Kali ini kami mengunjungi Callme Coffee Roaster di Magelang. Berlokasi di daerah Kaligoro, menjadikan roastery ini cukup minggir dari pusat kota sejuta bunga. Sepanjang perjalan kami disuguhi pemandangan yang hijau, karena di daerah ini memang masih asri dengan hamparan sawah dan pohon-pohon besar.
Sebenarnya tidak sulit untuk menemukan tempat ini, tetapi jika kalian tidak paham dan penasaran untuk berkunjung, maka bisa gunakan aplikasi google map dengan memasukan keyword Callme Coffee Roaster.
Roaster ini menggunakan teras rumahnya untuk tempat melayani konsumennya. Hal ini memiliki nilai lebih, karena kita disuguhi suasana rumah yang santai dan asri serta jauh dari hiruk pikuk aktivitas kota.
Kami sangat beruntung, karena bisa berjumpa dan dilayani langsung oleh sang pemilik yang bernama Ariep Setiawan. Ketika kami datang langsung disambut hangat oleh beliau, hal ini menandakan mas-mas ini memiliki pelayanan yang bagus dan jam terbang tinggi di industri ini. Kenapa begitu ? Karena ada beberapa dari para pemain baru di industri kopi yang pernah saya temui, terutama di bagian hilir sangat gembagus sekali.
Setelah berkenalan dan sedikit mengobrol, akhirnya saya memesan es kopi badeg dan teman saya memilih memesan secangkir kopi manual brew yang nikmat. Saya lupa namanya, tetapi kopi tersebut dari Magelang. Di tempat ini juga bisa memesan minuman dan makanan yang banyak pilihannya, dimana selayaknya kedai kopi pada umumnya. Jadi, kalian bisa datang kesini hanya untuk sekedar ngopi, karena tempatnya homey banget.
Mas Ariep bercerita bahwa Callme Coffee Roaster sudah berdiri sejak tahun 2016 di Yogyakarta. Kemudian ketika pandemi, beliau pindah dan buka di Magelang hingga sekarang. Semua usaha termasuk bisnis sangrai kopi bisa bertahan sampai lebih dari 5 tahun merupakan pencapaian yang luar biasa, karena tidak semua orang mampu menjalaninya dan tentunya sudah merasakan manis pahit nya digempur keadaan.
Yang saya salut dari beliau adalah masalah sosial. Selain berbisnis, beliau juga melakukan edukasi tentang minum kopi yang sehat dan benar, dimana intinya gerakan tersebut ingin menambah wawasan kepada masyarakat mengenai bahaya nya minum kopi sachet serta beralih ke kopi yang benar supaya mendapatkan manfaat yang sebenarnya. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan mengadakan kegiatan kopi gratis di Yogyakarta di tahun 2016 bersama teman-temannya dan sepertinya masih ada yang melanjutkan sampai sekarang.
Ketika di Magelang, beliau juga menerapkan bisnisnya supaya bermanfaat dengan orang lain. Salah satunya adalah dengan mengambil secara berkelanjutan kopi asli dari petani Magelang dan mengenalkannya ke industri kopi yang lebih besar dan luas. Jika pasar bisa menerima, maka tidak hanya beliau yang diuntungkan, tetapi petani juga untung. Sebenarnya di Magelang memiliki potensi yang besar di kebun kopi, karena memiliki letak geografis dan iklim yang cocok untuk tumbuh kembang kopi.
Hampir menjadi masalah umum petani kopi di Indonesia, dimana mereka kurang pede dan kurang memaksimalkan produknya. Butuh tangan-tangan dingin seperti mas Ariep untuk meningkatkan industri kopi dari hulu sampai hilir. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Salam rahayu,
Kali ini saya mengunjungi Bloem Coffee Roastery yang berada di daerah Sumowono, Kabupaten Semarang. Kecamatan Sumowono sendiri merupakan daerah dengan kontur pegunungan, maka saya disuguhi pemandangan alam yang sangat sejuk dan menakjubkan selama diperjalanan.
Berlokasi tidak jauh dari alun-alun Sumowono membuat Bloem Coffee Roastery mudah ditemukan. Kalian bisa memasukan key word “Bloem Coffee Roastery” di aplikasi google map untuk lebih detailnya. Di Sisi depan terdapat papan nama dengan tulisan Bloem Coffee Roastery yang besar dan terdapat area parkir yang sangat memadai.
Sisi Depan Bloem Coffee Roastery Sumowono
Disini mereka tidak hanya sebuah roastery, tetapi ada coffee shop nya juga. Setelah memarkirkan kendaraan, maka saya lanjut masuk melewati spot duduk outdoor coffee shop. Kemudian saya lanjut masuk ke area bar yang berada di sebelah kiri.
Saya langsung disambut dengan ramah oleh mas barista yang ada di dalam area bar. “Mas, saya pesan hot latte satu ya”, ungkap saya. “Ok siap mas, ada tambahan lagi mungkin ?”, tanya sang barista. “Enggak mas, eh mas Yoyok udah disini belum ?”, tanya saya. “Belum mas, lagi dijalan mungkin, ditunggu sebentar mas”, balas sang barista. “Ok , tak tunggu diluar ya”, saut saya. “Ok mas”, saut sang barista.
Kali ini saya sudah janjian dengan mas Yoyok yang merupakan pemilik dan menjadi roaster di Bloem Coffee Roastery. Sebelum meninggalkan area bar, saya sempat melihat beberapa roast bean dipajang disini. Mesin espresso ferrati ferro dan beberapa grinder terpajang rapi di atas meja bar.
Area Bar di Bloem Coffee Roastery
Setelah keluar dari area bar, maka saya putuskan untuk mencari tempat duduk di luar. Sungguh duduk disini enak sekali, karena konsep outdoor yang menyerupai taman rumah dapat menyatu dengan sejuknya cuaca Sumowono. Tidak berselang lama, sang barista datang dan membawa secangkir hot latte. Kali ini saya sengaja memesan hot latte karena penasaran dengan house blend hasil racikan mas Yoyok.
Secangkir hot latte, sebatang rokok, dan cuaca segar khas pegunungan merupakan kombinasi yang sangat tiada tanding. Tiba-tiba mas Yoyok datang dan menghampiri, “Sudah dari tadi mas?”, tanya beliau. “Barusan o mas”, jawab saya.
Saling menanyakan kabar menjadi obrolan pembuka kami berdua. “Mas, ceritain dong perjalanan bisa membuat tempat seperti ini”, tanya saya. Dengan ramah, mas Yoyok mulai bercerita.
Ingin memajukan potensi kopi Sumowono adalah salah satu tujuan dan impian beliau. Lahir dari keluarga petani kopi menjadikan mas Yoyok sudah tidak asing lagi dengan industri kopi. Untuk orang tua beliau dan beberapa petani kopi disini, tanaman kopi adalah aset tahunan yang menjanjikan.
Sumowono merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan geografis yang sangat layak untuk ditanami tanaman kopi, terutama robusta. Kita semua tahu Indonesia merupakan rumah dari berbagai jenis tanaman kopi yang ada di dunia.
Bloem Coffee Roastery sendiri sudah ada sejak tahun 2016, tetapi kala itu mas Yoyok hanya menjual roast bean lewat online dengan kopi dari kebun orang tuanya yang ia gorengkan di temannya di Temanggung. Melihat potensi yang besar, maka beliau ingin membuat bisnis ini lebih besar.
Tahun 2017 mas Yoyok merantau mengumpulkan modal untuk mewujudkan impiannya tersebut. Pada tahun 2021 beliau mengunjungi ACR temanggung untuk memesan sebuah mesin roasting kopi dengan kapasitas 3 kg dan bisa diambil pada tahun 2022
Mesin Roasting ACR di Bloem Coffee Roastery Sumowono
Untuk belajar menyeduh kopi, mas Yoyok belajar dari satu kedai kopi ke kedai kopi lainnya. Sedangkan untuk roasting kopi sendiri, beliau banyak belajar dari teman-temannya di Temanggung.
Pada bulan Maret 2022 Bloem Coffee Roastery memiliki tempat sendiri yang dikonsep dengan sangat bagus, dimana disitu terdapat coffee shop dan coffee roastery.
Alasan mas Yoyok membuat dua lini usaha sekaligus adalah memanfaatkan potensi yang ia miliki. Pertama beliau memiliki akses ke petani kopi langsung, dimana salah satunya adalah orang tuanya sendiri. Kemudian ia juga memanfaatkan berkembangnya gaya hidup “ngopi”, yaitu dengan membuat coffee shop.
Saya sungguh salut dengan pemikiran beliau, karena bisa memanfaatkan apa yang ada dan bisa melihat potensi yang sedang berkembang. Menurutku itu merupakan salah satu karakter wirausaha yang bagus.
Tidak hanya untuk kebutuhan coffee shop nya sendiri, tetapi Bloem Coffee Roastery juga menjual roast bean sampai keluar jawa. Mengingat mayoritas hasil kopi disini robusta, maka roast bean beliau banyak digunakan untuk house blend, sedangkan untuk single origin arabika masih harus mengambil dari daerah lain.
Beliau mengakui untuk mencapai semua ini butuh proses yang panjang dan harus terus belajar dan berkembang. Dari mas Yoyok kita bisa belajar mengenai peluang yang masih terbuka lebar bisnis di industri kopi. Terus mengasah skil, menambah wawasan, update tren, serta sadar akan kelebihan dan kekurangan masing-masing merupakan kunci.
Terima kasih mas Yoyok atas pengalaman serunya. Sukses selalu untuk Bloem Coffee Roastery. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Salam rahayu.
Peta Jalan Bloem Coffee Roastery Sumowono
Bloem Coffee Roastery Sumowono
Jl. Kh .Ahmad Dahlan No.1, Sawahgondang, Sumowono, Kec. Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50662
Hari Buka: Senin – Sabtu Jam Buka: 11.00 WIB – 22.00 WIB
Kali ini saya berkesempatan mengunjungi kota kopi roastery di Muntilan yang memiliki pergerakan sangat aktif di industri kopi Indonesia. Beberapa waktu yang lalu mereka Ikut berpartisipasi langsung di acara Jakarta coffee week 2022, kemudian juga mensuport Inggrit Candra di kompetisi Indonesia Barista Championship di jogja coffeeevent.
Berhubung saya tidak paham daerah Muntilan, maka saya menggunakan aplikasi google map dengan memasukan keyword kota kopi roastery. Sempat bingung ketika sampai di titik lokasi, karena titik tersebut mengarah ke sebuah bangunan yang mirip gudang besar dengan tembok dan pagar yang tinggi.
Kemudian saya ketok pagar besar tersebut dan tanya ke penjaga mengenai lokasi kota kopi roastery dan beliau menjawab “benar disini mas, masuk saja, tak bukain pintu”. Setelah dibuka saya dipersilahkan masuk dan diarahkan oleh sang penjaga untuk maju terus sampai mentok.
Dengan berkendara perlahan saya masuk dengan bingung dan bergumam “Hla kok kayak pabrik ? kayak gudang ? bener ndak ya ?”. Setelah memarkirkan kendaraan di ujung, kemudian saya melihat di salah satu sudut ada sebuah ruangan kaca dengan tulisan kota kopi roastery. “Ternyata benar”, ucapku dalam hati.
Tanpa belama-lama saya langsung masuk ke ruangan kaca tersebut dan disambut ramah oleh seseorang yang ternyata pemilik dari kota kopi roastery yang bernama mas Dio. Sungguh kesempatan istimewa bisa bertemu dengan pemilik roastery yang sedang naik daun ini.
“Tidak kesasar to mas ?”, tanya mas Dio. “Aman mas”, jawab saya. Mas Dio mulai bercerita, kota kopi belum membuka store offline, jadi disini merupakan tempat mini lab serta office untuk kota kopi roastery. Didalam ruangan ini terdapat meja bar dengan beberapa jenis grinder, mesin espresso, beberapa alat seduh, dan mesin roasting ada di sisi belakang.
Suasana lab di Kota Kopi roastery
“Ngrokok ndak mas?”, tanya mas Dio, “Ngrokok mas”, saut saya. “Ok kita ngobrol di depan aja sambil ngrokok biar lebih santai”, ajak mas Dio“. “Siap mas”, jawab saya dan kami berdua duduk di depan ruangan kaca tersebut.
“Mas, gimana ceritanya bisa terjun ke industri roastery kopi ?”, tanya saya. Sambil membakar rokok, mas Dio mulai bercerita. Awalnya saya berkecimpung di bidang tembakau dan beberapa pemasok tembakau membawakan sample kopi, karena memang di kebun tembakau biasanya terdapat tanaman kopi.
Kemudian saya iseng untuk mengolah kopi tersebut menggunakan microwave dan hasilnya tidak karuan, cerita beliau sambil tertawa. Sampai pada suatu saat beliau kenal dengan seseorang di daerah Dampit dan berkunjung kesana untuk melihat dan belajar proses menggoreng kopi menggunakan mesin. Selanjutnya terjun langsung di kopi keliling menggunakan kopi dari Dampit tersebut, disitulah waktu dimana beliau mulai belajar tentang kopi.
Tidak berhenti disitu, kemudian kopi dari Dampit juga dijual ke beberapa tempat oleh mas Dio, salah satunya kopi klotok yang menjadi pelanggan pertamanya. Selanjutnya kopi dari Dampit juga dimasukan di beberapa hotel dan responnya bagus. Disitulah mas Dio merasa cocok untuk terjun ke lini supply dalam industri kopi.
Seiring berjalannya waktu mas Dio sadar untuk memasok kebutuhan pasar tidak bisa mengandalkan kopi dari Dampit saja, maka beliau memutuskan untuk membeli mesin roasting sendiri serta mengambil bean dari beberapa daerah.
Waktu itu mendapat informasi dari beberapa teman untuk mengambil mesin roasting di mas Supri dari Ngadirejo dengan merk Super Roasting, dimana proses pemesanan sampai tujuh bulan. Setelah mesin datang, maka mas Dio belajar dari kenalannya yang dari Dampit, serta dibantu dengan beberapa temannya dan akhirnya di awal pandemi bertemu dan belajar dengan almarhum mas Antok.
Mas Dio menyadari untuk membuat sebuah bisnis dibutuhkan tim dan tidak bisa dijalankan sendiri. Kemudian almarhum mas Antok bergabung dan menjadi roaster di kota kopi roastery, karena beliau memiliki ilmu yang lebih mumpuni di bidang menyangrai kopi.
Berkat tim yang solid, maka hasil produksi dari kota kopi roastery juga meningkat yang menjadikan mesin roasting rusak dan sudah beberapa kali diganti part nya. Dari situ mas Dio mulai berpikir untuk membeli mesin roasting baru.
Waktu itu mas Dio dihadapkan pada dua pilihan mesin roasting, yaitu probat dan giesen. Setelah mempertimbangkan dengan matang dan mendapat saran dari beberapa teman-temanya, akhirnya mas Dio menjatuhkan pilihannya pada mesing roasting giesen dengan kapasitas 15 kg.
Mesin roasting Giesen 15 kg Kota Kopi Roastery
Bermitra dengan petani merupakan salah satu strategi yg dilakukan mas Dio untuk kota kopi roastery, menurut saya itu tepat sekali karena petani merupakan lini awal yang ada di industri kopi.
Dalam bermitra dengan petani juga perlu perjuangan, ungkap mas Dio. Waktu itu dia harus meyakinkan ke petani dengan cara membeli semua hasil kopi yang tidak maksimal dari petani supaya mereka sadar bahwa kopi itu ada harganya, apalagi jika digarap lebih akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Kemudian mas Dio juga melakukan program penanaman kopi bersama dengan beberapa mitra petani dengan target 50 puluh ribu tanaman di tahun kelima dan di tahun kedua ini sudah menyentuh 12 ribu tanaman. Untuk penanaman nya sendiri berada di daerah Merapi, karena mas Dio sudah memiliki beberapa petani disana.
Kemudian saya bertanya mengenai persaingan roastery yang semakin banyak bermunculan ke mas Dio. Beliau mulai bercerita. Menurutku itu masalah sudut pandang saja, maksudnya jika kita melihat sudut pandang mikro memang persaingannya banyak, tetapi jika dilihat dari sudut pandang makro sebenarnya potensi pasar belum seratus persen terbuka, mungkin saat ini masih 30 persen saja, sehingga peluang masih sangat besar.
Dengan semakin banyaknya roastery bermunculan, tentu saja mereka semua ingin laku. Akhirnya mereka akan menawarkan ke orang-orang yang belum minum kopi untuk menikmati kopi. Hal tersebut justru membantu mempercepat terbukanya potensi pasar yang lebih luas. Wow, aku dibuat kagum oleh statement mas Dio.
Di akhir obrolan kami, mas Dio memberikan masukan untuk kita-kita yang baru ingin terjun ke industri kopi. Menurutnya harus dicoba, karena yang susah hanya di langkah awal saja, setelah itu kita harus bisa adaptasi dan kreatif di bidang yang digeluti. Semua lini di industri kopi memiliki peluang yang besar, selama bisa melihat dan sadar akan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Terima kasih mas Dio untuk kesempatan dan ilmu yang diberikan. Sukses selalu untuk mas Dio dan kota kopi roastery. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Salam rahayu.
Peta Jalan Kota Kopi Roastery Magelang
Kota Kopi Roastery Magelang
Jl. M. Yusuf, Keniten, Keji, Kec. Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56415
Hari Buka: Senin – Jumat Jam Buka: 09.00 WIB – 17.00 WIB Sabtu: 09.00 WIB – 12.00 WIB
Magelang merupakan salah satu kota di Indonesia yang tidak luput dari menjamurnya kedai kopi baru. Di kota ini terdapat banyak sekali tempat ngopi, mulai dari kedai kopi rumahan sampai coffee shop yang proper ada disini. Memiliki letak geografis di jalur utama Semarang – Yogyakarta, serta menjadi rumah bagi puluhan tempat wisata alam yang menakjubkan membuat kedai kopi di Magelang memiliki potensi pasar yang luas.
Beberapa pelaku bisnis coffee shop di Magelang bercerita bahwa terdapat sebuah roastery yang mampu menyuplai house blend ke hampir seluruh coffee shop di kota ini, mungkin 80 % kedai kopi di Magelang menjadi pelanggannya. Saya sungguh terkejut dan penasaran untuk datang langsung ke roastery tersebut.
Nama roastery tersebut adalah Begik Roastery dan kali ini saya berkesempatan untuk mengunjunginya. Karena tidak paham mengenai kota Magelang, maka saya menggunakan aplikasi google map untuk menuju kesana. Dengan memasukan keyword Begik Roastery, saya langsung dituntun menuju lokasi dengan mudah.
Saya sempat bingung ketika sampai di lokasi untuk pertama kalinya, karena aplikasi google map mengarah menuju ke sebuah rumah warga seperti pada umumnya dan tidak ada papan nama atau semacamnya. Kemudian saya bertanya kepada bapak bapak yang ngumpul di seberang, “Pak numpang nanya, Begik roastery sebelah mana ya? Yang itu mas, diketuk saja mas, saut sang bapak”.
Tidak beberapa lama pintu terbuka dan seseorang muncul serta menyapa, “Ada apa mas? Disini bener Begik Roastery nggak mas ? Tanya saya. Iya mas bener, sini masuk, saut mas mas tersebut”. Kemudian saya masuk dan langsung terpana dengan sebuah mesin roasting dan beberapa meja etalase yang tertata rapi.
Mesin Roasting di Begik Roastery
Saya mulai memperkenalkan diri dan diterima dengan ramah. “Mas tak buatin kopi ya, sambil nunggu aku beres beres sebentar. Oke mas, saut saya”. Setelah selesai beberes, beliau menghampiri saya dan kami berdua menikmati minuman kopi hasil seduhannya yang nikmat itu.
Begik Roastery Magelang
Sambil menyeruput kopi beliau bercerita, Awalnya pada tahun 2016 dia sering mengunjungi kedai kopi milik temannya di daerah Mertoyudan yang bernama Kedai Coffeetography, dimana tempat tersebut juga memiliki mesin roasting sendiri. Meskipun datang sebagai konsumen biasa, tetapi dia juga mendapat banyak sekali ilmu seputar industri kopi. Pada tahun 2017 dia sempat menggorengkan biji kopi di kedai coffeetography dan kemudian sampai di rumah dikemas ulang untuk dijual.
Pada tahun 2019 dia berhenti dari pekerjaannya dan ditawari oleh temannya untuk mengelola kedai coffeetography, karena sang pemilik fokus untuk melanjutkan kuliahnya. Disana dia menjabat sebagai leader yang membawahi barista, roastery, dan marketing. Tanggung jawab yang besar menjadikan beliau semakin paham secara detail mengenai industri kopi. Karena masih muda, maka dia menargetkan cukup 2 tahun saja untuk mengelola ini.
Di tahun 2020 dia melihat peluang akan banyaknya permintaan roast bean, karena di sekitaran tahun tersebut banyak sekali kedai kopi baru yang bermunculan. Akhirnya di awal tahun 2021 dia memutuskan membeli sebuah mesin roasting dari Jember Jawa Timur dengan nama Nor Coffee dengan kapasitas 1 kg.
Sebenarnya banyak sekali mesin roasting buatan lokal di pasaran, tetapi mengingat budget, spesifikasi yang dibutuhkan, dan after sales, maka dia memutuskan untuk memilih mesin Roasting tersebut. Setelah mesin datang, dia harus beradaptasi terlebih dahulu, karena sebelumnya di kedai coffeetography menggunakan mesin roasting dengan merk william edison.
Begik Roastery menjual berbagai jenis roast bean, seperti house blend dan beberapa single origin. Semakin variatif roast bean yang dijual menjadikan pasar semakin banyak pilihan sesuai kebutuhannya. Mungkin untuk kedai kopi yang ingin menjual es kopi susu bisa menggunakan house blend, tetapi jika ingin lebih mantap bisa menggunakan single origin.
Seperti roastery handal lainnya, Begik Roastery juga masih terus mengulik serta tidak cepat puas dengan hasil roast bean nya. Kemudian saya bertanya,”Mas, kenapa namanya Begik Roastery?” Begik adalah nama panggilan saya mas, ungkap dari pemilik nama asli Raki Faisal Anas tersebut. Beliau menggunakan nama panggilan akrabnya supaya lebih mudah dikenal oleh masyarakat sekitar.
Begik Roastery juga bermitra dengan beberapa petani kopi, seperti petani dari Kaliangkrik, Grabag, dan lain lainnya. Menurutnya, petani menjadi lini paling vital di rantai industri kopi, karena mereka yang memiliki bahan baku utama. Dia juga berharap para petani, roastery, dan coffee shop terus bekerja sama untuk menjaga kesehatan ekosistem industri kopi.
Dengan semakin banyaknya roastery bermunculan tidak membuat Begik Roastery pesimis, menurutnya itu adalah hal yang wajar dan menjadikan para roastery dituntut untuk memberikan yang terbaik. Terus update mengenai tren biji kopi, aktif di industri kopi, serta memaksimalkan sosial media merupakan sedikit dari strategi yang Begik Roastery lakukan.
Dari Begik Roastery kita dapat banyak sekali pembelajaran. Untuk terjun bisnis di industri kopi bukan hal yang mustahil, selama kita bisa melihat peluang, terus update mengenai dunia perkopian, serta perencanaan yang matang tidak menutup kemungkinan bisa sukses dan terus berkembang.
Terima kasih dan sukses selalu untuk Begik Roastery. Sampai jumpa di artikel lainnya. Salam Rahayu.
Beberapa tahun terakhir ini industri kopi meningkat drastis pada setiap lininya, dimana salah satunya adalah sektor coffee roastery. Mengingat peluang yang menjanjikan menjadikan banyak sekali pemain yang terjun di dunia coffee roastery dengan berbagai jenis, mulai dari skala industri sampai rumahan sudah tidak terhitung jumlahnya.
Kali ini saya berkesempatan menemui salah satu home roastery yang bernama Penceng Kopie Roasting untuk mendapatkan sedikit wawasan seputar industri coffee roastery. Berlokasi di jalan pinggir jalan utama, yaitu di Jl. Dr. Cipto No.98 Ambarawa menjadikan tempat ini mudah ditemui.
Saya disambut dengan aroma kopi yang sedap ketika pertama kali sampai di lokasi, ternyata sang pemilik sedang menyangrai kopi di teras. Tanpa pikir panjang saya langsung menemuinya dan beliau berkata “Nggak kesasar kan? Sini masuk, habis ini tak bikinke kopi, tapi tak nyelesain gorenganku sebentar ya, nanggung kurang sedikit”. Oke mas, sahut saya. Kemudian saya duduk di seberang posisi dia menggoreng kopi.
Mas Andriyanto namanya, beliau merupakan pemilik dan roaster dari Penceng Kopie Roasting. Setelah selesai urusan menyangrai kopi, kemudian beliau masuk kedalam untuk membuatkan secangkir kopi untuk teman mengobrol kami kali ini.
Sambil menyeruput kopi seduhannya, beliau mulai bercerita mengenai perjalanannya. Tahun 2005 beliau memiliki warung angkringan yang menjual kopi sachet seperti pada umumnya. Sekitar tahun 2013 ia mulai suka dengan kopi asli berkat diperkenalkan oleh beberapa kawannya dan ternyata cocok yang kemudian dia jual juga di angkringannya.
Ketertarikannya mengenai kopi menjadikan mas Andriyanto berinovasi dengan menambahkan alat seduh manual di angkringannya, mungkin sekitar tahun 2015 ungkap beliau. Berkat inovasi yang bagus menjadikan angkringan beliau semakin ramai pengunjung.
Seiring berjalannya waktu membuat dia semakin jatuh cinta dengan dunia kopi. Pada tahun 2016 ia mulai fokus untuk menguliknya. Langkah pertama yang beliau lakukan adalah cara belajar menyeduh kopi yang benar. Saat itu dia hanya memiliki hand grinder, vietnam drip, dan moka pot yang merupakan seperangkat perang metode seduh manual.
Alat Seduh Manual yang Menjadi Saksi Bisu Berdirinya Penceng Kopie Roasting
Tidak hanya berhenti belajar menyeduh kopi yang benar, tetapi dia juga mengunjungi beberapa petani kopi untuk mengetahui lebih dalam proses tanam kopi sampai pengolahan pasca panen kopi. Selain belajar langsung dari lapangan, beliau juga rajin berselancar di internet untuk mendapatkan informasi yang lebih luas.
Rasa penasarannya yang besar mengenai kopi membawa mas Andriyanto mengulik lebih dalam sampai ke proses roasting kopi. Setelah banyak belajar kopi dari hulu sampai hilir, maka dia memutuskan fokus di roasting kopi karena disitu ia menemukan passion nya.
Terjun ke dunia coffee roastery membutuhkan biaya yang tidak murah, hal tersebut menjadikan beliau harus menabung dulu untuk mewujudkan mimpinya memiliki mesin roasting kopi sendiri. Akhirnya pada tahun 2019 ia mampu membeli sebuah mesin roasting kopi pertamanya dengan merek SR – Super Roasting buatan pak Supripto dari Mbejen, Temanggung.
SR – Super Roasting buatan Pak Supripto Temanggung
Perjalanan mas Andriyanto belum berhenti, karena ia butuh waktu sampai 3 bulan untuk beradaptasi dengan mesin tersebut. Saya sungguh salut dengan perjuangan beliau dalam berposes. Kemudian saya bertanya, “Mas kenapa namanya Penceng Kopie Roasting?”. Sambil tersenyum ia menjawab, “Penceng merupakan panggilan akrab saya sejak remaja, memang sengaja memakai nama itu supaya orang dekat tau, menurutku memperkenalkan ke lingkungan terdekat itu perlu, sebelum ke masyarakat yang luas”.
Penceng Kopie Roasting memasok roast bean ke beberapa coffee shop di sekitaran Ambarawa hingga luar kota. Arabika lereng gunung Ungaran dan Robusta lereng gunung kelir merupakan andalan nya, karena dia sudah bekerjasama dengan para petani disana. Menurutnya coffee roaster harus lebih dekat dengan petani kopi supaya tercipta kemajuan bersama.
Banyaknya roaster kopi baru bermunculan bukan masalah untuk mas Penceng, karena setiap roaster memiliki karakternya masing – masing. Sebenarnya yang diharapkan beliau adalah coffee shop dan peminum kopi harus lebih bangga dengan hasil kopi lokalnya. Ya, saya setuju mengenai itu, memang terkadang kita terlalu mendewa – dewakan kopi luar negri sampai lupa potensi akan kopi sendiri. Kopi sudah habis dan kemudian saya berpamitan pulang. Sukses selalu Penceng Kopie Roasting. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Salam Rahayu.
Peta Jalan Penceng Kopie Ambarawa
Penceng Kopie Ambarawa
Jl. Dr. Cipto No.98, Bodean, Baran, Kec. Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50613