisa dikatakan nenek moyangnya kopi yang kita kenal saat ini. Kata typica sendiri di bahasa Latin memiliki arti biasa. Dengan bentuk pohon yang tinggi, varietas ini menghasilkan hanya sedikit cherry yang ukuran bijinya cukup besar. Varietas ini juga lebih rentan terhadap penyakit. Tetapi dibalik itu semua, Typica adalah jenis kopi yang sangat populer, dan terkenal dengan kualitas cita rasanya yang clean, sweet, dan kualitas yang baik.

    Baca juga: Sejarah Awal Mula Kopi Ditemukan

    Bourbon

    Bourbon diperkenalkan oleh misionaris Perancis, dibawa dari Yaman ke Pulau Bourbon (sekarang La Réunion) pada awal tahun 1700-an. Hingga pertengahan abad ke-19, varietas Bourbon hanya ada di pulau itu. Tetapi mulai pertengahan tahun 1800-an, barulah varietas ini menyebar ke benua Afrika dan Amerika, bersama dengan para misionaris. Dari sinilah dimulai penyebaran Bourbon ke beberapa negara Afrika dan Amerika latin.

    Bourbon

    Bourbon merupakan salah satu varietas kopi arabika yang paling penting secara genetik di dunia. Termasuk varietas dengan bentuk pohon tinggi, tetapi sangat sedikit menghasilkan cherry yang ukurannya medium. Jika dibudidayakan di daerah dengan ketinggian yang tepat, dapat menghasilkan kualitas yang sangat baik saat kita menyeduhnya. Bisa dikatakan Bourbon ini adalah kopinya kopi.

    Caturra

    Varietas ini ditemukan di sebuah perkebunan di negara bagian Minas Gerais di Brasil antara tahun 1915 dan 1918. Caturra memiliki mutasi gen tunggal yang menyebabkan tanaman tumbuh lebih kecil (dwarfisme). Namanya berasal dari kata Guarani yang berarti “kecil”, juga bisa disebut “Nanico.”

    Caturra

    Caturra adalah mutasi alami dari varietas Bourbon. Dengan bentuk pohon yang kecil, menjadikan tanaman ini bisa ditempatkan lebih berdekatan. Jarak cabang sekundernya juga berdekatan, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan lebih banyak buah di tempat yang sama. Yang menjadi kekurangan varietas ini adalah, sangat rentan terhadap penyakit karat daun. Selain itu varietas ini memiliki karakter body yang halus dan tingkat kemanisan yang lebih rendah dari bourbon.

    Catuai

    Merupakan hasil persilangan antara Mundo Novo dan Caturra, dibuat oleh Instituto Agronomico (IAC) dari Negara Bagian Sao Paulo di Campinas, Brasil. Untuk kultivar diciptakan pada tahun 1949 dari persilangan kuning Caturra dan Mundo Novo, dan awalnya disebut H-2077. Ada jenis cherry kuning ataupun merah, dan telah menjadi banyak pilihan di berbagai negara.

    Catuai

    Tanaman ini sangat produktif dibandingkan dengan Bourbon, hal ini karena ukurannya yang kecil, yang memungkinkan jarak tanam lebih dekat, sehingga produksi menjadi lebih banyak. Selain itu Catuai juga lebih tahan karat daun daripada Caturra. Catuai memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Namun, ketika ditanam dan diproses dengan baik, Catuai dapat menghasilkan secangkir kopi yang enak bahkan ketika disangrai gelap.

    Baca juga: Roasting Kopi, Proses Penting dalam Menghasilkan Cita Rasa Kopi

    Pacas

    Pacas adalah mutasi alami Bourbon, mirip dengan Caturra di Brazil. Varietas tersebut ditemukan pada tahun 1949 di sebuah pertanian milik keluarga Pacas di wilayah Santa Ana di El Salvador. Kemudian pada tahun 1960, Salvador Institute for Coffee Research (ISIC) memulai program seleksi silsilah untuk Pacas.

    Pacas

    Varietas ini memiliki mutasi gen tunggal yang menyebabkan tanaman tumbuh lebih kecil (kerdil). Hal ini memungkinkan menempatkan tanaman lebih dekat, sehingga lebih mudah dalam proses perawatan, dan dapat meningkatkan total produksi. Sayangnya varietas ini rentan tehadap penyakit karat daun. Untuk rasa, kopi yang dihasilkan dari varietas ini juga cukup enak.

    Gesha

    Varietas ini awalnya dikumpulkan dari hutan kopi di Ethiopia pada tahun 1930-an. Dari sana, kemudian dikirim ke stasiun penelitian Lyamungu di Tanzania, dan kemudian dibawa ke Centro Agronómico Tropical de Investigación y Enseñanza (CATIE) di Amerika Tengah pada tahun 1953. Kopi varietas ini menjadi terkenal pada tahun 2005 ketika keluarga Peterson dari Boquete, Panama, memasukkannya ke dalam kompetisi dan lelang “Best of Panama“. Dimana pada waktu itu menerima nilai yang sangat tinggi dan memecahkan rekor harga lelang green beans.

    Gesha

    Gesha atau Geisha, digunakan bergantian untuk menyebut varietas ini. Memiliki pohon tinggi dan tahan terhadap penyakit karat daun menjadikannya unggulan. Tetapi yang paling utama adalah cita rasa yang dihasilkan dari seduhan kopi ini. Kopi ini memiliki cita rasa yang eksotis, karena menghasilkan aroma jasmine dengan perpaduan rasa buah-buahan seperti blueberry, mangga, pepaya, dan jeruk.

    Colombia

    Varietas kopi yang dikenal juga dengan nama Variedad Colombia. Oleh Cenicafe varietas ini Dikembangkan selama lima generasi antara tahun 1968 dan 1982, yang merupakan hasil dari hibridisasi sukses antara Caturra dan Timor Hybrid.

    Varietas Colombia memiliki bentuk pohon yang tinggi dan tahan terhadap penyakit, juga menghasilkan cherry yang cukup banyak. Anda akan mendapatkan cita rasa caramel, coklat, dan sedikit manis ketika menyeduh kopi ini.

    Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

    Ethiopia Heirloom

    Siapa yang tidak mengenal negara ini, salah satu penghasil kopi terbaik di dunia, bahkan banyak varietas kopi berasal dari negara ini. Ya, varietas ini ditujukan untuk varietas yang tersebar di Ethiopia, yang diyakini berjumlah lebih dari 6.000 varietas.

    Varietas ini termasuk ke dalam varietas wildflower yang diturunkan dari hutan alami penuh kopi di bagian Barat Daya Ethiopia. Setiap desa di di daerah ini memiliki jenis-jenis kopi mereka sendiri yang secara turun temurun dan berabad-abad silam dibentuk oleh tanah, ketinggian dan cuaca. Cita rasa varietas ini tentu juga beragam, menyesuaikan dimana varietas ini ditanam.

    S288

    Nama yang kurang biasa untuk varietas kopi. Varietas ini merupakan hasil persilangan secara alamiah antara jenis kopi arabika dan liberika. Varietas yang ditemukan di India ini, yang melalui genetik Liberika, sehingga varietas ini tahan dari penyakit karat daun yang merupakan kelemahan arabika.

    Catimor

    Merupakan varietas hasil dari persilangan/kultivar dari Caturra dan Timor, dikembangkan pada tahun 1959 di Portugal. Timor sendiri merupakan hasil persilangan arabika dan robusta, menghasilkan kopi yang tahan penyakit karat daun seperti robusta, namun memiliki kekayaan rasa khas kopi arabika. Karena dari nama induk Caturra dan Timor itulah, varietas ini bernama Catimor.

    Catimor

    Catimor pada umumnya memiliki hasil panen yang sangat banyak, dan juga ketahanannya terhadap penyakit karat daun. Hal ini menjadikan Catimor digemari oleh banyak petani kopi. Keasaman kopinya sangat rendah, sedangkan bitterness yang ada padanya terkandung begitu tinggi. Jika diproses dengan baik dan benar Catimor akan memberikan aftertaste herbal yang mengasyikkan, ada juga sentuhan fruity pada after taste-nya.

    Baca juga: Mengenal Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi

    Java

    Varietas ini memiliki sejarah budidaya yang panjang. Sesuai namanya, varietas ini diperkenalkan ke pulau Jawa langsung dari Ethiopia oleh Belanda pada awal abad ke-18. Pada pertengahan abad ke-20, benih ini dibawa ke Kamerun oleh seorang petani lokal melalui perusahaan Vilmorin, yang memperoleh benih di Jawa dari Porteres (seorang peternak terkenal).

    Java

    Dengan pohon yang tinggi dan pucuk daun berwarna coklat, varietas ini memiliki ukuran cherry yang cukup besar. Varietas ini juga relatif lebih tahan terhadap penyakit karat daun dan juga kebutuhan pupuk yang tidak terlalu banyak. Untuk petani kecil varietas ini menjadi pilihan mereka. Cita rasa yang dihasilkan varietas ini sangat enak, dengan tingkat keasaman yang tipis ditambah cita rasa manis, ada yang bilang varietas ini bisa menjadi alternatif dari Gesha.

    Itulah beberapa varietas kopi yang populer di dunia. Dengan seiringnya perkembangan industri kopi yang terus berkembang, tentunya kedepan semakin banyak varietas-varietas baru yang bisa ditemukan. Begitu Pula kultivar juga pasti semakin bervariatif berkat kemajuan ilmu dan teknologi. Mungkin dari teman-teman ada tambahan informasi tentang varietas atau kultivar baru bisa komen di kolom komentar di bawah.

    Ikuti terus informasi terbaru dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

    Baca juga: Mengenal Tentang Apa Itu Kopi Spesial (Specialty Coffee)

  • 4 Jenis Tanaman Kopi Di Indonesia dan Perbedaannya

    Saat ini menyeduh kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup, mulai dari kaum milenial sampai orang tua serta dari masyarakat desa sampai kota-kota besar menikmati secangkir kopi.  Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di dunia dengan berbagai jenis tanaman kopi yang bervariatif, mulai dari tanah Aceh Gayo sampai Papua Wamena memiliki jenis dan karakternya tersendiri, mengingat geografis yang berbeda-beda mulai dari ketinggian, jenis tanah, dan kelembaban. Ada 4 jenis tanaman kopi di Indonesia yang kamu perlu tahu.

    Baca juga: Sejarah Masuknya Kopi di Indonesia

    Kopi Arabika

    Coffea arabica adalah nama ilmiah dari jenis tanaman ini. Pohon kopi jenis ini memiliki daun yang kecil dan halus serta biji buah yang lebih besar dari kopi robusta. Ketinggian tanam kopi arabika agar bisa tumbuh dan berbuah dengan baik berkisar di 1.300-1.700 mdpl, dengan suhu sekitar 18⁰-23⁰ C.

    Jenis Biji Kopi Arabika
    Jenis Biji Kopi Arabika. Sumber: unsplash.com

    Kopi arabika rentan akan penyakit karat daun Hemileia vastatrix jika tidak ditanam sesuai dengan minimal ketinggiannya. Bisa dikatakan kopi arabika merupakan tanaman kopi yang paling sulit untuk dibudidayakan dibanding jenis kopi yang lain. Untuk kadar kafeinnya, kopi arabika memiliki kadar yang lebih kecil dari jenis kopi lain.

    Kopi ini juga memiliki sensasi rasa asam dan juga fruity, bisa dikatakan kaya rasa, jadi yang ingin menikmati kopi tanpa rasa yang tidak terlalu pahit, kopi arabika bisa menjadi pilihan. Di Indonesia sendiri kopi arabika tersebar di berbagai daerah di penjuru nusantara, seperti Gayo (Aceh), Malabar (Jawa Barat), Toraja, Flores, Papua, Kintamani (Bali), dll.

    Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

    Persentase produksi kopi arabika di Indonesia berkisar 25-30% dari total produksi kopi nasional per tahun, dan 60-65% dari hasil tersebut ditujukan untuk ekspor ke beberapa negara. Di seluruh dunia sendiri permintaan kopi arabika paling tinggi, yaitu sekitar 60%. Jadi bisa dikatakan  kopi arabika merupakan primadona untuk penikmat kopi di seluruh dunia. 

    Kopi Robusta

    Nama kopi robusta diambil dari kata bahasa Inggris yaitu robust berarti kuat, serta nama ilmiahnya adalah Coffea canephora. Bentuk biji yang lebih kecil dan bulat daripada arabika menjadi ciri dari jenis kopi ini. Kopi robusta akan tumbuh dan berbuah dengan baik jika ditanam di ketinggian 400-700 mdpl, dengan suhu sekitar 21⁰-23⁰ C.

    Jenis Biji Kopi Robusta
    Jenis Biji Kopi Robusta. Sumber: unsplash.com

    Penanamannya pun tidak terlalu sulit karena tidak memerlukan medan yang terlalu tinggi, serta untuk panen juga lebih cepat dari kopi arabika. Kadar kafein kopi robusta paling tinggi jika dibanding jenis kopi lain. Rasa kopi robusta sendiri cenderung pahit, ditambah gula atau krimer kental manis bisa menjadi pilihan saat menyeduh kopi ini.

    Baca juga: Mengenal Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi

    Persebaran kopi robusta di Indonesia lebih luas dibanding arabika, daerah penghasil kopi robusta yang terkenal antara lain dari Lampung dan Temanggung. Dengan persebaran yang luas tersebut, tidak memungkiri kopi robusta memiliki nilai produksi nasional terbesar, yaitu sebesar 70-75% per tahunnya, sedangkan permintaan kopi robusta di seluruh dunia berada satu tingkat di bawah kopi arabika.

    Kopi Liberika

    Kopi yang berasal dari Liberia ini memiliki nama ilmiah Coffea liberica. Banyak orang yang tidak tahu jenis kopi ini, karena biasanya hanya tahu arabika dan robusta. Berbeda dari jenis kopi sebelumnya, biji kopi liberika mempunyai ukuran yang lebih besar serta bentuknya bulat dan lonjong.

    Jenis Biji Kopi Liberika
    Jenis Biji Kopi Liberika. Sumber: Casa Liberica

    Kopi ini biasanya tumbuh di ketinggian 400 sampai 600 mdpl, tetapi ada juga yang bisa tumbuh di ketinggian 1.200 mdpl. Jenis kopi ini kurang diminati untuk dibudidayakan karena selain permintaannya sedikit, kopi ini hanya memiliki berat kering tak lebih dari 10% berat basahnya.

    Tentu saja hal ini kurang begitu menguntungkan bagi para petani. Karakter kopi ini memiliki cita rasa seperti robusta, tetapi kadar kafein kopi ini paling rendah dibanding yang lain. Meskipun peminatnya sedikit, jenis kopi ini masih bisa ditemui di daerah Jember, Jambi dan Kuala Tungkal.

    Baca juga: Roasting Kopi: Proses Penting dalam Menentukan Cita Rasa Kopi

    Kopi Excelsa

    Kopi yang nama ilmiahnya masih diperdebatkan, ada yang menyebutnya Coffea excelsa (Auguste Chevalier), kemudian oleh Emile De Wildeman dan Theophile Durand disebut Coffea dewevrei, dan terakhir disebut oleh para ahli  Coffea liberica var. excels, hal ini karena kopi excelsa adalah variasi dari kopi liberika.

    Jenis Biji Kopi Excelsa
    Jenis Biji Kopi Excelsa. Sumber: Fair Trade Communities

    Sama seperti kopi liberika, kopi excelsa pun tidak banyak diproduksi karena kalah saing dengan kopi arabika dan kopi robusta. Jenis kopi ini akan tumbuh ideal di ketinggian 0-750 mdpl, sesuai iklim tropis dan curah hujan sedang.

    Karakter rasa kopi ini cenderung asam saat meminumnya, terkadang juga ada sensasi alkohol, tetapi juga disertai rasa gurih. Daerah di Indonesia yang membudidayakan excelsa tidak banyak, tetapi kita masih bisa menemuinya di daerah Wonosalam dan Temanggung.

    Baca juga: Varietas Kopi Populer Di Dunia

    Dari keempat jenis tanaman kopi yang kami jelaskan secara singkat di atas, tentunya kembali kepada anda, untuk memilih kopi seperti apa yang ingin anda seduh. Jika anda penggemar robusta, tidak ada salahnya untuk mencicipi kopi arabika ataupun liberika dan excelsa. Siapa tahu justru anda menemukan sensasi tersendiri. Ataukah anda malah penggemar semuanya? mungkin bisa bagikan pengalaman anda di kolom komentar di bawah.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

    Baca juga: Apa itu Specialty Coffee Association dan Asosiasi Kopi Spesial Indonesia

  • Sejarah Masuknya Kopi di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

    Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia karena memiliki kualitas yang sangat baik dan diakui dunia. Pastinya kalian penasaran awal mula manusia menemukan kopi untuk dijadikan minuman serta awal masuknya kopi di Indonesia sampai menyebar ke seluruh pelosok negeri. 

    Legenda Asal Usul Minuman Kopi

    Ada dua legenda besar yang akrab di telinga  para penikmat dan pecinta kopi tentang awal manusia mengenal kopi untuk dijadikan minuman.

    Khaldi dan kambingnya

    Khaldi dan Kambingnya
    Khaldi dan Kambingnya. Sumber: tengkuputeh.com

    Legenda ini menceritakan dahulu kala di sekitar tahun 850 di dataran Ethiopia ada seorang pengembara kambing bernama Khaldi. Suatu saat ia melihat kambingnya sangat hiperaktif, mereka melompat kesana kemari seperti menari kegirangan.

    Si Khaldi pun tampak heran, setelah diselidiki ternyata kambingnya telah memakan buah berry merah dari sebuah pohon, karena penasaran ia mencicipi buah berry tersebut, alhasil si Khaldi menjadi semangat seperti kambingnya.

    Setelah kejadian tersebut si Khaldi menceritakan kepada para biarawan tentang ajaibnya buah berry tersebut, karena penasaran sang biarawan pun mencobanya. Sang biarawan sangat terkejut, setelah mengkonsumsi buah berry ia menjadi sangat berenergi sehingga terjaga sampai malam tanpa mengantuk untuk berdoa.

    Buah tersebut pahit tetapi dapat mengusir rasa kantuk, akhirnya biarawan mulai memanggang dan mengolah buah berry tersebut untuk dijadikan minuman penambah energi dan pengusir kantuk.

    Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

    Ali Bin Omar al Shadhili

    Ali Bin Omar al Shadhili
    Ali Bin Omar al Shadhili. Sumber: tengkuputeh.com

    Dahulu kala di kota Mocha di Yaman hiduplah seorang tabib yang handal dan ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan menggabungkan metode doa dan medis. Tabib tersebut bernama Ali Bin Omar al Shadhili yang akrab disapa tabib Omar.

    Kemahsyurannya tidak disukai oleh para penguasa lokal waktu itu, sehingga mereka menggunakan berbagai cara untuk menjatuhkan dan mengusir tabib Omar dari Mocha. Singkat cerita tabib Omar diusir keluar dari Mocha karena hasutan dan fitnah dari penguasa. Akhirnya tabib Omar pergi keluar dan menjauh dari daerah Mocha, Yaman.

    Dalam perjalanannya ia singgah di suatu goa untuk berteduh dan beristirahat. Ia sangat kelaparan dan lelah, kemudian ia menemukan semak yang dipenuhi dengan buah berry. Tanpa pikir panjang dia memakan buah berry tersebut karena ia yakin Tuhan telah memberi jawaban atas lelah dan laparnya.

    Tidak disangka ketika memakan buah tersebut sangat pahit, karena tidak kehabisan akal kemudian dia mencoba untuk meminum cairan dari buah tersebut. Tabib Omar sangat terkejut karena minuman itu membuat tubuhnya menjadi segar dan berenergi.

    Singkat cerita banyak orang datang ke gua tempat dimana tabib Omar berada untuk menyembuhkan penyakitnya, kemudian tabib Omar menggunakan ramuan biji berry tersebut menjadi obat yang mujarab dan dikenal dengan nama Mocha.

    Awal Mula Kopi Masuk di Indonesia

    Ada beberapa literatur dan sumber yang menceritakan masuknya kopi di Indonesia. Semua berawal pada sekitar tahun 1696 yang mana pemerintah belanda melalui kongsi dagangnya yang bernama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie)  membawa bibit tanaman kopi dari Malabar, sebuah kota di India ke pulau Jawa.

    Baca juga: Jenis-jenis Tanaman Kopi di Indonesia

    Kopi Arabika

    Pada tahun 1696 pertama kalinya pemerintah Belanda membawa kopi arabika ke Jawa dan membudidayakannya di daerah Kedawung dekat dengan Batavia tetapi hal tersebut gagal karena gempa bumi dan banjir. Kemudian sekitar tahun 1699 pemerintah Belanda melakukan upaya kedua kalinya mendatangkan stek pohon kopi arabika dari Malabar, India.

    Berselang beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1706 sampel kopi yang ditanam di Jawa dikirim ke Amsterdam, Belanda untuk diteliti dan hasilnya sangat mengejutkan karena kopi tersebut memiliki kualitas yang sangat bagus. Bibit tersebut kemudian dikembangkan dan disebarluaskan sampai ke Sumatra, Sulawesi, Bali dan pulau-pulau lainnya.

    Saat itu produksi kopi dari Indonesia sangat melimpah dan bisa menguasai pasar kopi dunia, bahkan di Eropa ekspor kopi dari Indonesia mampu mengalahkan ekspor kopi dari Mocha, Yaman.

    Kopi Robusta, besar karena bencana

    Sekitar tahun 1878 terjadi musibah besar yang memilukan untuk perkebunan kopi di Indonesia, karena hampir semua perkebunan kopi di Indonesia rusak terserang penyakit karat daun, hemileia vastatrix (HV), terutama yang berada di dataran rendah.

    Karena melihat potensi besar kopi Indonesia di pasar Eropa membuat pemerintah Belanda berpikir cepat untuk menanggulanginya, sehingga didatangkanlah spesies kopi liberika yang diperkirakan lebih kuat dari penyakit karat daun.

    Sebenarnya kopi liberika memiliki nilai jual yang sama di Eropa, tetapi nasib naas juga dialami tanaman kopi liberika di Indonesia yang ternyata tanaman kopi liberika juga tidak tahan dengan serangan hama karat daun. Akhirnya pada tahun 1907 Belanda membawa spesies lain yaitu kopi robusta dan berhasil sampai sekarang ini.

    Setelah kemerdekaan Indonesia, semua perkebunan kopi di Indonesia beralih tangan dan bukan milik Belanda lagi sehingga menjadikan Belanda bukan pemasok kopi lagi. Secara perlahan Indonesia mulai memegang sendiri perkebunan kopi eks pemerintah kolonial Belanda dan kita harus bangga karena sampai saat ini Indonesia menjadi negara besar penghasil kopi di dunia yang bersaing dengan Brazil, Vietnam serta Colombia.

    Baca juga: Varietas Kopi Yang Populer Di Dunia

    Ada beberapa daerah penghasil kopi di Indonesia yang terkenal sejak dulu, seperti Aceh Gayo, Sumatra Mandheling, Toraja Kalosi, Bali Kintamani, Jawa Preanger dan lain-lainnya. Untuk penghasil kopi robusta terbaik ada dari Lampung, Temanggung, dan beberapa daerah lainnya.

    Tidak lupa Indonesia juga terkenal dengan kopi luwak, kopi yang pernah menyandang kopi termahal di dunia, bahkan sekarang harganya masih bersaing dengan beberapa kopi terbaik dari seluruh dunia. Dengan berkembangnya zaman dan teknologi serta mulai meleknya generasi muda untuk mengolah kopi membuat Indonesia memiliki lebih banyak variatif hasil kopi dari berbagai daerah.

    Baca juga: Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi