Category: Food & Drink

  • Ngopi Di Pinggir Sawah, Kedai Kopi Tepikota Salatiga

    Sore ini kami berkunjung ke Salatiga, nama sebuah kota kecil yang terletak di antara jalan raya utama Semarang – Surakarta. Kota kecil yang berhawa sejuk, yang dulu konon menjadi tempat peristirahatan bangsa Belanda untuk bersantai sejenak. Kota ini cukup unik karena daerah administrasinya dikelilingi oleh Kabupaten Semarang. Ya, sebuah kota yang terletak di dalam kabupaten, luas wilayahnya pun “hanya” seluas 56,78 Km².

    Baca juga: Feri Oky Triansah, Buka Kedai Kopi Di Era Pandemi

    Meski kecil, kota ini mendapat julukan “Indonesia Mini”. Julukan ini menggambarkan banyaknya pendatang dari daerah lain yang tinggal di kota ini. Selain bekerja, kebanyakan pendatang ini adalah para mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Di mana universitas tersebut setiap tahun mengadakan Karnaval Kebudayaan, merupakan kegiatan untuk menampilkan tarian, baju adat, nyanyian dan pertunjukan kesenian dari daerah lain. Hal ini untuk menunjukkan keberagaman yang ada di kota Salatiga, dan bagaimana mereka bisa saling menghargai keberagaman itu.

    Ulasan Singkat Tentang Kedai Kopi Tepikota Salatiga

    Kota kecil ini tentu juga memiliki banyak coffee shop, entah itu café “besar” yang memiliki mesin espresso di meja bar, ataupun kedai kopi rumahan yang hanya menyediakan manual brew. Kota ini juga memiliki sebuah brand kopi yang cukup melegenda. Namanya Babah Kacamata, mungkin kita akan bahas kopi legend ini di artikel lain.

    Kali ini kami berkunjung ke salah satu kedai kopi rumahan, kedai Tepikota. Berlokasi di Jalan Jafar Sodhiq, Kalibening, hanya berjarak 10 menit dari pusat kota, jika ditempuh menggunakan sepeda motor. Saran kami sebaiknya menggunakan GMaps dengan keyword “Tepikota Coffee”, karena memang lokasinya di tepi kota/pinggiran dan melewati jalan yang tidak terlalu besar.

    Begitu sampai di lokasi, Anda akan disambut hamparan sawah dan tanaman hijau yang cukup membuat suasana kedai menjadi lebih teduh. Dengan material bangunan yang sebagian besar menggunakan kayu, menambah kesan hangat kedai ini. Menggunakan sepeda motor memang pilihan yang tepat ketika berkunjung ke sini, hal ini dikarenakan lahan parkir yang tidak begitu luas.

    Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Damai Di Pinggir Sawah Ambarawa

    Jam operasional kedai Tepikota ada dua sesi, yaitu pagi dan sore. Untuk pagi dari pukul 07.00-11.00, kemudian sore hari pukul 16.00-21.00, kedai ini libur setiap hari Selasa. Seperti yang sudah kami sebut di atas, seduhan kopi yang ditawarkan di kedai ini adalah manual brew, dengan pilihan biji kopi sesuai ketersediaan. Mungkin ini juga menjadi elements of surprise, karena kita tidak tahu jenis kopi yang tersedia ketika berkunjung. Tentu saja dengan biji kopi yang selalu fresh from the roastery.

    Bar Tepikota Coffee Salatiga
    Bar Tepikota Coffee Salatiga

    Kami coba memesan V60 dengan biji kopi Bali Kintamani. Oh ya, selain pilihan biji kopi yang sering berganti, Anda juga bisa memilih metode seduh, ada V60, aeropress, Vietnam drip, dan lainnya. Lalu bagaimana kalau ingin minuman espresso based ? Tenang, di sini menggunakan Flair, merupakan espresso maker manual. Jadi jika Anda ingin pesan kopi susu kekinian, sangat bisa dong. Menu non coffee juga tersedia di sini, komplit kan?

    Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan Hario V60 (Pour Over)

    Menunggu kopi diseduh, kami duduk di salah satu kursi kayu, juga mencoba mengerjakan beberapa hal di laptop. Entah kenapa ketika duduk sambil bekerja di depan laptop, kami merasa kurang nyaman. Melihat sekeliling, meja kursi yang ada hampir sama tinggi dan bentuknya. Ahh, mungkin kedai ini bukan tempat untuk berlama-lama bekerja di depan laptop, hehehe.

    Sani (LUDEN) di Tepikota Coffee Salatiga
    Sani (LUDEN) di Tepikota Coffee Salatiga

    Penataan beberapa ornamen yang pas meskipun tidak banyak menambah kesan homey kedai ini. Ada bagian menarik di kedai ini, yaitu ada perahu kecil yang diberdirikan di salah satu sisi tembok. Entah apakah ada maksudnya kami juga belum sempat bertanya. Beberapa tanaman banyak tersebar di sekitar di kedai, di pojokan dan beberapa yang digantung menyegarkan suasana di sekitar kedai. Bisa dikatakan kedai kopi “paling hijau” yang pernah kami sambangi.

    Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan

    Kadang-kadang Anda juga bisa melihat beberapa kucing berseliweran di kedai ini. Mereka tidak mengganggu, bahkan bisa diajak untuk berinteraksi. Lumayan kan bisa menambah feeds di Instagram atau update story. Bagi pecinta binatang, khususnya kucing mungkin menjadi pengalaman baru.

    Sendiri ataupun berbarengan bersama teman-teman, tentu menghadirkan pengalaman sendiri ketika datang ke tempat ini. Untuk sekedar me time, sambil menikmati secangkir kopi. Atau malah bercengkrama dengan teman-teman dan membicarakan banyak hal dan saling bertukar ide.

    Nongkrong di Tepikota Coffee Salatiga
    Nongkrong di Tepikota Coffee Salatiga

    Pelayanan yang kami dapatkan di sini juga memuaskan. Dari disambut di meja bar, kemudian obrolan singkat soal biji-biji kopi yang available, metode seduh apa yang pas, dan lainnya. Pastinya, pegawai seduh kopi di sini sangat menguasai apa yang ada di bar mereka. Lalu bagaimana rasa kopi hasil seduhannya? mantap!

    Baca juga: Profesi Barista, Menghidupi Kah? Feat Andre Rivaldo

    Secara keseluruhan, meski kedai kopi rumahan, apa yang ditawarkan kedai Tepikota menurut kami lebih dari cukup. Bagi teman-teman yang tinggal di kota dengan segala hiruk pikuknya, kedai ini bisa menjadi pilihan untuk sejenak “menyehatkan diri”. Cara menikmati kopi yang berbeda tentunya, disuguhi pemandangan sawah di bawah pohon yang teduh. Dan meskipun hanya menyuguhkan kopi manual brew, apa yang Anda dapatkan kami yakin sepadan.

    Peralatan Manual Brew Tepikota Coffee Salatiga
    Peralatan Manual Brew Tepikota Coffee Salatiga

    Jadi jika Anda sedang di Salatiga ataupun melintas di kota ini, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke kedai ini. Kami yakin Anda tidak akan kecewa, beberapa sudut kedai ini juga Instagramable. Kalau sudah berkunjung, jangan lupa sharing pengalamannya di kolom komentar, sukses selalu untuk Tepikota Kopi.

    Salam rahayu.

    Baca juga: On The Rocks Coffee, Tempat Ngopi Paling Cozy di Salatiga

    Peta Jalan Tepikota Coffee Salatiga
    Peta Jalan Tepikota Coffee Salatiga

    Kedai Kopi Tepikota Salatiga

    Jl. Jafar Shodiq, Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50744

    Hari Buka: Senin – Minggu
    Jam Buka Pagi: 07.00 WIB – 11.00 WIB
    Jam Buka Sore: 16.00 WIB – 21.00 WIB
    Kontak: 0896-3307-9070
    Instagram: @tepikotacoffee

  • Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi di Lereng Pegunungan

    Meneruskan perjalanan kami di Dusun Gertas. Kali ini kami menyambangi coffee shop yang ada di Lereng Kelir, Dusun Gertas, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Dari jalan raya Semarang Jogja, membutuhkan waktu sekitar 6 menit menggunakan kendaraan bermotor untuk sampai di sini. Coffee shop ini berlokasi di jalan utama dusun Gertas, yang juga merupakan akses ke objek wisata Lereng Kelir. Jadi bisa dibilang akses ke sana cukup mudah.

    Kedai Kopi: Hillside Cafe Lereng Kelir, Dsn. Gertas, Kec. Jambu, Kab. Semarang, Jawa Tengah

    Siang itu cuaca cukup cerah, kami langsung menuju lokasi. Tidak jauh dari kebun kopi tempat kami berbincang sebelumnya bersama mas Khamidin. Jam operasional Hillside cafe mulai pukul 14.00-22.00 WIB. Meski kami datang 2 jam lebih awal, tidak menjadi masalah, karena kami memang sudah janjian sebelumnya. Sesampainya di lokasi kami disambut oleh mas Wahyudi, yang kebetulan memang dipercaya untuk mengelola coffee shop tersebut.

    Baca juga: Khamidin, Petani Kopi Millenial Lereng Kelir Dusun Gertas

    Hillside Cafe bukan tempat yang asing bagi kami, bisa dikatakan kami cukup sering berkunjung ke sini. Tidak hanya untuk ngopi, tetapi juga tempat untuk menikmati suasana. Dengan udara yang masih sejuk khas lereng pegunungan dan suguhan pemandangan yang memanjakan mata. Kedai kopi ini bisa menjadi short escape bagi anda yang jenuh dengan hiruk pikuk kota.

    Mulai beroperasi tahun 2017, Hillside Cafe merupakan hasil swadaya para pemuda Dusun Gertas. Tidak mengherankan memang, karena memang dusun ini merupakan salah satu penghasil kopi Robusta terbaik yang ada di Kabupaten Semarang. Dimana kebun kopi yang ada di Dusun Gertas sendiri, juga dikelola oleh para petani muda.

    Baca juga: Kebun Kopi Lereng Kelir, Perkebunan Kopi Robusta Penghasil Java Mocha

    Hasil olahan kopi dari Hillside Cafe juga sudah beberapa kali mengikuti kompetisi kopi specialty skala nasional. Salah satunya yang diselenggarakan oleh AEKI (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia). Bahkan di tahun 2018 & 2019 masuk peringkat 10 besar nasional, untuk jenis kopi Robusta.

    Sani di Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir
    Sani (LUDEN) di Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir

    Baca juga: Steam & Brew Semarang, Coffee Shop dengan Konsep Minimalis dan Menu Andalan Kopi Spesialti

    Bangunan di Hillside Cafe terdiri dari bangunan utama dan gazebo. Untuk bangunan utama,  bangunan tersebut dibagi dan difungsikan sebagai roastery, tempat packing, meja kursi untuk customer, dapur, mini bar dan toilet. Sedangkan gazebo, ada 3 buah yang bisa dipakai oleh para pengunjung semisal datang berkelompok, dengan kapasitas 4-6 orang di tiap gazebo.

    Yang unik dari bangunan di Hillside Cafe, kayu untuk ornamen serta bangunan gazebo menggunakan jenis kayu manis. Bentuknya cukup unik, kalau anak sekarang mungkin bilang, aesthetic. Semuanya dibangun dan dikerjakan sendiri oleh para pemuda Dusun Gertas, luar biasa bukan.

    Siang itu kebetulan mas Wahyudi menyeduhkan kopi untuk kami dengan proses pasca panen anaerob. Kami baru dengar ada proses pasca panen seperti itu. Mas Wahyudi berujar, “Ada aroma dan sedikit rasa strawberry kopinya”. Ternyata benar, ada aroma harum buah berry ketika kopi digiling. Begitu diseduh manual, aromanya lebih kentara, tidak sabar untuk segera menyeruput. Ketika kami mulai meminumnya, ahh rasa kopinya menyegarkan. Kami bilang ke mas Wahyudi, “Istimewa seduhan kopimu mas”.

    Baca juga: Nur Wahyudi, Pengelola Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir

    Selain seduh manual, Hillside Cafe juga memiliki mesin espresso. Jadi semisal anda ingin menikmati kopi espresso based, seperti cappuccino, latte, dll, di sini juga tersedia. Semisal anda ingin menyeduh kopi sendiri di rumah, bisa juga beli di sini, baik dalam bentuk biji maupun bubuk.

    Bagi anda yang memang tidak bisa mengkonsumsi kopi, Hillside Cafe juga menyediakan varian minuman lain. Untuk menu snack dan makanan ada beberapa opsi yang bisa anda pilih. Tapi menurut kami snack yang menurut kami juara adalah nugget durian. Masih ingat bukan pohon durian jadi tanaman tumpang sari di kebun kopi Lereng Kelir. Jadi ketika musim durian, bisa dipastikan Hillside Cafe akan ramai oleh para penggemar kopi dan durian.
    Hillside Cafe bisa menjadi pilihan bagi anda, tidak hanya untuk menikmati kopi. Tapi juga ambience khas pedesaan, dengan udara yang masih sejuk, serta disuguhi pemandangan daerah Ambarawa dan sekitarnya. Kalau anda beruntung, anda juga bisa mencium aroma kopi ketika masih disangrai. Sungguh memanjakan bagi kami para penikmat kopi. Salam rahayu.

    Baca juga: Sensasi Ngopi di Peternakan Kuda Suharno Horse Stable

    Peta Jalan Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir
    Peta Jalan Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir

    Hillside Cafe Lereng Kelir

    Gertas, Brongkol, Kec. Jambu, Semarang, Jawa Tengah 50663

    Hari Buka: Senin – Minggu
    Jam Buka: 14.00 WIB – 22.00 WIB
    Kontak: 0857-2716-5681 (Nur Wahyudi)
    Instagram: @hillside_cafe

  • Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Damai di Pinggir Sawah Ambarawa

    Pagi ini sang surya memancarkan cahayanya dengan lembut membuat udara pagi Ambarawa sedikit hangat. Tepat pukul delapan pagi kami sudah berada di sekitar jalan lingkar Ambarawa, jalan yang lapang membelah manis lautan sawah nan hijau, sungguh komposisi alam pagi ini sangat damai.

    Langkah kami masuk menuju ke sebuah jalan di samping pom bensin jalan lingkar yang mana kombinasi hijaunya persawahan dengan segarnya udara pagi masih bisa kami nikmati. Kita berhenti tepat di sebuah kedai kopi yang masih tutup tepat di kiri jalan. Gubuk Pentjeng (penceng), itulah kedai kopi yang akan kami singgahi kali ini.

    Semalam kami sudah konfirmasi dengan Gubuk Pentjeng via DM instagram dan dipersilahkan datang pagi hari ke kedai meskipun di luar jam operasional. “Kalau pintu masih ditutup langsung masuk saja sambil menikmati pagi di sana”, begitulah sang admin membalas DM kami.

    Dari depan pintu gerbang sudah terlihat suasana klasik khas pedesaan di Jawa. Bangunan jawa yang terbuat dari kayu dan beratap genteng tanah liat serta banyak sekali tanaman hijau menjadi bingkainya mencuri perhatian kami. Tanpa pikir panjang kita buka pintu gerbangnya dan masuk, seketika kami berhenti sejenak di area parkir dan dibuat terpukau dengan apa yang kami lihat.

    Area parkir di sini cukup luas dan bisa menampung beberapa sepeda motor dan mobil. Kemudian kami berjalan masuk menuju bangunan depan, tepat di samping pintu masuk bangunan depan terdapat sebuah tulisan di papan kayu yang digantungkan di sebuah pohon yang bertuliskan “adhol kopi”, dalam bahasa Indonesia adhol kopi berarti jual kopi, kita datang di tempat yang tepat.

    Masuk ke bangunan depan terdapat satu meja dan tiga kursi yang pas di dalam bangunan berukuran 3 x 5 meter ini. Di Sudutnya ada rak buku dengan beberapa koleksi buku bacaan yang menarik, serta di sudut lainnya ada sebuah lukisan dari kanvas serta karya karya seni visual lainnya. Kami tidak heran karena dari profil instagram Gubuk Pentjeng sering sekali mengadakan acara pameran.

    Kita keluar dari bangunan depan dan menuju ke bangunan utama, di antara kedua bangunan tersebut ada area outdoor dengan beberapa kursi serta banyak sekali koleksi tanaman daun, bunga dan buah yang ditata sangat serasi. Kami berdiri di tengah bangunan utama dari Gubuk Pentjeng, sebuah bangunan mirip pendopo dengan lantai klasik nya yang berwarna kuning menjulang 4 meter keatas dengan genteng tanah liat sebagai atapnya.

    Mata saya berkeliaran menikmati seisi bangunan ini. Di sini terdapat satu set meja kursi model sedan yang sangat lawas dan satu set meja kursi dari rangka besi beralaskan rajutan rotan. Di sudut pertama terdapat sebuah meja kayu yang sangat klasik yang atasnya ada beberapa asbak kayu, kemudian di sudut kedua terdapat lemari kayu yang usianya mungkin sudah tua tapi masih berdiri kokoh, lanjut ke sudut ketiga terdapat sebuah bingkai kayu untuk televisi yang klasik serta di atasnya terdapat tiga buah setrika lawas yang menggunakan bahan bakar arang.

    Di atasnya terdapat lampu gantung klasik yang menawan serta di beberapa sudutnya ada kalung untuk kerbau, kalung tersebut terbuat dari kayu yang berbentuk seperti lonceng persegi lima. Dahulu pada leher kerbau dikalungkan lonceng tersebut, sehingga ketika kerbau berjalan maka lonceng tersebut akan berbunyi, bunyinya dihasilkan dari gesekan kayu tersebut.

    Dari bangunan utama kita akan menuju bangunan selanjutnya, yaitu bangunan yang di dalamnya ada meja bar untuk meracik kopi dan kita bisa mengobrol banyak dengan baristanya di sana. Dari bangunan utama menuju bangunan bar juga terdapat area outdoor yang lebih luas dari pada yang ada di antara banguna depan dan utama.

    Di sini terdapat satu set kursi dan meja yang sangat nyaman serta berbagai macam tanaman yang ditata rapi, bahkan di salah satu sudutnya terdapat koleksi bonsai yang indah. Di sini yang paling memikat buat saya adalah dua buah gentong lepek berisi air dan tanaman teratai yang mengapit sebuah pintu koboi yang tinggi, sungguh seperti pintu masuk ke sebuah kerajaan.

    Kita buka pintu tersebut dan menjumpai sebuah meja bar yang terbuat dari kayu menambah kuat konsep jawanya. Di Atas meja bar terdapat beberapa toples roast bean kopi, grinder, timbangan, mesin espresso single yang tertata rapi. Karena belum jam operasional maka tidak ada barista di sini, tapi itu tidak masalah karena bisa menikmati suasana seperti ini sudah membuat kami sangat bahagia. Di bangunan bar juga terdapat koleksi perabot perabot klasik, mulai dari lemari, kursi dan ornamen ornamen lainnya. 

    Review: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng Ambarawa

    Kita lanjut ke belakang, tepat di belakang bangunan bar ada sebuah kolam ikan dan di atasnya ada surau yang diletakkan tepat di atas kolam. Surau adalah kosa kata bahasa jawa yang berarti mushola, jadi buat yang beragama Islam bisa melaksanakan ibadah sholat di sini. Di samping surau terdapat satu set meja dan kursi di ruang outdoor, tempatnya sangat nyaman seperti kita berada di kebun rumah.

    Baca juga: Menyeduh Kopi Di Rumah Dikala Pandemi COVID-19

    Lanjut ke belakang ada sebuah bangunan yang pintunya terkunci. Bangunan tersebut sangat klasik dan jawa sekali, Bangunan tersebut rencananya akan disewakan buat yang ingin bermalam di sini, karena rencana kedepannya Gubuk Pentjeng tidak hanya menawarkan racikan kopi yang nikmat tetapi juga akan menyewakan vila-vila klasik. 

    Di ujung belakang terdapat sebuah kamar mandi, nah ini point yang selalu kami nilai dari sebuah kedai atau resto, karena jika sebuah kedai, coffee shop, dan resto memiliki kamar mandi yang bersih dan terawat pastinya seluruh bangunannya juga akan bersih dan terawat.

    Kembali ke toilet dari Gubuk Pentjeng, di sini toiletnya terbuat dari batu bata tanpa finishing dengan pintu koboinya, menariknya toilet ini tidak memiliki atap yang membuat konsep jawa klasiknya semakin kental. Terdapat satu kloset duduk dan secara keseluruhan toilet ini bersih.

    Kami sangat senang berkeliling di sini karena konsep bangunanya adalah jawa klasik serta penuh dengan tanaman daun, bunga, dan buah. Sungguh ini tempat yang sangat bisa merilekskan pikiran. Buat teman teman yang biasa tinggal di kota, kami sarankan singgah atau mampir di Gubuk Pentjeng karena tempat ini sangat asri, klasik, dan nyaman sehingga menjadi solusi buat merefreshkan pikiran anda yang kacau karena keruwetan hidup di kota besar.

    Baca juga: Hendro Teguh Prastowo, Berawal Dari Hobi Menjadi Kedai Kopi (Gubuk Pentjeng)

    Akhirnya kita memilih kursi yang berada di antara bangunan utama dengan bangunan bar, karena tempat ini spot yang menarik untuk kami.

    Peta Jalan Kedai Kopi Gubuk Pentjeng Ambarawa
    Peta Jalan Kedai Kopi Gubuk Pentjeng

    Kedai Kopi Gubuk Pentjeng Ambarawa

    Dusun Rejosari, Jl. Rejosari Raya, RT.01/RW.05, Rejosari, Pojoksari, Kec. Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah 50614

    Hari Buka: Senin – Minggu
    Jam Buka: 17.00 WIB – 22.00 WIB
    Kontak: 0822-2686-7007 (Hendro Teguh P)
    Instagram: @gubukpentjeng