Category: Kopipedia

  • Mengenal Beberapa Budaya Ngopi Negara-Negara di Dunia

    Setiap orang tentu punya cara tersendiri ketika menikmati kopi. Ada yang harus mendapatkan asupan caffeine ketika mulai aktivitas. Ada juga yang menikmatinya di kala senggang, bahkan ada yang harus ngopi sampai beberapa gelas dalam sehari.

    Selain itu ada yang menikmatinya untuk sambil bersosialisasi. Atau juga diskusi soal pekerjaan dan lain sebagainya. Tetapi ada juga yang memilih untuk menikmatinya seorang diri. Hal tersebut seperti menjadi kebiasaan dan lambat laun menjadi budaya, ya budaya menikmati si hitam.

    Di artikel ini kami akan membahas secara singkat beberapa budaya ngopi negara-negara di dunia.

    Baca juga : Inilah Beberapa Tradisi Ngopi Yang Unik Di Indonesia

    Italia

    Espresso tentu saja menjadi cara terbaik untuk menikmati kopi. Selain karena memang berasal dari Italia, menikmatinya sambil berdiri di bar menambah kepuasan tersendiri. Ditambah tentu saja tendangan kafein ketika menyeruput espresso di cangkir keramik kecil.

    Baca juga : Jenis Bahan Cangkir Kopi Dan Pengaruhnya Ke Rasa Kopi

    Selain itu hal yang sebaiknya tidak dilakukan jika sudah di atas jam 11 siang, adalah memesan cappuccino di Italia. Karena waktu yang tepat untuk menikmatinya adalah di pagi hari.

    Yunani

    Frappé adalah minuman kopi yang sangat digemari di Yunani. Terbuat dari kopi instan Nescafé, air dingin, gula, dan susu evaporasi yang di-blender. Tentu saja paling nikmat dinikmati ketika siang hari di musim panas. Minuman ini menjadi semakin populer ketika diperkenalkan oleh Starbucks.

    Perancis

    Café au lait, atau kopi dengan susu panas, berasal dari Perancis. Orang Prancis sering memulai hari mereka dengan mengkonsumsi minuman ini, disajikan dalam mug lebar. Biasa dikonsumsi hanya di pagi hari. Juga hal yang umum untuk mencelupkan croissant polos ke dalam kopi untuk sarapan.

    Baca juga : 5 Perbedaan Utama Antara Kopi Instan Dan Kopi Bubuk

    Café au lait berbeda dengan latte, meski sama-sama menggunakan kopi dan susu. Kopi yang digunakan untuk Café au lait dari hasil seduhan french press, dan tanpa ada buih susu.

    Denmark

    Mungkin karena musim dingin di Skandinavia yang lumayan panjang, konsumsi kopi di Denmark menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Kopi adalah bagian penting dari budaya Denmark sehingga banyak kedai kopi yang dapat ditemukan di hampir setiap sudut, terutama di kota-kota besar seperti Kopenhagen.

    Turki

    Pepatah Turki yang terkenal mengatakan coffee should as black as hell, as strong as death and as sweet as love. Yang diartikan secara harfiah kopi itu seharusnya hitam seperti neraka, sekuat kematian dan semanis cinta.

    Baca juga : Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

    Minuman kental ini biasanya disajikan setelah makan, diseduh menggunakan panci tembaga bergagang panjang yang disebut cezve dan ditemani permen Turki yang kenyal.

    Austria

    Minuman kopi tradisional Austria, mélange, sangat mirip dengan cappuccino. Minuman ini terbuat dari espresso dan susu kukus dan atasnya dengan buih atau, kadang-kadang krim kocok (hal inilah yang membuatnya berbeda dari cappuccino tradisional).

    Meksiko

    Jika suka mencampur kayu manis dalam kopi, minuman dari Meksiko bisa menjadi pilihan. Café de olla, merupakan minuman kopi yang diseduh dengan batang kayu manis dalam pot tembikar, yang oleh orang Meksiko dipercaya akan menghadirkan cita rasa kopi yang sebenarnya.

    Baca juga : Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

    Belanda

    Kaffe atau kopi adalah bagian budaya Belanda yang terkenal. Juga dikenal sebagai bakkie troost, kaffe Belanda dinikmati kapan saja, biasanya berwarna hitam, dan disajikan bersama cookies.

    Arab Saudi

    Di Arab Saudi dan budaya Arab lainnya, upacara minum kopi mengikuti banyak aturan etiket, termasuk selalu melayani yang lebih tua terlebih dahulu. Merupakan kebiasaan umum juga untuk menyajikan minuman ini ditambah kapulaga dan kurma kering untuk melawan rasa pahit dari kopi.

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

    Kuba

    Orang Kuba menyukai kopi mereka yang kental, entah itu di pagi hari, setelah makan, atau setiap kesempatan yang mereka dapatkan sepanjang hari. Menikamti kopi menjadi bagian penting dari tatanan sosial, minuman kopi kental Kuba berupa espresso dan biasa dinikmati saat bersosialisasi.

    Irlandia

    Kopi bertemu koktail, biasanya diminum setelah makan malam. Irish coffee merupakan perpaduan kopi panas, whisky Irlandia, gula, dan topping krim kocok. Minuman ini sangat disukai banyak orang.

    Baca juga : Sedikit Mengenal Tentang Apa Itu Specialty Coffee

    Pada awalnya Irish coffee sebenarnya dibuat di Irlandia pada tahun 1940-an untuk menghangatkan turis Amerika di malam musim dingin, tetapi kemudian menjadi terkenal sampai saat ini.

    Etiopia

    Di Etiopia, tempat kelahiran kopi, upacara minum kopi tradisional menjadi bagian budaya yang istimewa, dengan proses pembuatan dan penyajian yang berlangsung hingga dua jam. Menurut sejarahnya, buna, sebutan kopi di sini, disajikan dengan garam atau mentega sebagai pengganti gula.

    Australia dan Selandia Baru

    Flat white merupakan minuman favorit di sini, mirip dengan latte, tetapi konsistensinya jauh lebih lembut. Untuk membuatnya, tuangkan microfoam (buih susu) di atas single shot espresso. Proporsi kopinya lebih tinggi dari susu sangat berbeda dengan latte atau cappucino.

    Jepang

    Kopi dalam kemasan kaleng, Kan Kohi (bahasa Jepang), pertama kali diperkenalkan pada 1960-an, orang Jepang berduyun-duyun membelinya. Mudah ditemukan di supermarket, toko pinggir jalan, atau bahkan di dalam mesin penjual otomatis. Yang menarik, bisa memilih panas atau dingin.

    Baca juga : Roasting Kopi: Proses Penting Dalam Menentukan Cita Rasa

    Vietnam

    Kopi telur sangat populer di Vietnam, minuman ini layaknya makanan penutup. Cara membuatnya memadukan kopi panas dengan susu kental manis, gula, dan kuning telur.

    Maroko

    Maroko memiliki kopi berbumbu khusus yang disebut café des épices. Untuk membuatnya, campurkan biji kopi dan campuran rempah-rempah menjadi satu. Campuran bumbunya antara lain biji wijen, lada hitam, pala, kulit kayu cassia (kayu manis) dan biji jintan. Kemudian digiling semuanya, menciptakan minuman yang harum dan pedas.

    Baca juga : 4 Jenis Tanaman Kopi Di Indonesia Dan Perbedaannya

    Menarik bukan cara menikmati si hitam dari beberapa negara di dunia ? Meskipun sama-sama menggunakan biji kopi sebagai bahan utamanya. Cara mengkonsumsinya sangat beragam, ada yang murni hitam atau ditambah susu bahkan rempah-rempah.

    Selain itu cara menyeduh dan penyajiannya juga sangat berbeda, ada yang masih tradisional dan mengikuti budayanya, atau sudah modern. Jadi tidak salahnya jika kalian berkunjung ke salah satu negara di atas untuk mencobanya. Atau mau mencoba membuat sendiri di rumah ? Bisa berbagi di kolom komentar.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Tentang First, Second dan Third Wave Coffee

    Perkembangan industri kopi memiliki sejarah yang cukup panjang. Banyak terobosan-terobosan diperkenalkan sejak biji kopi pertama kali ditemukan hingga saat ini. Dari penemuan alat seduh yang sangat beragam, hingga cara menikmati si hitam agar sesuai dengan cita rasa yang diharapkan.

    Dalam perkembangannya itu ada tiga periode utama, yang kemudian disebut coffee wave. Beberapa dari kalian mungkin sudah pernah mendengar istilah third wave coffee, istilah ini sering ditemui dalam industri specialty coffee. Lalu bagaimana dengan first dan second wave?

    Di artikel ini kami akan coba bahas secara singkat, dari first, second dan third wave coffee.

    Baca juga : Sejarah Masuknya Kopi Di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

    Apa Itu Coffee Wave?

    Coffee wave merupakan istilah dalam perkembangan industri kopi. Pengertian mudahnya hal ini mengacu pada perubahan cara konsumsi pada minuman hitam ini. Ada tiga gelombang utama dalam coffee wave, first, second dan third wave coffee.

    Tiap gelombang ditandai dengan perubahan yang cukup signifikan dalam industri kopi, yang kemudian juga berdampak pada budaya menikmati kopi itu sendiri.

    Baca juga : Inilah Beberapa Tradisi Ngopi Yang Unik Di Indonesia

    First Wave Coffee

    Menurut catatan sejarah gelombang pertama diawali pada tahun 1800-an. Dimana pada waktu itu komoditas kopi meningkat sangat tajam. Hal ini terjadi karena orang-orang mulai menyadari potensi minuman ini, selain itu minuman ini juga menjadi konsumsi harian. Ya, adanya pergeseran dari budaya menikmati teh menjadi kopi.

    Dengan meningkatnya keinginan pasar yang sangat masif, membuat produksi kopi bisa dikatakan seadanya. Yang kemudian membuat cita rasa kopi yang didapat sangatlah buruk, dan hal inilah yang menjadi kritikan saat itu. Istilah kuantitas di atas kualitas sangat di jelas di gelombang pertama ini. Bahkan tidak ada keterangan kopi yang dikonsumsi jenis apa, berasal dari mana, dan lain-lain.

    Di gelombang pertama ini ada penemuan cukup signifikan dalam cara pengemasan kopi, vacuum packaging. Ditemukan oleh Austin dan RW Hills, seorang shipbuilders yang alih profesi menjadi coffee roasters, dan juga merupakan pendiri Hill Bros Coffee. Proses pengemasan ini mengeluarkan gas yang ada di dalam kemasan, berdampak pada cita rasa kopi lebih fresh. Cara pengemasan ini bahkan masih dipakai hingga saat ini.

    Kemudian pada awal tahun 1900-an, tercipta inovasi lain yaitu bagaimana cara menikmati kopi cepat dan praktis. Penemuan kopi instan menjawab semua itu, diperkenalkan oleh Satori Kato, seorang Japanese-American pada tahun 1903. Mengaplikasian dehydration process pada kopi yang sebelumnya sudah dilakukan pada teh larut. Proses tersebut dipatenkan, “Coffee Concentrate and Process of Making Same”, yang sekarang kita sebut kopi instan.

    Baca juga : Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

    Pada gelombang pertama ini merek kopi ternama di Amerika Serikat, Folgers dan Maxwell House mendominasi industri kopi. Dengan mudahnya produk mereka bisa ditemui di supermarket bahkan dapur di rumah-rumah. Jangan lupakan juga penemuan pertama  automatic drip home coffee maker, oleh seorang entrepreneur Vincent Marotta.

    Second Wave Coffee

    Gelombang kedua dimulai pada tahun 1970-an, hal ini karena kurang puasnya para peminum kopi dengan cita rasa kopi pada periode gelombang pertama. Para peminum kopi tidak hanya ingin meminum kopi. Tetapi juga ingin tahu apa yang ada di dalam cangkir kopi mereka. Mereka ingin tahu bagaimana secangkir kopi yang nikmat bisa disajikan di depan mereka, apa itu proses roasting, dan lain-lain.

    Kesempatan inilah yang dilihat oleh Starbucks, mereka mencantumkan asal kopi dari mana, tingkat roasting-nya seperti apa (specialty coffee beans). Selain itu juga memperkenalkan minuman kopi yang tidak hanya “hitam”, seperti latte, cappuccino, frappuccino atau malah espresso dengan pemanis, dan lain sebagainya.

    Baca juga : Istilah-Istilah Dalam Dunia Kopi Yang Kamu Perlu Tahu

    Selain berorientasi pada proses, bukan hanya meminumnya. Gelombang kedua ini juga menandai berubahnya budaya ngopi di kantor/rumah ke coffee shop. Perkembangan coffee shop sangat signifikan waktu itu, banyak tersebar di kota-kota besar. Bahkan bisa dikatakan minum kopi menjadi gaya hidup yang penting pada waktu itu.

    Third Wave Coffee

    Gelombang ketiga, istilah ini pertama kali digunakan oleh Trish Rothgeb pada tahun 2002 dalam Roasters Guild Publications, yang mendefinisikan tiga periode sebagai “gelombang”.

    Peminum kopi dalam gelombang ketiga ini jauh lebih tertarik untuk memiliki secangkir kopi yang enak dan sesuai dengan selera mereka.

    Dalam gelombang ini kopi mulai memiliki banyak kesamaan dengan wine, orang lebih ingin tahu tentang asal-usul kopi, dan juga proses bagaimana cara kopi diseduh. Hal penting dari gelombang ini adalah lahirnya specialty coffee yang merupakan titik balik industri kopi.

    Kualitas kopi menjadi sangat penting, beriringan dengan keingintahuan para penikmat kopi dari mana asal kopi tersebut, bagaimana proses pasca panen-nya, level roast, dll. Dari situ lahirlah istilah single origin.

    Baca juga : Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer Di Dunia

    Selama gelombang ketiga, ada peningkatan yang signifikan dalam kopi single origin, juga biji kopi dicari karena rasa uniknya seperti keasaman, rasa manis, dan cita rasa lain. Flavor Wheel yang di-inisiasi ole SCA (Specialty Coffee Association) menjadi jawaban untuk mengetahui aroma dan cita rasa dari biji kopi tertentu.

    Hal penting lainnya dari gelombang ketiga adalah fokus industri pada keberlanjutan di seluruh rantai pasokan. Dengan inisiatif seperti fair trade yang melindungi petani kopi dengan membayar mereka dengan harga yang pantas.

    Selain itu pada gelombang ketiga ini proses dari hulu ke hilir benar-benar transparan. Hal ini menjadikan gelombang ketiga mempunyai pengaruh secara positif kepada semua orang yang terlibat dalam dunia kopi dari petani hingga konsumen, dari benih hingga sampai di cangkir.

    Perbedaan dari gelombang pertama, kedua dan ketiga memang signifikan. Banyak inovasi, figur dan merek-merek yang berperan penting dalam setiap gelombang. Saat ini masih menjadi perdebatan apakah sekarang ini sudah bisa dikatakan masuk ke gelombang keempat (fourth wave) atau masih di third wave.

    Menurut kalian bagaimana ? mungkin bisa berbagi di kolom komentar.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Aeropress Alat Pembuat Kopi Espresso Manual

    AeroPress bisa dikatakan terobosan baru dalam perkembangan alat seduh manual di era third wave coffee. Bagaimana tidak, alat ini menggunakan dua prinsip dalam proses penyeduhannya. Yang pertama adalah immersion (rendam) dan yang kedua menggunakan tekanan.

    Seperti yang sudah kita ketahui alat seduh metode immersion paling terkenal adalah French press. Yang menarik AeroPress ini diciptakan karena kurang puas-nya sang penemu dengan cita rasa kopi yang dihasilkan oleh French press. Selain itu alat seduh ini juga punya tempat tersendiri bagi para kopi enthusiast.

    Nah di artikel ini, kami akan membahas secara khusus AeroPress.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

    Sejarah AeroPress

    AeroPress dibuat oleh Aerobie, Inc., perusahaan dari Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1984 oleh Alan Adler. Uniknya perusahaan ini memproduksi berbagai macam mainan, yang terkenal adalah Aerobie Superdisc. Merupakan alat untuk olahraga atau permainan lempar berupa cakram plastik.

    Ide awal AeroPress dimulai pada tahun 2004 oleh Alan Adler seorang kopi enthusiast. Hal ini tercetus karena apa yang dia dapatkan dari hasil seduhan kopi beberapa alat seduh tidak sesuai keinginannya. Memerlukan waktu setahun untuk menciptakan alat seduh yang sesuai dengan keinginan Alan Adler.

    Keinginannya adalah bagaimana mengurangi acidity dan bitterness dalam secangkir kopi yang dihasilkan. Alan Adler sendiri selain kopi enthusiast, adalah pensiunan pengajar engineering dari Stanford University dan juga penemu.

    Baca juga : Mengenal Asal Usul Dan Cara Kerja Alat Seduh Kopi Moka Pot

    Akhirnya pada 2005, produk pertama AeroPress dirilis ke publik. Banyak yang sinis pada awalnya karena latar belakang perusahaan yang memproduksi mainan. Tidak butuh waktu lama alat ini menjadi perbincangan dan juga karena aktifnya Alan Adler mengikuti trade show untuk memamerkan alat seduh ini.

    Sekarang ini AeroPress sudah dijual di lebih dari 80 negara di dunia. Selain itu juga ada kompetisi tahunan yang diinisiasi oleh para pecinta AeroPress, World AeroPress Championship. Tidak main-main para peserta berasal dari lebih 60 negara. Mereka berlomba-lomba untuk menghasilkan cita rasa kopi menggunakan preferensi pribadi.

    Pada tahun 2017 perusahaan Aerobie, khususnya divisi mainan dijual. Selanjutnya AeroPress dikelola perusahaan sendiri bernama AeroPress, Inc., dan tentunya sekarang lebih berfokus pada industri kopi dan perkembangannya.

    Bagian-Bagian dan Perkembangan Aeropress

    Bentuk AeroPress mirip seperti alat suntik dimana memiliki 2 tabung utama, yaitu (chamber) dan plunger. Bagian chamber merupakan tempat untuk menampung kopi dan air panas. Pada bagian ujung chamber terdapat filter cap (penutup) yang berbentuk lingkaran dan berongga.

    Fungsi filter cap tersebut untuk menempatkan filter kopi yang berupa micro filter sebelum diisi bubuk kopi. Untuk bagian plunger, pada bagian ujung yang masuk ke chamber terdapat karet seal. Fungsinya tentu saja untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan untuk menyeduh kopi.

    Baca juga : Mengenal ROK Presso Alat Pembuat Kopi Espresso Manual

    Bagian atau pelengkap yang lain ada funnel, semacam corong untuk memasukkan bubuk kopi ke chamber. Micro filter dan juga tempatnya, kemudian ada pengaduk (stirrer) dan terakhir sendok untuk melengkapi.

    Secara keseluruhan desain AeroPress tidak mengalami perubahan yang signifikan dalam sepuluh tahun terakhir. Mungkin hanya perubahan kecil, tapi tercatat ada 8 versi dari sejak rilis pertama tahun 2005.

    Baca juga : Sedikit Mengenal Tentang Apa Itu Specialty Coffee

    Versi 1 & 2

    Dirilis mulai Oktober 2005 – Juli 2009, dimana desain awal AeroPress dibuat menggunakan polycarbonate. Polycarbonate merupakan bahan berwarna kebiruan yang terbuat dari BPA (Bisphenol A). Ketika dilakukan tes kandungan BPA, tidak ditemukan dalam kopi yang dihasilkan oleh AeroPress.

    Versi 3

    Dikenalkan ke publik pada Agustus 2009 – Agustus 2010. Dalam pembuatan versi 3 ini, bahan yang digunakan adalah Copolyester yang bebas BPA. Hal ini untuk memastikan bahwa produk tersebut sepenuhnya bebas dari BPA.

    Versi 4

    Dikeluarkan pada September 2010 – Desember 2013, hanya menambahkan sedikit aksen abu-abu pada desain klasik AeroPress.

    Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

    Versi 5

    Dirilis pada januari 2014 – Juni 2014, dimana versi ini memperkenalkan perubahan warna angka dari biru ke emas. Selain itu juga ada cetakan tambahan bertuliskan ‘AeroPress’. Cetakan ini diperkenalkan sehingga pelanggan dapat menentukan model AeroPress asli atau palsu.

    Versi 6 & 7

    Versi ini dirilis pada Juli 2014 – Oktober 2019, versi 6 dikembangkan menjadi produk polypropylene dengan tulisan dengan warna beige. Sedangkan versi 7 memiliki desain sedikit menonjol, karena menggunakan huruf berwarna foil emas juga dengan tampilan warna abu-abu yang sedikit dikurangi.

    Versi 8

    Dikenalkan mulai November 2019 hingga saat ini. Warna tulisan di versi ini menjadi warna merah yang sangat kontras dengan warna tabung AeroPress itu sendiri. Selain itu juga diperkenalkan AeroPress Go, merupakan versi travel tentu dengan ukuran yang lebih kecil dan lebih mudah dibawa.

    Baca juga : Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

    Cara Kerja dan Hasil Seduhan Aeropress

    Untuk menyeduh menggunakan AeroPress bisa dikatakan sangat mudah, bahkan waktu yang diperlukan relatif singkat. Diatas disinggung alat ini berbentuk seperti jarum suntik. Cara kerjanya pun hampir sama, jadi hanya perlu menekan plunger untuk menghasilkan seduhan.

    Yang pertama pastikan filter cap sudah terpasang di chamber, dan seal karet juga sudah terpasang di plunger. Setelah itu siapkan biji kopi seberat 18 gr (single cup dose), dan digiling dengan ukuran medium-fine. Kemudian sebelum bubuk kopi dimasukan ke dalam chamber, pastikan sudah dipasang micro filter.

    Letakkan chamber di atas gelas, kemudian tuangkan air panas ke dalam chamber yang sudah terisi bubuk kopi, kurang lebih 180 ml (di sini menggunakan rasio 1:10). Aduk sebentar kurang lebih 10 detik, setelah itu pasang plunger dari atas.

    Baca juga : Efek Positif Dan Negatif Meminum Kopi Bagi Kesehatan

    Tekan pelan-pelan plunger ke bawah, jika ada sedikit resistensi lanjut tekan hingga air dalam chamber habis. Ketika air sudah turun semua berarti seduhan kopi menggunakan AeroPress siap dinikmati.

    Bagaimana soal cita rasa kopi yang dihasilkan?

    Dengan penggunaan micro filter, tentu seduhan yang dihasilkan clean karena minyak dan bubuk kopi akan tersaring. Selain itu penggunaan tekanan saat ekstraksinya akan menghasilkan cita rasa yang sangat jelas. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan french press atau pour over.

    Jadi sudah pernah mencicipi hasil seduhan menggunakan AeroPress ? Atau malah kalian punya sendiri di rumah ? Tidak ada salahnya mencoba jika sedang main ke kedai favorit kalian menyediakan AeroPress. Silahkan berbagi pengalamannya di kolom komentar.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Flair Alat Pembuat Kopi Espresso Manual

    Menikmati espresso ketika di perjalanan atau saat bepergian, tidak harus mencari kedai kopi dulu. Dengan alat satu ini kalian bisa menghasilkan seduhan espresso dimanapun. Ya alat ini merupakan salah satu espresso manual maker portable.

    Diberi nama Flair oleh pendirinya, alat ini selain bisa dibawa kemana-mana juga cantik untuk dipajang di meja dapur kalian. Tentu saja alat ini tidak memerlukan sumber daya listrik, murni hanya memerlukan tenaga manusia.

    Nah, untuk artikel kali ini kami secara khusus akan membahas Flair.

    Baca juga : Rasio Seduh Untuk Sajian Kopi Espresso Yang Nikmat

    Sejarah Flair

    Flair diciptakan oleh seseorang dari Brazil bernama Sergio Landau, yang merupakan pecinta espresso dan juga biomedical engineer. Latar belakangnya membuat alat ini tentu saja supaya bisa menikmati espresso di rumah, dan tanpa listrik. Pengalamannya selama 30 tahun di engineering diterapkan dalam pembuatan alat ini.

    Perjalanan Flair dimulai pada tahun 2016, dimana tentu sebelumnya sudah banyak melewati proses prototype, dll. Proyek tersebut diawali melalui Kickstarter, merupakan semacam pendanaan yang melibatkan masyarakat luas (crowdfunding) untuk produk-produk kreatif. Bisa dikatakan Flair merupakan sedikit dari beberapa proyek yang berkaitan dengan kopi dan sukses.

    Dana yang dibutuhkan melalui Kickstarter awalnya sebesar $45.000 yang kemudian dinaikkan menjadi $58.000. Yang membedakan dengan proyek-proyek lainnya tentu saja sang penemu, Sergio Landau. Dimana dia sudah menyiapkan semuanya, jadi tinggal proses produksi, dan pendanaan tersebut digunakan untuk produksi awal Flair yang berjumlah 800 buah.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

    Akhirnya proses produksi Flair dimulai pada Januari 2017, dan langsung diterima oleh para penggiat kopi. Seiring berjalannya waktu Flair mengalami berbagai perubahan dan pengembangan dan juga beberapa varian.

    Bagian-Bagian Flair

    Meski Flair memiliki beberapa varian, bagian-bagian utamanya tetap sama. Yang pertama merupakan base, yang berfungsi sebagai dasar dan sebagai tempat gelas untuk menampung hasil seduhan. Kemudian kedua ada lever/tuas yang terhubung dengan base. Di tuas inilah tenaga yang dihasilkan untuk membuat tekanan dalam pembuatan espresso.

    Selanjutnya ada brew head yang terdiri dari silinder (group head) yang terbuat dari stainless, portafilter, shower screen, piston, juga ada semacam corong plastik agar memudahkan untuk memasukan kopi ke dalam portafilter, gelas ukur, serta tamper alumunium.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Dan Komponen Dari Mesin Espresso

    Yang menarik Flair ini modular, jadi bisa dilepas satu-satu. Dan pemasangannya juga sangat mudah. Untuk itu juga disediakan tas kecil untuk menampung bagian-bagian ini, sangat memudahkan, dan bisa dibawa ke mana-mana. 

    Varian Flair

    Flair memiliki beberapa varian dari awal diproduksinya hingga kini yang kalian bisa pilih sesuai kebutuhan.

    Flair Classic

    Merupakan Flair yang masih orisinil, bentuknya sama dengan produksi awal. Portafilter bisa menampung kopi 12-18 gr, dan penampung air berkapasitas 60 ml. 

    Baca juga : Mengenal Asal Usul Dan Cara Kerja Alat Seduh Kopi Moka Pot

    Flair Signature

    Pada varian ini, Flair memperkenalkan pressure gauge/manometer. Yang berfungsi untuk melihat tekanan yang dihasilkan. Portafilter bisa menampung kopi 12-18 gr, dan penampung air berkapasitas 60 ml.

    Flair Pro Dan Pro 2.0

    Selain pressure gauge/manometer pada varian ini juga memiliki portafilter yang lebih besar serta thermal mass yang lebih baik dari varian sebelumnya. Hal ini membuat panas air lebih terjaga. 

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

    Flair Neo

    Soal desain bisa dikatakan sedikit mundur ke varian classic, tetapi sudah dilengkapi dengan pressurized basket.

    Flair 58

    Varian terbaru dari Flair, memperkenalkan ukuran portafilter standard yaitu 58 mm, dan juga menggunakan handle layaknya portafilter mesin-mesin espresso komersial.

    Menggunakan Flair Dan Cita Rasa Yang Dihasilkan

    Cara membuat espresso menggunakan Flair hampir sama dengan menggunakan ROK Presso. Sama-sama menggunakan tenaga manusia untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan. Yang membedakan ROK Presso menggunakan 2 tuas, semntara Flair hanya 1. Tekanan yang dihasilkan Flair bisa mencapai 9 bar, tidak kalah kan dengan mesin espresso kelas komersial.

    Secara garis besar cara menggunakan Flair seperti ini. Pertama rebus air dan tuangkan beberapa ml ke dalam silinder untuk pemanasan awal (preheat). Sementara itu, giling 13-18 gr kopi, letakkan di portafilter, dan gunakan tamper yang disertakan untuk memadatkan bubuk kopi.

    Pasang semua komponen, tuangkan air ke dalam silinder, kemudian tekan tuas dengan kekuatan 15 kg atau lebih. Cukup menggunakan satu lengan untuk menurunkan tuasnya, tidak perlu terlalu keras,  juga tidak terlalu ringan. Tekan terus hingga seduhan turun ke dalam gelas, espresso siap dinikmati.

    Baca juga : Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

    Nah, meskipun manual, tentu juga perlu kalibrasi agar menghasilkan seduhan espresso yang nikmat. Yang perlu diperhatikan antara lain, dose yang digunakan dan juga kasar/halusnya bubuk kopi yang ditempatkan di portafilter.

    Oleh karena itu mungkin perlu beberapa kali mencoba agar seduhan yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Selalu gunakan kopi yang digunakan masih fresh, agar menghasilkan seduhan yang optimal.

    Sudah pernah mencoba hasil seduhan espresso dengan menggunakan Flair, bagaimana jika dibandingkan dengan ROK Presso ? Atau mungkin memiliki alat ini di rumah ? Bisa berbagi pengalamannya di kolom komentar.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal ROK Presso Alat Pembuat Kopi Espresso Manual

    Espresso, merupakan sajian minuman kopi yang sebelumnya hanya bisa diseduh menggunakan mesin khusus. Memang ada versi stove top yaitu moka pot, tetapi tekanan yang diberikan saat menghasilkan seduhan dirasa kurang, dimana hanya mengandalkan dari uap air.

    Seiring dengan berkembangnya industri kopi yang cukup signifikan saat ini. Membuat orang-orang dengan ide briliannya menciptakan espresso maker manual. Ya, pembuat espresso tanpa menggunakan mesin. Banyak jenis espresso maker manual yang dijual di pasaran, yang kalian bisa pilih.

    Nah kali ini, kami akan secara khusus membahas ROK Presso, salah satu espresso maker manual. 

    Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

    Sejarah ROK Presso

    Pada awalnya espresso maker manual ini diciptakan dari ide seorang berkebangsaan Inggris bernama Patrick Hunt, yaitu pada tahun 1998. Idenya tentu saja bagaimana membuat espresso maker manual yang bisa digunakan di rumah dan tanpa listrik.

    Ide ini dipresentasikan ke para pemegang saham ROK (dimana Patrick juga salah satunya). Ya, nama perusahaan ini adalah ROK yang berdiri tahun 1997, dimana berkecimpung dalam bidang desain produk. Mendapat persetujuan para pemegang saham, dimulailah perjalanan espresso maker manual ini.

    Dari tahun 1999 memerlukan waktu 5 tahun mulai dari proses sket desain, juga pembuatan prototype produk yang diberi kode nama Presso ini. Selain itu juga melalui beberapa kali penyempurnaan, penyesuaian, dan pemilihan bahan yang digunakan. Serta orang-orang yang ikut andil dalam pembuatan espresso maker manual ini.

    Baca juga : Memilih Mesin Espresso Yang Terbaik Sesuai Kebutuhan

    Akhirnya pada tahun 2004, Presso dirilis ke publik dan mendapat sambutan hangat dari para penggiat kopi. Bahkan stasiun televisi BBC saat itu memberikan porsi khusus membahas Presso.

    Seiring berjalannya waktu dan dan juga pergantian manajemen baru. Pada tahun 2013 nama Presso kemudian diganti dengan nama yang kita kenal sekarang ini, ROK Presso.

    Bagian-Bagian ROK Presso

    ROK Presso terdiri dari beberapa bagian utama. Yang pertama yaitu body yang terdiri dari chamber, plunger, O-ring, filter seal, bayonet ring dan lever arms. Dan yang menarik alat ini juga memiliki portafilter layaknya mesin espresso.

    Body utama ROK Presso sebagian besar menggunakan material polished aluminium. Untuk chamber dan plunger menggunakan material akrilik, yang kemudian ada pengembangan dan material tersebut diganti. Untuk bagian O-ring serta filter seal  menggunakan material dari karet silikon.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Dan Komponen Dari Mesin Espresso

    Portafilter ROK Presso memiliki diameter 50mm, bukan ukuran kebanyakan layaknya portafilter pada mesin espresso. Jadi portafilter ROK Presso hanya bisa dipakai di body ROK Presso. Kapasitas yang bisa ditampung portafilter ROK Presso hingga 18 gram bubuk kopi.

    Meski menjunjung tinggi durabilitas, tidak memungkiri ada bagian-bagian yang memang harus diganti seiring jam terbang penggunaannya. Jangan khawatir, pihak ROK juga sudah menyediakan parts-nya jika memang ada yang harus diganti. Bisa dikatakan proses untuk pergantian juga mudah, bisa dikerjakan sendiri.

    Pengembangan Rok Presso

    ROK Presso beberapa kali mengalami pengembangan, hal ini dilakukan agar durabilitas alat ini terjaga. Tidak heran mereka memiliki tagline, Human-powered espresso maker to last you a lifetime. Sedikit jumawa memang, tapi bahan yang digunakan (sebagian besar aluminium) memang memiliki durabilitas yang lama.

    Setelah dirilis ke pasar pada tahun 2004, Presso tidak begitu saja tanpa masalah dalam penggunaannya. Hal yang paling banyak dikeluhkan adalah bagian lever arms/tuas yang ketika digunakan bahkan bisa sampai patah.

    Baca juga : Rasio Seduh Untuk Sajian Kopi Espresso Yang Nikmat

    Banyak perubahan dan penguatan parts dilakukan, hingga akhirnya berganti nama menjadi ROK pada tahun 2013. Meski secara visual tidak begitu nampak tapi pihak ROK saat itu mengklaim ada penambahan penguatan pada bagian aluminium sebanyak 35%.

    Selain itu juga ada penambahan berat di bagian lever arms/tuas (yang sebelumnya bisa sampai patah) sebesar 65 gr. Bahkan pihak ROK berani menjamin lever arms/tuas keluaran 2013 tidak akan sampai patah saat digunakan.

    Pada produk keluaran 2013 ini juga diperkenalkan aksen warna pada body ROK Presso, sehingga tidak hanya warna silver aluminium. Juga ditambahkan 4 buah karet anti slip pada bagian bawah, yang semakin memantapkan alat ini saat digunakan.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

    Kemudian pada tahun 2019 keluarlah varian baru ROK Presso yang diberi nama ROK Presso GC. GC sendiri merupakan akronim dari glass composite, adalah bahan pengganti yang digunakan untuk bagian chamber (penampung air) dan plunger, dimana sebelumnya berbahan akrilik.

    Desain plunger, O-ring dan shower filter juga mengalami perubahan mengikuti chamber GC tersebut. Chamber GC memiliki diameter lebih sempit dari sebelumnya, hal ini memungkinkan tekanan yang dihasilkan bertambah. Diameter O-ring juga menjadi lebih kecil, tetapi lebih tebal, demikian juga filter seal.

    Lalu bagaimana jika sudah mempunyai produk sebelum ROK Presso GC ? Tenang, kalian cukup membeli ROK Presso GC conversion kit, voila, ROK Presso kalian menjadi baru lagi dan dengan upgrade terbaru.

    Baca juga : Mengenal Sejarah, Tradisi, Dan Budaya Turkish Coffee

    Yang terbaru pada tahun ini, ROK memperkenalkan competition filter screen. Merupakan pengganti filter seal yang sebelumnya dari full karet silikon. Diklaim dapat menghasilkan distribusi air yang merata saat penekanan. Parts ini juga bisa dipasang di Presso maupun ROK Presso versi lama.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Dan Cara Kerja Alat Seduh Kopi French Press

    Cara Kerja Dan Hasil Seduhan ROK Presso

    Cara membuat espresso menggunakan ROK Presso hampir sama dengan menggunakan mesin espresso. Yang membedakan tentu saja penggunaan tenaga manusia untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan. Tidak main-main tekanan yang dihasilkan ROK Presso mencapai 9 bar, tentu tidak kalah dengan mesin espresso kelas komersial.

    Secara garis besar cara kerjanya seperti ini. Siapkan bubuk kopi di portafilter, jangan lupa di-tamping, kemudian pasang portafilter di tempatnya. Setelah itu masukkan air panas ke dalam chamber, angkat lever arms pelan-pelan, kemudian turunkan lever arms tersebut. Dalam 15-30 detik hasil ekstraksi espresso akan turun ke gelas yang tentunya sudah disiapkan. 

    Waktu yang diperlukan saat ekstraksi memang hampir sama dengan mesin espresso. Tetapi juga bergantung pada halus kasarnya bubuk kopi dan tekanan yang diberikan saat tamping. Lalu bagaimana hasil ekstraksi ROK Presso?

    Baca juga : Beginilah Tahapan-Tahapan Dalam Proses Menyeduh Kopi

    Dengan ukuran gilingan yang pas, serta tekanan tamping yang sesuai, dan juga penekanan pada lever arms yang konstan. Hasil ekstraksi menggunakan ROK Presso memiliki cita rasa kopi cukup kaya, dengan body mouthfell, dan crema yang dihasilkan pun cukup tebal, mantap untuk ukuran espresso manual maker. 

    Meski dengan embel-embel manual, alat ini ternyata banyak dipakai di kedai kopi rumahan dengan flow yang tidak begitu ramai. Bahkan salah satu franchise kopi susu di Indonesia, menggunakan alat ini untuk ekstraksi espresso based-nya.

    Bagi yang ingin memiliki alat ini di rumah, bisa dipertimbangkan, karena memang tidak memerlukan untuk biaya listrik. Hanya perlu sedikit waktu dan tenaga untuk menghasilkan espresso. Mungkin bisa berbagi pengalamannya di kolom komentar, menikmati espresso dari ROK Presso atau malah dalam pengoperasiannya.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Metode Seduh V60, Kalita Wave dan Chemex

    Salah satu metode seduh kopi manual yang cukup populer dan mungkin mudah dilakukan di rumah adalah pour over. Bagaimana tidak, hanya bermodal dripper dan kettle kalian bisa membuat kopi layaknya di coffee shop favorit kalian. Meski perlu sedikit meluangkan waktu untuk mempersiapkan dan menyeduh, apa yang didapat akan sepadan.

    Saat ini pilihan pour over dripper yang tersedia pun cukup banyak dan bervariatif. Semuanya tentu mempunyai tujuan untuk mendapatkan hasil ekstraksi kopi yang maksimal. Jika sebelumnya sudah dibahas secara mendalam apa itu pour over coffee.

    Kali ini kami akan membahas 3 dripper yang bisa dikatakan paling dikenal oleh para pecinta kopi, yaitu V60, Kalita Wave dan Chemex.

    Baca juga : Istilah-Istilah Dalam Dunia Kopi Yang Kamu Perlu Tahu

    V60

    V60 bisa dikatakan pour over dripper yang paling populer dari antara ketiga dripper yang kita bahas. Dripper ini dirancang oleh Hario, sebuah perusahaan dari Jepang yang pada awalnya berfokus pada produksi peralatan kaca dan keramik untuk laboratorium. Banyak yang tidak tahu apa sebenarnya singkatan dari “V60”.  “V” karena bentuknya seperti huruf V atau kerucut, dan “60” adalah sudut kemiringan dari kerucut tersebut.

    Ada bagian menonjol seperti spiral di bagian dalam dripper yang tidak ada di Chemex. Hal ini membuat aliran air menjadi ideal untuk ekstraksi kopi yang optimal. Tersedia juga berbagai ukuran : 01, digunakan membuat kopi untuk satu orang; 02, dapat digunakan untuk menyeduh hingga tiga orang, dan 03 dapat menyeduh sampai kapasitas 750 ml.

    Baca juga : Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air & Kopi Saat Menyeduh

    Dripper ini juga dibuat dalam berbagai bahan, seperti plastik, kaca, keramik, dan logam. Suhu menjadi faktor besar dalam proses menyeduh kopi menggunakan dripper ini. Memanaskan paper filter dan dripper sebelum memulai penyeduhan, membantu untuk mempertahankan suhu sewaktu menyeduh.

    Dripper V60 dari Hario ini punya banyak pilihan bahan, tetapi bahan plastik menjadi unggulan karena selain tidak mudah pecah juga resisten terhadap panas. Hasil seduhan bisa dikatakan murni di tangan penyeduh. Alat seduh ini juga bisa digunakan dengan berbagai macam teknik pouring, yang kalian bisa cari di dunia maya.

    Kalita

    Istilah lain yang digunakan untuk menyebut dripper ini adalah, flat-bottom dripper. Hal inilah yang membedakan Kalita dibandingkan dengan dripper berbentuk kerucut (V60 dan Chemex). Kontur bergelombang di bagian dalam dan tiga lubang kecil di dasarnya adalah fitur desain utama dari dripper ini. Bahkan kertas saringnya juga bergelombang, berbeda dengan kertas bersisi lurus milik Hario V60.

    Keuntungan dari flat bottom dripper adalah luas permukaan yang besar. Yang memungkinkan permukaan bubuk kopi yang ditampung menjadi lebih lebar,  menghasilkan ekstraksi yang lebih merata. Hasil akhir yang didapat dari dripper ini pun, seimbang dan mouthful.

    Baca juga : Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

    Seperti dripper pour over lainnya, Kalita juga dibuat dengan bahan yang berbeda, yaitu stainless steel dan kaca. Bahan stainless steel menjadi yang paling populer, selain karena tampilannya yang cukup unik, pastinya tidak akan pecah jika terjatuh. Dripper ini juga memiliki 2 ukuran, yaitu 155 dan 185.

    Kalita Wave menghasilkan ekstraksi yang seimbang, cocok untuk pemula yang sedang mencoba menyeduh dengan metode pour over. Bisa dikatakan dripper ini mentolerir kesalahan dalam penyeduhan kopi.

    Chemex

    Chemex adalah dripper tertua dari ketiga dripper yang kita bahas, bisa juga dikatakan memiliki tampilan menawan. Bagaimana tidak dengan bentuk seperti teko kaca yang cukup unik. Ditambah pegangan kayu warna coklat di bagian tengah, dan aksesoris tali dari kulit, sungguh elegan.

    Alat ini selain berfungsi sebagai dripper, juga berfungsi layaknya carafe yang menampung seduhan kopi. Jadi tidak perlu lagi menggunakan carafe/server tambahan seperti V60 atau Kalita Wave, cukup ringkas.

    Baca juga : Jenis Bahan Cangkir Kopi Dan Pengaruhnya Ke Rasa Kopi

    Chemex memiliki kertas saring miliknya sendiri, yang lebih tebal dari paper filter V60 maupun Kalita Wave. Hal ini membuatnya menyaring lebih banyak minyak kopi dan elemen pahit selama proses penyeduhan. Body yang dihasilkan jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan V60. Bagaimana cita rasa seduhannya? ringan, bisa dikatakan seperti teh, beraroma dan cenderung clean.

    Chemex cocok untuk menyeduh dalam jumlah banyak, bisa sampai 8 cangkir. Secara keseluruhan kopi yang dihasilkan alat ini cocok untuk peminum kopi pemula, karena kecenderungan cita rasa kopinya yang ringan.

    Pernah mencoba ketiga dripper di atas? Atau kalian malah pemuja dripper tertentu ? Tidak ada salahnya mengeksplor hasil seduhan ketiga dripper di atas. Yang pasti kalian pasti akan terkejut dengan hasilnya. Tetapi pastikan biji kopi yang akan digunakan fresh supaya kopi yang dihasilkan pun nikmat.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Sejarah dan Cara Kerja Alat Seduh Syphon Coffee

    Bagi orang awam yang mengunjungi coffee shop dan melihat ada alat yang dengan bentuk cukup unik. Pasti bertanya-tanya alat apa lagi ini, apalagi melihat ada dua tabung kaca. Bayangan kalian mungkin kembali ke masa praktek pelajaran kimia.

    Para pecinta kopi tentu sudah paham alat tersebut tentu, tidak asing bagi mereka. Ya alat seduh manual satu ini memang cukup unik. Mereka yang terbiasa berbagi status di WA atau Instastory, akan sangat aesthetic membagikan proses menyeduh kopi dengan alat ini.

    Alat ini memiliki banyak sebutan seperti vac pot, vacuum coffee maker, tapi lebih dikenal dengan nama Syphon Coffee. Nah di artikel ini kami akan mengulas alat seduh ini.

    Baca juga : 5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

    Sejarah Syphon Coffee

    Menurut catatan sejarah, Syphon pertama kali ditemukan oleh seorang penemu asal Jerman bernama S. Loeff. Penemuan tersebut kemudian dipatenkan atas namanya sendiri pada tahun 1830. Karena desainnya yang kurang menarik, alat seduh ini kemudian dengan cepat dilupakan. Meskipun demikian, alat seduh ini sudah menggunakan vacuum dalam proses penyeduhannya.

    Kemudian pada tahun 1840, seorang wanita dari Lyon, Prancis bernama Marie Fanny Amelne Massot. Mendesain dan mematenkan vacuum coffee maker buatannya, atas nama Mme. Vassieux dan memasarkannya secara komersial.

    Alat seduh buatannya memperkenalkan dua buah balon kaca sebagai penampungnya dan menggunakan rangka kuningan. Ditambah ornamen-ornamen, tentu saja membuat alat seduh ini untuk sedap dipandang. Tidak mengherankan karena wanita ini bisa dibilang seorang sosialita pada waktu itu. Dan jelas alat seduh ini memang untuk dipajang di ruang makan/lemari.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

    Pada saat yang bersamaan (tahun 1840), seorang penemu dari Skotlandia bernama Napier juga membuat vacuum coffee maker. Meski tidak dipatenkan, alat seduh buatannya ini cukup dikenal selama beberapa tahun. Bahkan mendapat penghargaan pada tahun 1856. Meski memiliki bentuk yang berbeda dari Mme. Vassieux, prinsip kerjanya sama.

    Vacuum coffee maker buatan Mme. Vassieux juga di import ke Amerika. Baru pada tahun 1910 ada yang memproduksi sendiri alat seduh ini. Ann Bridges dan Sutton, dua saudara perempuan dari Salem, Massachusetts. Mematenkan alat seduh buatan mereka yang disebut Silex.

    Silex merupakan vacuum coffee maker yang terbuat dari kaca Pyrex, diproduksi oleh perusahaan Corning Glass Works, New York. Desain syphon buatan Silex ini, lebih sederhana daripada pendahulunya. Jika dilihat syphon coffee maker yang banyak beredar di pasaran saat ini, bentuknya mirip dengan buatan Silex.

    Baca juga : Mengenal Asosiasi Specialty Coffee Di Dalam Dan Luar Negeri

    Cara Kerja Syphon Coffee Maker

    Cara kerja syphon tidak sulit untuk dijelaskan karena didasarkan pada ilmu fisika dasar, dimana cairan akan bereaksi terhadap ekspansi dan kontraksi. Air dan panas merupakan komponen yang membuat syphon bekerja, termasuk dua bejana yang memindahkan air pada waktu yang berbeda. Bejana bagian bawah menampung air yang dipaksa masuk ke bejana atas ketika air dipanaskan.

    Kedua bejana ini dihubungkan oleh sebuah tabung kecil yang memungkinkan air masuk ke bejana atas. Sumber panas di bawah bejana bawah menyebabkan air memanas hingga titik didih. Ekspansi inilah yang memaksa air masuk ke bagian atas.

    Di bejana bagian atas kopi yang sudah digiling disiapkan yang kemudian proses ekstraksi terjadi ketika air panas membasahi bubuk kopi. Setelah beberapa saat sumber panas kemudian dimatikan, pada waktu ini pula suhu di bejana bawah mulai mendingin.

    Saat mendingin, bejana bagian bawah berubah menjadi ruang hampa yang menarik kopi ke bawah melalui aksi kapiler. Kemudian serahkan sisanya pada gravitasi dan vakum yang memungkinkan hasil ekstraksi tersedot melalui filter yang menutupi bagian atas. Setelah itu, kopi siap dinikmati.

    Baca juga : Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air & Kopi Saat Menyeduh

    Hasil Seduhan Syphon Coffee Maker

    Jika diperhatikan syphon menggunakan dua metode dalam proses ekstraksinya. Yang pertama adalah immersion brew, terjadi ketika air mendidih kemudian naik dan membasahi bubuk kopi. Kemudian yang kedua adalah metode drip/filter, terjadi ketika bejana bagian bawah dingin. Hal ini menyebabkan hasil ekstraksi akan turun (drip) melewati filter yang ditempatkan di bejana atas.

    Lalu bagaimana hasil ekstraksinya ? apakah mouthfull seperti seduhan french press. Atau malah clean layaknya hasil seduhan pour over filter ?Nah ini yang menarik, hasil seduhan syphon bisa dikatakan perpaduan antara kedua metode di atas.

    Seperti kita ketahui, menyeduh dengan french press kadang masih ada partikel kecil kopi yang tidak tersaring. Dan jika menyeduh dengan filter ada saat dimana air tidak optimal saat menyeduh karena turunnya suhu air.

    Kedua hal di atas bisa dikatakan diminimalisir saat penyeduhan dengan syphon. Kita mendapatkan hasil ekstraksi yang sempurna, karena titik didih air yang membasahi bubuk kopi. Kemudian kita juga mendapatkan secangkir kopi yang clean, karena adanya filter.

    Baca juga : Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

    Bagi kalian yang ketika berkunjung ke coffee shop melihat alat seduh ini, mungkin bisa dicoba bagaimana cita rasa seduhannya. Karena memang tidak banyak kedai kopi di Indonesia yang menggunakan metode seduh menggunakan syphon.

    Untuk tips dan trik dalam menyeduh menggunakan syphon, kami akan bahas di artikel lain. Silahkan berbagi pengalamannya di kolom komentar, mungkin menyeduh sendiri atau menikmati hasil seduhan alat seduh ini.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Sejarah, Tradisi, dan Budaya Turkish Coffee

    Turki merupakan negara dengan sejarah dan budaya yang panjang. Negara yang terletak di perbatasan Asia dan Eropa ini pernah besar pada jaman kekaisaran Ottoman. Tidak main-main, daerah kekuasaannya terbentang dari Afrika bagian Utara sampai Eropa bagian Timur, termasuk Yunani dan Hungaria.

    Kekaisaran ini mencapai era kejayaanya saat dipimpin oleh Sulaiman Agung (Suleiman the Magnificent) yaitu pada tahun 1520-1566. Di era ini pula kopi mulai diperkenalkan lewat jalur perdagangan mereka. Sejalan dengan hal tersebut, kemudian terciptalah Turkish coffee.

    Nah pada artikel ini, kami akan membahas metode dan alat seduh manual tersebut.

    Baca juga : Sejarah Masuknya Kopi Di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

    Sejarah Turkish Coffee

    Menurut sejarah sekitar tahun 1540, Ozdemir Pasha seorang gubernur Turki yang ditempatkan di Yaman. Dia menemukan jenis bahan makanan baru di daerah tersebut, yang kemudian kita kenal sekarang sebagai kopi. Kemudian dia memperkenalkan kopi tersebut ke Sultan Sulaiman.

    Di daerah asalnya (Yaman) kopi diolah menjadi semacam cemilan. Oleh para juru masak kekaisaran, kopi kemudian diolah dengan cara yang berbeda, dijadikan minuman. Biji kopi yang sudah disangrai ditumbuk hingga halus. Setelah itu bubuk kopi ditempatkan di wadah, yang disebut ibrik/cezve.

    Kemudian ditambah air dan gula, lalu direbus sampai mendidih dan berbuih. Setelah itu bisa dituang di cangkir kecil, dan bisa dinikmati. Minuman ini pun menjadi bagian tak terpisahkan oleh para keluarga kesultanan, juga para keluarga kaya waktu itu.

    Pada era ini pula diperkenalkan juru masak yang secara khusus menyiapkan Turkish Coffee. Mereka disebut Kahveci Usta, semacam sebutan barista saat ini. Dan hanya keluarga kesultanan atau orang-orang kaya yang mampu menggunakan jasa mereka.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

    Seiring berjalannya waktu Turkish Coffee bisa dinikmati oleh banyak orang, bahkan seluruh lapisan masyarakat kekaisaran Ottoman. Sejarah juga mencatat kedai kopi pertama ada di Tahtakale, Istanbul. Kedai tersebut bernama Kiva Han, dan beroperasi dari tahun 1554.

    Beberapa negara bagian Eropa, daerah Balkan dan Mediterania, dimana saat itu merupakan bagian kekaisaran Ottoman. Secara tidak langsung membuat Turkish Coffee dikenal, yang menarik penyebutannya berbeda-beda.

    Orang-orang dari Hungaria, Bulgaria, Slovenia, Iran dan Israel menyebut Turkish Coffee, “beautiful coffee’. Orang Siprus menyebutnya Cypriot, dan orang Yunani mengenalnya dengan sebutan Elliniko.

    Tradisi Dan Budaya Turkish Coffee

    Dalam tradisi pernikahan Turki, Turkish Coffee juga dipakai sebagai sarana penunjang. Calon pengantin wanita akan membuatkan kopi untuk calon ibu mertuanya sebagai ujian kelayakannya.

    Calon pengantin wanita juga akan menambahkan garam ke minuman yang biasanya manis. Hal ini sebagai ukuran seberapa tertariknya dia pada calon pria. Banyak garam berarti peluang untuk menikahi calon bisa dikatakan tipis, sedangkan sedikit garam berarti sebaliknya.

    Di lain pihak jika calon pengantin pria bisa menghabiskan kopi yang terasa asin tersebut. Dia membuktikan kejantanannya dan juga pernyataan sikap bahwa dia siap menikahinya.

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Kopi Tubruk, Sajian Kopi Khas Indonesia

    Selain digunakan dalam tradisi pernikahan Turki, Turkish Coffee juga digunakan untuk membaca keberuntungan. Jadi ketika kopi yang diminum sudah habis, pasti ada ampas kopi yang tertinggal di cangkir.

    Ampas kopi itu lalu dituang di alas cangkir, ditunggu sejenak sampai dingin. Kemudian pola yang terbentuk dari ampas kopi tersebut akan dibaca/diartikan. Cara membaca ini dikenal dengan sebutan tasseography. Tidak hanya kopi, sisa seduhan teh dan sedimen wine juga bisa dibaca.

    Cita Rasa Turkish Coffee

    Turkish Coffee merupakan cara menyeduh kopi tertua di dunia, bahkan bisa dikatakan cikal bakal manual brew. Metode seduh yang digunakan dalam membuat Turkish Coffee adalah immersion (rendam). Dan juga langsung didihkan di atas pemanas.

    Untuk ukuran gilingan biji kopi, yang digunakan adalah super fine. Jika digambarkan, hampir sehalus seperti tepung terigu. Dengan cara menyeduh dan ukuran gilingan seperti di atas. Cita rasa kopi yang dihasilkan terasa pekat, smoky dan juga foamy (berbuih). Jangan bayangkan buih ini seperti crema di atas seduhan espresso, sangat berbeda.

    Baca juga : Sedikit Mengenal Tentang Apa Itu Specialty Coffee

    Tidak banyak coffee shop konvensional di Indonesia yang menyediakan pilihan menu Turkish Coffee. Yang menarik cara menyeduh Turkish Coffee ini sama dengan tradisi ngopi kothok yang cukup dikenal di Jawa.

    Jadi sudah pernah mencicipi seduhan Turkish Coffee? Atau malah langsung menikmatinya di Turki? Bisa dibagikan pengalamannya di kolom komentar.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Sejarah Dan Cara Kerja Alat Seduh Kopi French Press

    French Press, siapa yang tidak mengenal alat seduh manual ini. Beberapa dari kalian mungkin memilikinya untuk menyeduh di rumah. Di kedai kecil maupun coffee shop ternama, pasti juga ada alat seduh manual ini, walaupun kadang cuma sebagai pajangan.

    Tidak mengherankan, karena dengan bentuknya cukup unik alat ini juga cocok sebagai pelengkap ornamen di coffee shop. Lalu siapa yang menciptakan alat seduh manual ini? Kenapa juga disebut French Press? Apakah dari Perancis?

    Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul ketika membahas French Press. Nah di artikel ini kami akan membahas salah satu alat seduh manual ini.

    Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

    Sejarah French Press

    Asal usul French Press masih menjadi misteri dan perdebatan sampai saat ini. Menurut cerita populer yang beredar, pada tahun 1850-an seorang pria Perancis sedang membuat kopi dengan cara langsung direbus bersamaan di suatu wadah di perapian terbuka. Tetapi lupa untuk memasukkan bubuk kopi ke wadah tersebut.

    Akhirnya bubuk kopi baru dimasukkan dimana air yang direbus sudah mendidih. Apa yang terjadi ? Bubuk kopinya naik ke permukaan air tersebut. Karena ingin menyaringnya, dia membeli semacam jaring metal yang kebetulan dibawa oleh pedagang Italia yang sedang lewat.

    Kemudian jaring metal tersebut disesuaikan dengan wadah tadi. Dengan bantuan tongkat, jaring metal tersebut ditekan sehingga bubuk kopinya turun. Cita rasa kopi yang dihasilkan ternyata enak. Bahkan menurut kedua orang tersebut (Perancis dan Italia) kopi terenak yang pernah mereka minum.

    Cerita ini kemudian berkembang dimana kedua orang tersebut menjalin kerjasama dan menjual alat seduh dengan plunger (penyaring). Sebuah ketidaksengajaan yang berujung pada cara baru untuk menyeduh kopi.

    Baca juga : Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

    French Press Dari Masa ke Masa

    Desain French Press yang kita kenal sekarang ini merupakan perkembangan dari tahun ke tahun. Juga dari penemuan/patent orang-orang yang berbeda-beda. Sejarah mencatat Henri-Otto Mayer dan Jacques-Victor Delforg, dua orang berkewarganegaraan Perancis. Merupakan penemu, yang bisa dikatakan prototype awal French Press pada tahun 1852.

    Untuk desain French Press yang hampir terlihat seperti sekarang ini, dipatenkan oleh orang Italia yang tinggal di Amerika Serikat. Yaitu Attilio Calimani and Giulio Moneta pada tahun 1929. Mulai sejak saat itu alat seduh ini mengalami banyak perkembangan dan paten dari beberapa orang.

    Pembuatan dan desain ulang French Press yang cukup signifikan dipatenkan oleh Faliero Bondanini. Yang merupakan warga negara Italia pada tahun 1958. Alat seduh ini kemudian menjadi terkenal di Eropa, dimana waktu itu dibuat dan didistribusikan perusahaan bernama Martin S. A., dan diberi merek Chambord.

    French Press Chambord memiliki desain klasik. Dimana diperkenalkan gelas kaca, tutup dari metal, dan pegangan plunger yang berbentuk bulat. Perusahaan ini juga terus memproduksi alat seduh tersebut sampai pada tahun 1991.

    Baca juga : Istilah-Istilah Dalam Dunia Kopi Yang Kamu Perlu Tahu

    Pada tahun itu juga perusahaan ini dibeli oleh Bodum, merupakan perusahaan alat-alat dapur dari Denmark. Yang kemudian mengganti merek French Press menjadi Bodum, tetapi tetap mempertahankan desain French Press dari Chambord.

    French Press juga dikenal dengan sebutan cafetière. Di mana sebutan itu diambil dari merek French Press buatan Inggris Raya, Household Articles Ltd., yang bernama La Cafetière. Ada yang mengatakan kembaran dari Chambord, karena memang desain yang mirip antar keduanya. Keduanya mulai dikenal pada tahun 1960 an.

    Di era modern ini beberapa merek French Press juga bermunculan dengan bermacam inovasinya. Dua yang cukup terkenal antara lain Espro dan Rite Press.

    Yang menarik adalah tipe Espro P7, memperkenalkan pot yang terbuat dari stainless (bukan kaca layaknya French Press biasa). Selain itu juga menambahkan plunger yang berbeda, dengan double filter yang lebih kecil lubang jaringnya.

    Sedangkan Rite Press memperkenalkan semacam chamber yang berfungsi untuk menampung bubuk kopi yang selesai diseduh. Jadi lebih mudah untuk dibersihkan daripada French Press biasa. Selain itu juga memiliki fitur tambahan seperti termometer dan hourglass yang membantu timing menyeduh.

    Baca juga : Mengenal Asal Usul Dan Cara Kerja Alat Seduh Kopi Moka Pot

    Cara Kerja French Press

    Alat seduh ini memiliki 3 bagian utama, pot (wadah penampung kopi dan air), plunger (penyaring) dan lid (penutup). Untuk menyeduh menggunakan French Press, semudah membuat kopi tubruk.

    Cukup siapkan bubuk kopi di pot kemudian tambahkan air panas. Kemudian tutup menggunakan lid, agar suhu air tidak turun terlalu cepat. Setelah itu tunggu beberapa saat, sekitar 3-5 menit agar kopi terekstraksi maksimal. Kemudian tekan plunger ke bawah, dan tuang hasil seduhan di cangkir. Voilà, kopi seduhan menggunakan French Press siap dinikmati.

    Yang menarik karena bentuk desainnya juga, French Press juga bisa digunakan membuat cold brew coffee. Selain itu juga bisa digunakan untuk membuat seduhan teh, ataupun minuman rempah. Tentu ini karena adanya plunger yang membantu mempermudah waktu penyaringan.

    Alat ini juga bisa digunakan untuk frothing (mengocok) susu. Hal ini dilakukan agar susu menjadi bertekstur yang bisa digunakan untuk membuat latte ataupun cappuccino. Cara ini biasanya digunakan di kedai kopi slow bar yang menggunakan manual espresso.

    Baca juga : Beginilah Tahapan-Tahapan Dalam Proses Menyeduh Kopi

    Hasil Seduhan French Press

    French Press merupakan alat seduh manual dengan metode immersion (direndam). Hal ini menjadikan seduhan memiliki cita rasa yang tebal dan mouthful. Selain itu juga akan sedikit berminyak dan mengandung partikel kecil kopi yang tidak bisa disaring oleh filter.

    Bagi yang tidak suka kopi dengan rasa mulut sedikit berpasir (karena partikel kecil kopi), kemungkinan besar tidak akan suka hasil seduhan dengan French Press. Selain itu banyak variabel bisa dikontrol sewaktu menyeduh, seperti suhu air, ukuran gilingan dan juga brewing time. Tentu hal ini memungkinkan agar hasil seduhan sesuai preferensi pribadi.

    Baca juga : 5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

    Jadi siapa sebenarnya penemu alat seduh ini. Memiliki daftar yang cukup panjang orang-orang yang menciptakan ataupun menciptakan ulang. Yang pasti alat ini dibuat supaya orang-orang yang tidak memungkinkan membeli kopi keluar, bisa membuatnya di rumah.

    Dan tentu saja juga banyak tips dan trik yang bisa dicari dan diterapkan untuk membuat seduhan French Press yang nikmat. Di kesempatan lain kami akan coba ulas hal ini. Silahkan berbagi pengalamannya di kolom komentar, baik menyeduh sendiri ataupun menikmati seduhan French Press di coffee shop favorit kalian.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

  • Mengenal Asal Usul Dan Cara Kerja Alat Seduh Kopi Moka Pot

    Manual brew masih menjadi primadona dalam industri kopi saat ini. Salah satu alat seduh manual yang memiliki sejarah cukup panjang adalah Moka Pot. Bagi para coffee enthusiast pasti alat ini bukanlah hal yang asing, bahkan mungkin ada yang memiliki alat seduh ini di rumah.

    Moka pot bisa dikatakan versi murah dan rumahan untuk membuat espresso. Penemuan moka pot memang didasari hal ini, yaitu bagaimana bisa membuat kopi yang cepat dan enak di rumah. Nah di artikel ini kami akan membahas alat seduh ini.

    Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

    Sejarah Moka Pot

    Sejarah moka pot tidak bisa dipisahkan dari budaya menikmati kopi di Italia. Selain itu kopi juga memiliki peran penting dalam budaya bangsa Romawi ini. Merupakan tradisi yang sudah dimulai dari hampir seratus tahun yang lalu. Seperti kita tahu orang Italia dikenal karena kecintaannya pada makanan dan minuman yang enak, tentu kopi salah satunya.

    Di Italia kopi bukan sekedar minuman, juga merupakan cara mereka untuk bersosialisasi dengan yang lain. Merupakan ritual yang sangat mereka nikmati. Kedai kopi juga mudah ditemukan di sudut-sudut kota, bahkan bisa dikatakan sangat hidup. Tempat dimana mereka biasa bercengkrama, membaca koran atau hanya sekedar menikmati kopi.

    Moka pot ditemukan pada tahun 1933 di Crusinallo, provinsi Piedmont Utara, Italia. Alfonso Bialetti yang telah bekerja di industri aluminium Prancis selama 10 tahun kembali ke kampung halamannya tersebut. Dia kemudian mendirikan bengkel sendiri untuk membuat produk rumah tangga aluminium di dekat kota kelahirannya.

    Melalui bengkel tersebutlah Bialetti menciptakan Moka pot yang idenya didapat ketika melihat istrinya mencuci. Di mana pada waktu itu desain awal mesin cuci menggunakan semacam pemanas, sehingga akan menaikkan air busa melalui selang ke tempat penampungan cucian.

    Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Kopi Tubruk, Sajian Kopi Khas Indonesia

    Prinsip yang hampir sama digunakannya untuk membuat Moka pot. Meskipun murni idenya dari Bialetti, dalam perjalanannya dia dibantu seorang engineer bernama Luigi De Ponti. Kemudian terciptalah Moka pot pertama yang dikenal dengan nama Moka Express.

    Kata ‘Moka’ diambil dari nama kota di Yaman yang dikenal sebagai pusat perdagangan kopi pada abad ke-19. Moka express kemudian dikenal karena tampilannya yang cukup unik pada waktu itu. Selain itu tentu saja desain octagonal yang menjadi ciri khas alat seduh ini, dan pada awal abad ke-20 desain Bialetti ini sudah dipatenkan.

    Selain Bialetti banyak merk pembuat alat seduh Moka pot ini. Ada yang desainnya mirip ada juga yang benar-benar lain tampilannya. Beberapa di antaranya adalah Alessi, Cuisinox, Serafino Zani, Bellman, Top Moka dan G.A.T.

    Baca juga : Sejarah Masuknya Kopi Di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

    Cara Kerja Moka Pot

    Moka pot adalah alat pembuat kopi yang terdiri dari tiga bagian : alas, keranjang filter, dan bagian atas. Untuk menyeduh kopi, air ditempatkan di dasar dan dipanaskan di atas kompor sampai mendidih.

    Uap air yang dihasilkan naik ke keranjang filter, di mana ia bersentuhan dengan bubuk kopi. Saat air panas melewati bubuk kopi, ia mengambil minyak dan rasa kopi dan membawanya ke bagian atas pot. Kopi kemudian siap disajikan.

    Moka pot merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengekstrak rasa dari biji kopi dengan sangat baik. Kopi yang dihasilkan biasanya sangat kuat dan beraroma. Jika Anda ingin membuat secangkir kopi yang lebih lemah, Anda cukup menambahkan lebih banyak air ke dasarnya.

    Menyeduh kopi dengan Moka pot melalui proses yang sangat sederhana, dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Jika sedang terburu-buru, bisa juga memakai air yang sudah mendidih.

    Baca juga : 4 Jenis Tanaman Kopi Di Indonesia Dan Perbedaannya

    Hasil Seduhan Seperti Espresso ?

    Moka pot sering disebut sebagai pembuat espresso kompor, dan meskipun bisa membuat secangkir kopi dengan cita rasa yang kuat, secara teknis tidak bisa disebut espresso. Kita tahu espresso dibuat dengan memompa air panas melalui bubuk kopi yang dipadatkan pada tekanan tinggi, sehingga menghasilkan minuman pekat dengan crema (busa) tebal di atasnya.

    Moka pot menggunakan tekanan uap untuk mendorong air panas ke atas melalui kopi bubuk, tetapi proses penyeduhannya jauh lebih sederhana dan tidak menghasilkan tingkat konsentrasi atau crema yang sama seperti espresso.

    Konon, banyak orang yang beranggapan bahwa Moka pot dapat membuat secangkir kopi nikmat yang mirip dengan espresso. Jadi jika  menginginkan rasa dan body yang kuat, tetapi tidak ingin repot (atau mengeluarkan biaya) untuk membuat espresso asli, tentu Moka pot bisa menjadi pilihan tepat.

    Baca juga : Memilih Mesin Espresso Yang Terbaik Sesuai Kebutuhan

    Apakah sudah pernah mencicipi seduhan Moka pot, atau malah sudah memilikinya di rumah? Merk Bialetti atau yang lain ya? Mungkin bisa berbagi pengalamannya di kolom komentar menyeduh kopi menggunakan Moka pot.

    Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.