Mengunjungi Tempat Sangrai: Kota Kopi Roastery Magelang December 17, 2022 – Posted in: Coffee Roastery, Industri Kopi – Tags:

Kali ini saya berkesempatan mengunjungi kota kopi roastery di Muntilan yang memiliki pergerakan sangat aktif di industri kopi Indonesia. Beberapa waktu yang lalu mereka Ikut berpartisipasi langsung di acara Jakarta coffee week 2022, kemudian juga mensuport Inggrit Candra di kompetisi Indonesia Barista Championship di jogja coffee event.

Baca Juga : Mengenal Profesi Barista Bersama Inggrit Candra

Berhubung saya tidak paham daerah Muntilan, maka saya menggunakan aplikasi google map dengan memasukan keyword kota kopi roastery. Sempat bingung ketika sampai di titik lokasi, karena titik tersebut mengarah ke sebuah bangunan yang mirip gudang besar dengan tembok dan pagar yang tinggi.

Kemudian saya ketok pagar besar tersebut dan tanya ke penjaga mengenai lokasi kota kopi roastery dan beliau menjawab “benar disini mas, masuk saja, tak bukain pintu”. Setelah dibuka saya dipersilahkan masuk dan diarahkan oleh sang penjaga untuk maju terus sampai mentok.

Dengan berkendara perlahan saya masuk dengan bingung dan bergumam “Hla kok kayak pabrik ? kayak gudang ? bener ndak ya ?”. Setelah memarkirkan kendaraan di ujung, kemudian saya melihat di salah satu sudut ada sebuah ruangan kaca dengan tulisan kota kopi roastery. “Ternyata benar”, ucapku dalam hati.

Tanpa belama-lama saya langsung masuk ke ruangan kaca tersebut dan disambut ramah oleh seseorang yang ternyata pemilik dari kota kopi roastery yang bernama mas Dio. Sungguh kesempatan istimewa bisa bertemu dengan pemilik roastery yang sedang naik daun ini.

Kopipedia Indonesia

Kopipedia Indonesia

Bergabunglah dengan Facebook Group kami sekarang dan dapatkan informasi terbaru tentang dunia kopi!

“Tidak kesasar to mas ?”, tanya mas Dio. “Aman mas”, jawab saya. Mas Dio mulai bercerita, kota kopi belum membuka store offline, jadi disini merupakan tempat mini lab serta office untuk kota kopi roastery. Didalam ruangan ini terdapat meja bar dengan beberapa jenis grinder, mesin espresso, beberapa alat seduh, dan mesin roasting ada di sisi belakang.

Suasana di kota kopi roastery
Suasana lab di Kota Kopi roastery

“Ngrokok ndak mas?”, tanya mas Dio, “Ngrokok mas”, saut saya. “Ok kita ngobrol di depan aja sambil ngrokok biar lebih santai”, ajak mas Dio“. “Siap mas”, jawab saya dan kami berdua duduk di depan ruangan kaca tersebut.

“Mas, gimana ceritanya bisa terjun ke industri roastery kopi ?”, tanya saya. Sambil membakar rokok, mas Dio mulai bercerita. Awalnya saya berkecimpung di bidang tembakau dan beberapa pemasok tembakau membawakan sample kopi, karena memang di kebun tembakau biasanya terdapat tanaman kopi.

Kemudian saya iseng untuk mengolah kopi tersebut menggunakan microwave dan hasilnya tidak karuan, cerita beliau sambil tertawa. Sampai pada suatu saat beliau kenal dengan seseorang di daerah Dampit dan berkunjung kesana untuk melihat dan belajar proses menggoreng kopi menggunakan mesin. Selanjutnya terjun langsung di kopi keliling menggunakan kopi dari Dampit tersebut, disitulah waktu dimana beliau mulai belajar tentang kopi.

Tidak berhenti disitu, kemudian kopi dari Dampit juga dijual ke beberapa tempat oleh mas Dio, salah satunya kopi klotok yang menjadi pelanggan pertamanya. Selanjutnya kopi dari Dampit juga dimasukan di beberapa hotel dan responnya bagus. Disitulah mas Dio merasa cocok untuk terjun ke lini supply dalam industri kopi.

Baca Juga : Berawal dari Angkringan Menjadi Roastingan : Penceng Kopie Ambarawa

Seiring berjalannya waktu mas Dio sadar untuk memasok kebutuhan pasar tidak bisa mengandalkan kopi dari Dampit saja, maka beliau memutuskan untuk membeli mesin roasting sendiri serta mengambil bean dari beberapa daerah.

Waktu itu mendapat informasi dari beberapa teman untuk mengambil mesin roasting di mas Supri dari Ngadirejo dengan merk Super Roasting, dimana proses pemesanan sampai tujuh bulan. Setelah mesin datang, maka mas Dio belajar dari kenalannya yang dari Dampit, serta dibantu dengan beberapa temannya dan akhirnya di awal pandemi bertemu dan belajar dengan almarhum mas Antok.

Mas Dio menyadari untuk membuat sebuah bisnis dibutuhkan tim dan tidak bisa dijalankan sendiri. Kemudian almarhum mas Antok bergabung dan menjadi roaster di kota kopi roastery, karena beliau memiliki ilmu yang lebih mumpuni di bidang menyangrai kopi.

Berkat tim yang solid, maka hasil produksi dari kota kopi roastery juga meningkat yang menjadikan mesin roasting rusak dan sudah beberapa kali diganti part nya. Dari situ mas Dio mulai berpikir untuk membeli mesin roasting baru.

Waktu itu mas Dio dihadapkan pada dua pilihan mesin roasting, yaitu probat dan giesen. Setelah mempertimbangkan dengan matang dan mendapat saran dari beberapa teman-temanya, akhirnya mas Dio menjatuhkan pilihannya pada mesing roasting giesen dengan kapasitas 15 kg.

Mesin roasting Giesen 15 kg kota kopi
Mesin roasting Giesen 15 kg Kota Kopi Roastery

Bermitra dengan petani merupakan salah satu strategi yg dilakukan mas Dio untuk kota kopi roastery, menurut saya itu tepat sekali karena petani merupakan lini awal yang ada di industri kopi.

Dalam bermitra dengan petani juga perlu perjuangan, ungkap mas Dio. Waktu itu dia harus meyakinkan ke petani dengan cara membeli semua hasil kopi yang tidak maksimal dari petani supaya mereka sadar bahwa kopi itu ada harganya, apalagi jika digarap lebih akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Kemudian mas Dio juga melakukan program penanaman kopi bersama dengan beberapa mitra petani dengan target 50 puluh ribu tanaman di tahun kelima dan di tahun kedua ini sudah menyentuh 12 ribu tanaman. Untuk penanaman nya sendiri berada di daerah Merapi, karena mas Dio sudah memiliki beberapa petani disana.

Kemudian saya bertanya mengenai persaingan roastery yang semakin banyak bermunculan ke mas Dio. Beliau mulai bercerita. Menurutku itu masalah sudut pandang saja, maksudnya jika kita melihat sudut pandang mikro memang persaingannya banyak, tetapi jika dilihat dari sudut pandang makro sebenarnya potensi pasar belum seratus persen terbuka, mungkin saat ini masih 30 persen saja, sehingga peluang masih sangat besar.

Dengan semakin banyaknya roastery bermunculan, tentu saja mereka semua ingin laku. Akhirnya mereka akan menawarkan ke orang-orang yang belum minum kopi untuk menikmati kopi. Hal tersebut justru membantu mempercepat terbukanya potensi pasar yang lebih luas. Wow, aku dibuat kagum oleh statement mas Dio.

Di akhir obrolan kami, mas Dio memberikan masukan untuk kita-kita yang baru ingin terjun ke industri kopi. Menurutnya harus dicoba, karena yang susah hanya di langkah awal saja, setelah itu kita harus bisa adaptasi dan kreatif di bidang yang digeluti. Semua lini di industri kopi memiliki peluang yang besar, selama bisa melihat dan sadar akan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Baca juga : Beberapa Peluang Bisnis di Lini Industri Kopi

Terima kasih mas Dio untuk kesempatan dan ilmu yang diberikan. Sukses selalu untuk mas Dio dan kota kopi roastery. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Salam rahayu.

Peta Jalan Kota Kopi Roastery Magelang
Peta Jalan Kota Kopi Roastery Magelang

Kota Kopi Roastery Magelang

Jl. M. Yusuf, Keniten, Keji, Kec. Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56415

Hari Buka: Senin – Jumat
Jam Buka: 09.00 WIB – 17.00 WIB
Sabtu: 09.00 WIB – 12.00 WIB

Kontak: 0877-7333-3761
Instagram: @kopikotakopi

Bergabung dan ikutilah perjalanan kami selanjutnya!