Keseruan Profesi Seorang Barista Bersama Natasha Rebecca February 25, 2023 – Posted in: Barista, Penggiat Kopi
Kali ini saya berkesempatan untuk berkunjung kembali ke Sunkop Ambarawa, dimana mereka merupakan salah satu coffee shop yang sedang naik daun di kota palagan ini. Beberapa sumber terpercaya mengatakan bahwa Sunkop Ambarawa adalah coffee shop yang berani dan mampu mengenalkan dan mengedukasi ke masyarakat sekitar mengenai tren terbaru seputar dunia perkopian.
Baca Juga : Review singkat Sunkop Kopi Ambarawa
Sekilas tidak ada yang berbeda dari sunkop kopi ketika saya memarkirkan kendaraan tepat di depan coffee shop ini. Bangunan dua lantai dengan ruangan indoor yang didominasi beberapa kaca yang besar masih sama dengan beberapa waktu yang lalu, begitu pula area lantai dua nya.
Tanpa berlama-lama saya langsung masuk melewati pintu kaca besar. Suasana di dalam sini juga tidak jauh berbeda. Secara umum penataan ruangan ini masih sama, tetapi ada beberapa detail kecil yang sudah berubah dan itu semakin membuat nyaman ketika berada disini.
Sesampainya di meja bar saya langsung disambut dengan ramah oleh sang barista dan ternyata dia adalah head bar disini. Kali ini saya sungguh beruntung, karena tujuan saya datang kesini adalah ingin bertemu dengan head bar dari sunkop kopi, karena dia merupakan salah satu aktor dari berkembangnya industri kopi di Ambarawa.
Natasha Rebecca namanya. Saya dibuat kagum dengan keramahan dan kecakapannya dalam berkomunikasi dengan konsumen. Setelah mendapatkan penjelasan yang simpel tetapi mudah dimengerti, maka saya memutuskan untuk memesan mocktail dengan nama “Voldemort”.
Kopipedia Indonesia
Bergabunglah dengan Facebook Group kami sekarang dan dapatkan informasi terbaru tentang dunia kopi!
Sunkop kopi merupakan salah satu coffee shop yang berani menyediakan kursi di depan meja bar. Menurutku itu sebuah nilai plus jika bisa memanfaatkan dengan benar, akan tetapi akan menjadi blunder yang sangat fatal jika tidak dipersiapkan dengan baik. Kebanyakan konsumen yg duduk di depan meja bar pasti akan lebih banyak berkomunikasi dengan barista, jadi pemilihan barista yang tepat sangatlah penting dilakukan oleh pengelola kedai kopi.
“Boleh duduk disini sambil ngobrol ?”, tanyaku. Dengan sangat ramah Natasha menjawab “Silahkan, dengan senang hati”. “Ceritain dong kok bisa jadi barista ?” tanyaku kembali. Sambil tersenyum ramah dia mulai bercerita.
Sudah satu setengah tahun ini Natasha yang merupakan mahasiswa Destinasi Pariwisata Universitas Kristen Satya Wacana ini bergelut di bidang seduh-menyeduh kopi dan tentu saja sudah melewati banyak proses yang seru. Untuk pertama kali dia langsung pegang mesin espresso, kemudian baru pegang manual brew seperti V60.
Dia mengungkapkan bahwa dua aliran seduh tersebut memiliki tantangan dan keunikannya masing-masing. Ketika membuat espresso dituntut untuk menghasilkan kopi yang sempurna, yaitu tidak under maupun over ekstraksi. Kemudian dalam menyeduh manual brew dibutuhkan logika dan fokus tinggi supaya rasa biji kopi tersebut bisa keluar.
Baca juga : Perbedaan espresso based dengan manual brew
Sambil melihat natasha menyeduh minuman, saya lanjut bertanya. “Apa sih serunya menjadi barista ?” “Banyak sekali”, dia menjawab dengan bangga. Untuknya, menjadi barista sangat seru, karena banyak sekali yang bisa di ulik dan ternyata hal tersebut sejalan dengan karakternya yang penasaran.
Menurutnya, menjadi barista terutama dalam membuat minuman mixology terasa seperti seniman. Maksudnya barista bisa berkarya dan bercerita melalui kanvas yang berupa minuman. Ketikan karya minuman tersebut bisa diterima dengan puas oleh konsumen, maka hal tersebut menjadi kepuasan tersendiri.
Komunikasi serta pembawaan yang nyaman ke konsumen sepertiku, membuat saya yakin dia merupakan barista profesional yang patut menjadi contoh. “Selamat lho sudah bisa tembus perempat final Barista Innovation Challenge”, ujarku. Sambil tersipu malu dia menjawab “terima kasih, ini juga berkat tim ku dan support orang-orang terdekat”.
Sebelum mengikuti event sebesar itu tentu saja bukan sesuatu yang instan, karena sebelumnya dia juga sudah beberapa kali mengikuti event dengan skala yang lebih kecil yang membuat persiapan lebih matang dan jam terbangnya makin tinggi. Untuk kedepannya dia masih ingin mengikuti event-event yang lainnya dengan tujuan untuk melihat seberapa jauh kompetensinya.
“Sekarang giliran voldemort mu yang tak bikin mas, sorry ya tadi orderan rame”, kata si Natasha. “Ok siap”, jawabku. “Es kopi susu dan sekarang mocktail, terus menurutmu trend kedepan seperti apa ya ?”, tanyaku.
Sambil meracik “voldemort”, natasha bercerita. Menurutnya mungkin trend industri kopi akan sama dengan trend di industri lainnya, yaitu mengenai sustainability. Seperti yang sudah dia dan sunkop lakukan, yaitu dengan memanfaatkan ampas kopi seduhan espresso menjadi cookies. Kemudian dalam membuat pastry dan cake, dimana putih telurnya tidak dipakai dan bisa dimanfaatkan untuk layer minuman.
Akhirnya “voldemort” saya sudah jadi. Menu ini salah satu varian mocktail yang tersedia dan patut dicoba ketika kalian mengunjungi Sunkop kopi Ambarawa. Biasanya setiap kedai kopi akan memanfaatkan beberapa bahan baku yang banyak disekitarnya ke dalam racikan minumannya, sehingga setiap coffee shop memiliki menu mocktail masing-masing dan tidak ada di tempat lain.
Baca juga : Mengenal Kopi Mocktail, Tren Minuman Kopi ala Cocktail
“Voldemort” racikan natasha yang disajikan kepada saya merupakan campuran kopi kintamani dengan beberapa rempah – rempah, kemudian kombinasi sirup elder dengan gentian root mendapatkan rasa bitter sweat yang seimbang. Aroma orange dan flower akan terasa ketika dihirup. Sungguh kepuasan tersendiri menikmati minuman yang satu ini.
Terima kasih sekali untuk Natasha Rebecca yang sudah berbagi pengalaman, sukses selalu dan ditunggu karya-karya minuman lainnya. Untuk kalian yang sedang di Ambarawa maupun sedang melintas, wajib untuk mampir ke Sunkop untuk menikmati pengalaman yang seru. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Salam rahayu.
Bergabung dan ikutilah perjalanan kami selanjutnya!