Berkunjung Ke Acara Borobudur Kopi Festival 2022

Di penghujung tahun 2022 ini kami akan membagikan keseruan acara Borobudur Kopi Festival yang diadakan beberapa hari yang lalu. Acara ini diselenggarakan oleh para penggiat industri kopi Magelang yang berkolaborasi dengan komunitas Gila Bahagia Vespa Muntilan. Acara yang berlangsung pada 17-18 Desember 2022 tersebut diadakan di Kampoeng Semar Borobudur.

Siang itu kami meluncur ke lokasi acara dengan panduan aplikasi google map, karena memang kita tidak tahu secara pasti lokasi Kampoeng Semar Borobudur. Kami disuguhi pemandangan yang sejuk serta damai selama perjalanan menuju ke lokasi acara, karena lokasi tersebut berada di sekitaran candi borobudur yang notabene merupakan daerah wisata yang sangat terkenal.

Suasana yang asri, sejuk, dan damai langsung terasa ketika pertama kali sampai di komplek Kampoeng Semar Borobudur. Setelah memarkirkan kendaraan, kami langsung berjalan menuju ke lokasi acara. Tempat ini sendiri merupakan salah satu homestay dan resto yang berada di sekitaran candi Borobudur dengan konsep asri khas pedesaan yang terdapat beberapa rumah kayu dengan pepohonan yang sangat rindang.

Kampoeng Semar Borobudur
Salah satu sudut Kampoeng Semar Borobudur

Dengan banyaknya petunjuk berupa “umbul-umbul” kecil yang dipasang panitia di area homestay sangatlah membantu, mengingat tempat ini sangat luas. Di beberapa sudut juga terdapat spot untuk berfoto, karena memang lokasi ini sangat fotogenik.

Sebelum sampai di stage utama, kami menjumpai sebuah mini van dari bank mandiri. Di kendaraan tersebut terdapat sebuah mesin ATM dan beberapa petugas yang berjaga. Bank mandiri sendiri menjadi salah satu sponsor utama dalam acara Borobudur Kopi festival.

Bank Mandiri Booth Van
Bank Mandiri Booth Van

Kemudian kami lanjut menuju stage utama, dimana disini merupakan titik utama dari keseluruhan acara. Di tempat ini diselenggarakan fun latte art, fun padu padan, live music, coffee talk, dan lain sebagainya.

Main Stage Borobudur Coffee Festival
Main Stage Borobudur Coffee Festival

Di main stage ini kami berjumpa dengan mas Eko sang pemilik dari Novikovi yang sedang bertugas menjadi pemandu acara fun latte art. Pada kesempatan sebelumnya kami sudah mengobrol banyak dengan mas Eko mengenai pengalamannya membuka coffee shop. Beliau sendiri merupakan salah satu aktor dibalik berkembanganya industri kopi di Magelang, terutama di daerah Mungkid.

Baca Juga : Kisah Eko Purnomo Mendirikan Novikovi Magelang

Berhubung sedang ada lomba fun latte art, maka kami sempatkan sejenak untuk menonton. Sampai saat ini banyak sekali yang tertarik untuk mahir dalam membuat latte art, karena memiliki sensasi dan nilai seni tersendiri. Kenyataannya banyak dari kita sudah handal dalam menyeduh hot latte, tetapi tidak banyak yang ahli dalam melukisnya.

Baca Juga : Beberapa hal yang Harus Diperhatikan dalam Membuat Hot Latte

Fun Latte Art Borobudur Coffee Festifal

Untuk juri fun latte art sendiri ada tiga orang. Pertama adalah Dimas Estiyaji dari Ramenhead Magelang, kemudian ada Kelik BM dari Senopati kopi Magelang, dan yang terakhir Choirul Fitrianto dari The Cabin Coffee Bar, dimana itu adalah coffee shop favorit saya di kota Magelang.

Saya selalu menyempatkan diri ke The Cabin Coffee Bar ketika mengunjungi kota Magelang, karena tempat tersebut memiliki konsep yang kuat dan tentu saja kualitas produk yang bagus. Panitia Borobudur Kopi Festival sudah tepat ketika menunjuk salah satu juri dari coffee shop yang sangat proper tersebut.

Baca Juga : The Cabin Coffee Bar, Tempat Ngopi Paling Cozy di Magelang

Berhubung lomba fun latte art sedang break, maka kami lanjut turun kebawah menuju coffee booth. Berlokasi di area lapang yang dikelilingi pohon yang rindang membuat suasana semakin sejuk.

Booth disini menggunakan tenda putih yang simpel dan fungsional. Untuk penataannya sendiri sangat rapi dan nyaman untuk pengunjung yang datang seperti kami. Tanpa berlama-lama, kami langsung turun menuju ke lokasi coffee booth.

Booth Area Borobudur Kopi Festival
Booth Area Borobudur Kopi Festival

Pertama kali masuk ke lokasi “booth area”, kami menjumpai stan dari Balkodes Kenalan dan Racik sewu yang berdiri bersebelahan. Keduanya memamerkan produk rempah-rempah maupun jamu.

Menurut kami tidak ada masalah jika terdapat stan yang memajang produk yang tidak berkaitan dengan kopi, karena produk rempah – rempah dan jamu dari mereka mengingatkan kami dan pengunjung lainnya bahwa hasil bumi dari negara kita banyak sekali dan bermanfaat untuk kesehatan. Disisi lain, rempah – rempah juga bisa digunakan untuk racikan minuman kopi yang nikmat dan menyehatkan.

Booth Balkondes Kenalan dan Racik Sewu
Booth Balkondes Kenalan dan Racik Sewu

Kemudian di seberang nya terdapat booth yang memajang sebuah mesin roasting kopi yang menyita pandangan kami. Setelah mendekat, kami disapa dengan ramah oleh mas – mas yang jaga untuk memperkenalkan produk dan memberikan sebuah brosur.

Pratter Coffee Roaster Machine adalah merek dari mesin roasting yang ada di stan ini. Mereka merupakan salah satu brand mesin roasting kopi lokal yang sedang naik daun dan patut diperhitungkan, karena memiliki build quality yang bagus. Sungguh kami sangat tertarik dan ingin suatu saat bisa datang ke workshop nya yang berada di Surakarta.

Booth Pratter Roaster
Booth Pratter Roaster

Setelah itu kami lanjut berjalan menuju ke booth dari Kotakopi roastery yang tidak jauh dari sini. Di stan roastery yang sedang naik daun ini, kita bisa membeli beberapa roast bean dari kotakopi hasil dari bermitra dengan petaninya.

Kotakopi merupakan salah satu roastery yang bermitra dengan petani langsung, sehingga hal tersebut bisa memperkuat rantai industri di bagian hulu. Sebuah langkah kecil yang wajib ditiru oleh para roastery lainnya.

Baca Juga : Roastery yang Patut di Perhitungkan, Kotakopi Roastery

Booth Kotakopi Roastery
Booth Kotakopi Roastery

Lanjut ke stan sampingnya, kami menjumpai call me roaster. Di sini mereka tidak hanya menjual roast bean, tetapi juga menjual beberapa minuman. Akhirnya kami putuskan untuk membeli minuman disini dan duduk beristirahat sejenak.

Saya memilih memesan “es kopi badeg” dan kawan saya memilih “es kopi nangka”. Saya memilih minuman ini karena unik, dimana “badeg” yang merupakan air nira yang disadap dari bunga kelapa akan dicampur dengan kopi. Sruputan pertama membuat saya bahagia, sungguh nikmat sekali.

Booth Call Me Roaster dan Minuman Es Kopi Badeg
Booth Call Me Roastery dan Minuman Es Kopi Badeg

Setelah puas menikmati enaknya minuman dari call me roaster, maka kami putuskan untuk lanjut berjalan. Di pemberhentian berikutnya kami berada di booth Begik Roastery. Disini mereka memajang beberapa roast bean terbaik nya.

Beberapa waktu yang lalu kami sempat mampir di workshop nya Begik roastery. Orangnya ramah dan tidak pelit ilmu. Meskipun persaingan roastery semakin deras, tidak membuat ia gentar. Kerja keras, terus update, dan aktif di industri kopi membuat Begik roastery menjadi pilihan utama beberapa coffee shop di magelang untuk mensuplai roast bean.

Baca Juga : Cerita Perjalanan Begik Roastery

Booth Begik Roastery
Booth Begik Roastery

Kemudian kami lanjut ke stan berikutnya. Di ujung belakang terdapat booth dari mari – mari ngopi dan serangkai roastery yang bersebelahan. Mari – mari ngopi sendiri bisa dibilang coffee shop baru yang hadir di kota Magelang. Suatu saat nanti harus main kesana.

Sepengetahuan saya, serangkai kopi roastery berawal dari sebuah kedai kopi yang berinovasi, sehingga mereka juga merambah dunia roastery. Mungkin suatu saat nanti saya ingin datang dan mengobrol dengan sang pemilik untuk mengulas perjalanannya.

Booth Serangkai Kopi dan Mari - Mari Ngopi
Booth Serangkai Kopi dan Mari-Mari Ngopi

Terakhir kami mengunjungi booth dari Gila Bahagia Vespa. Mereka merupakan komunitas yang digandeng oleh para pelaku industri kopi Magelang untuk membuat acara Borobudur Kopi Festival.

Disini mereka memajang beberapa vespa klasik nan cantik. Seketika saya terdiam dan pikiran bernostalgia. “Andai saja dulu tidak ku jual vespaku”, gumamku dalam hati. Kita semua tahu harga jual vespa klasik saat ini sungguh gelap, sesuka yang punya. Saya tidak terlalu lama di booth ini, karena masih kebawa perasaan menyesal telah menjual Vespa klasikku.

Booth Gila Bahagia Vespa Muntilan
Booth Gila Bahagia Vespa Muntilan

Kami sungguh bangga dan salut ada orang atau komunitas yang membuat acara seperti ini, karena dengan begitu masyarakat luas akan lebih mudah untuk mengenal kopi yang menjadikan industri kopi semakin meningkat.

Terimakasih para pelaku industri kopi Magelang dan Gila Bahagia Vespa Muntilan telah membuat acara sebagus ini, ditunggu acara megah selanjutnya. Untuk teman – teman lainnya bisa belajar dari mereka untuk membuat acara seperti itu.

Selamat natal dan tahun baru untuk semuanya. Maju terus kopi Indonesia. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Salam rahayu.

Continue Reading

Daerah-Daerah Penghasil Kopi Arabika Terbaik Di Indonesia

Kita cukup berbangga tentunya karena negara kita termasuk salah satu eksportir kopi di dunia. Menurut data di ICE (Inter Continental Exchange), kopi jenis arabika menyumbang angka sebesar 75%, dimana sebagian besarnya (40%) menjadi komoditas ekspor kopi negara Brazil. Sementara jenis robusta ada di angka 25% dimana Vietnam dan negara kita Indonesia, menjadi eksportir terbesarnya.

Meskipun sebagai salah satu eksportir terbesar untuk kopi jenis robusta. Indonesia juga memiliki jenis kopi arabika yang bisa dikatakan, salah satu dari yang terbaik di dunia. Tentu saja kopi yang ada bermacam-macam varietasnya dan dari beberapa darah.

Nah, di artikel ini kami akan coba membahas daerah-daerah penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia.

Baca juga : 4 Jenis Tanaman Kopi Di Indonesia Dan Perbedaannya

Gayo, Aceh

Kopi Gayo Sumatera jenis kopi arabika memang sudah terkenal di berbagai belahan dunia. Kopi ini memiliki cita rasa yang paling khas dan disukai dibandingkan dengan kopi arabika yang ditanam di tempat lain di Indonesia. Memiliki cupping note yang nikmat dan aroma yang khas, tingkat keasaman yang lebih rendah dan rasa pahit yang solid menjadi ciri khas kopi Gayo.

Perkebunan di Gayo, Aceh Tengah rata-rata berada pada ketinggian antara 1.200 hingga 1.600 mdpl. Dimana lokasi tepatnya berada di sekitar kota Takengon dan berdekatan dengan Danau Tawar. Mayoritas suku yang tinggal di kawasan ini adalah suku Gayo dan perkebunan di daerah ini dikelola oleh perorangan.

Baca juga : Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

Q grader yang pernah mencicipinya rata-rata menilai rasa kopi Gayo Aceh cenderung nutty dan buttery. Aromanya sangat kuat dengan aksen kacang dan rempah-rempah. Tingkat keasamannya sangat rendah, rasa manisnya cenderung tinggi, dan menghasilkan body medium.

Lintong, Sumatra Utara

Kopi Lintong adalah Kopi Arabika Lintong Sumatera yang tumbuh di dataran tinggi Danau Toba tepatnya di Lintongnihuta (1.400 mdpl), Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Kopi Lintong telah lama menjadi salah satu kopi terbaik dan terkenal di dunia kopi internasional. Karena  sangat terkenal sehingga sebagian orang menggeneralisasikan kopi Lintong dengan kopi Lintong Brastagi, kopi Mandheling Sumatra, kopi Sipirok, Dolok Sanggul dan kopi Sidikalang.

Kopi Lintong memiliki aroma khas kopi Sumatera yaitu aroma alami dari kesegaran tanah yang disiram air hujan (earthy). Juga beberapa aroma lainnya seperti coklat, buah-buahan tropis, dan rempah-rempah. Keasaman kopi yang kuat membuat kesegaran kopi ini bertahan cukup lama di mulut setelah diminum.

Baca juga : Inilah Beberapa Tradisi Ngopi Yang Unik Di Indonesia

Rasa dark chocolate dan tembakau semakin memperkuat ciri khas kopi dari Sumatera ini. Kopi Lintong juga memiliki body yang kuat, tetapi tidak menghilangkan notes rasa lainnya. Kopi Lintong dikenal memiliki rasa yang kental namun tetap lembut. Selain itu juga dilengkapi dengan aroma yang harum. Kopi ini juga dikenal memiliki rasa asam yang unik.

Mandailing, Sumatra Utara

Kopi Mandailing merupakan jenis kopi yang dibawa Belanda ke Indonesia pada tahun 1699 yang kemudian ditanam di Sumatera, lebih tepatnya Mandailing Natal, Kabupaten Pakantan, Sumatera Utara. Kopi ini sudah sangat terkenal di dunia sejak tahun 1878 dengan rasa dan aroma yang sangat kuat dan hanya ditanam di dataran Mandailing sehingga membuat kopi ini menjadi sangat spesial.

Baca juga : Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer Di Dunia

Kopi Mandailing dikenal dengan rasa yang kuat dengan tingkat keasaman yang rendah, dengan aroma bunga dan aftertaste yang manis adalah karakter dari kopi mandailing. Bodynya full sehingga teksturnya cenderung kental. Perpaduan rasa manis dan asam yang tidak terlalu tinggi menjadi favorit orang-orang yang menyukai kopi namun memiliki lambung yang sensitif. Aroma yang khas dengan sensasi buah dan aftertaste yang sangat enak dan tahan lebih lama, yang sangat jarang ditemui pada jenis kopi Indonesia lainnya.

Malabar, Jawa Barat

Kopi arabika ini ditanam di dataran tinggi yang tidak terlalu tinggi, namun proses pasca panen yang rapi dan terstruktur membuat hasilnya menjadi salah satu yang terbaik. Jika melihat petani di kebun mereka setelah panen, prosesnya sangat rapi sehingga rasanya lebih enak dan lebih beragam. Ada proses natural, proses semi wash sampai full wash.

Baca juga : Mengenal Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi

Kopi Arabika Malabar memiliki rasa asam sedang. Namun ada juga yang memiliki rasa asam yang cukup tinggi. Karakter kopi java preanger terletak pada aroma dan rasa yang sangat kuat. Aroma yang membuatnya unik adalah wangi bunga. Hal ini membuat peminum merasakan relaksasi tubuh saat menghirup aromanya. Rasa manis juga ditemukan saat menyeruput kopinya. Jika ingin lebih spesifik dalam merasakan rasa aslinya, disarankan untuk tidak menambahkan gula saat menikmatinya.

Gunung Puntang, Jawa Barat

Aroma fruity menyebar saat kopi baru diseduh, karakter asam tidak terlalu keras dan manis natural seperti dibalut dengan aroma buah yang keluar pada seduhan kopi ini. Cita rasa kelas dunia dengan skor 83,42 berdasarkan tes cupping yang mengantarkan kopi Java Preanger Gunung Puntang menjadi juara kedua dalam Specialty Coffee Association of America Expo 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.

Kopi ini berasal dari Gunung Puntang, Jawa Barat dan bisa dibilang paling banyak dicari oleh masyarakat. Pasalnya meski aroma kopi masih melekat kuat, rasa pisang kering saat diseduh sangat dominan. Uniknya, ada sedikit cita rasa belimbing dan blackcurrant yang menjadi ciri khas kopi dari Gunung Halu yang satu ini.

Baca juga : Mengenal Asosiasi Specialty Coffee Di Dalam Dan Luar Negeri

Honey proses meningkatkan rasa manis yang menyerupai gula dari kopi ini. Saat masih panas, aroma yang kita ditemukan sangat kompleks; belimbing dan peach cukup dominan, disertai dengan sedikit aroma blackberry. Selain itu juga ada rasa coklat yang dominan dengan sentuhan blackcurrant dan raisin, tentunya rasa belimbing yang sesuai dengan aromanya tetap ada.

Ijen, Jawa Timur

Kabupaten Bondowoso memiliki suhu yang cukup sejuk berkisar antara 15,40 hingga 25,10 derajat Celcius. Kabupaten Bondowoso juga dikelilingi pegunungan, ada pegunungan Kendeng Utara dengan puncak Gunung Raung juga Gunung Ijen di sebelah timur. Selain itu, kaki Gunung Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap berada di sebelah barat. Sedangkan Gunung Alas Sereh, Gunung Biser, dan Gunung Bendusa di sisi utara.

Jenis kopi yang sudah ternama sejak abad ke-17 ini selalu menjadi pilihan terbaik pejabat Belanda dengan aroma rempah-rempahnya. Proses penggilingan basah ini juga yang membuat kopi jawa sangat nikmat dan menjadi salah satu kopi dengan kualitas terbaik di dunia.

Baca juga : Sejarah Masuknya Kopi Di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

Kopi Ijen memiliki cita rasa yang khas dengan rasa nutty, coklat, dan rempah-rempah dengan tingkat keasaman yang rendah, dan sedikit rasa manis. Dibandingkan dengan kopi yang diproduksi di daerah lain di Indonesia, kopi Arabika Jawa Ijen-Raung memiliki cita rasa yang khas, yaitu perpaduan antara sensasi spicy dengan sedikit rasa jahe dan sedikit asam.

Tumbuh di ketinggian 900-1500 meter, kopi Arabika Ijen-Raung Jawa berbau harum, dan rasanya manis. Dipadu dengan rasa pedasnya, perpaduan aroma coklat dan karamel menjadi ciri khas kopi yang ditanam petani di Ijen dan Raung.

Kintamani, Bali

Selain pesona wisata yang sangat terkenal di dunia. Bali juga memiliki hidden gems, yaitu salah satu penghasil kopi terbaik di dunia. Di daerah Kintamani, kopi Bali memiliki kualitas yang tidak sama dengan kopi Indonesia lainnya. Rasa asam bercampur dengan rasa buah jeruk. Hal ini disebabkan oleh sistem penanaman biji kopi yang dicampur dengan aneka sayuran atau biasa disebut dengan sistem tumpangsari. Hasil panen juga berbeda karena menghasilkan green bean lebih besar dari arabika yang ditanam di daerah lain.

Baca juga : Sedikit Mengenal Tentang Apa Itu Specialty Coffee

Karakter rasa kopi Bali Kintamani yang unik adalah rasa segar dan asam seperti buah jeruk tanpa meninggalkan aftertaste di mulut. Body-nya sedang dan aroma yang dihasilkan sangat kuat dan manis. Tidak ada rasa rempah seperti kebanyakan kopi di Indonesia. Kopi ini sangat cocok bagi kalian yang tidak menyukai rasa pahit.

Bajawa, Flores

Bajawa adalah ibu kota kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kawasan Bajawa terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 1.700 mdpl. Pesona keindahan alam Flores di kaki Gunung Inerie inilah yang dijadikan tempat menanam kopi Bajawa. Kopi di Flores tumbuh subur karena abu vulkanik dari gunung berapi. Daerah ini terkenal dengan perkebunan kopinya yang mendunia.

Dari segi rasa, kopi Bajawa memiliki karakter rasa nutty, orange dan caramel. Apalagi jika diseduh dengan air panas dalam keadaan segar, aromanya akan terasa sangat kuat menggoda indera penciuman. Keunikan dari jenis kopi Flores ini karena rasa yang bisa dihasilkan sangat beragam mulai dari coklat, pedas, tembakau, jeruk, bunga, hingga kayu. Dengan body medium, kopi ini juga cenderung memiliki tingkat keasaman sedang.

Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Single Origin Dan House Blend

Semua kopi Flores Bajawa melewati proses organik, tanpa bahan kimia. Inilah salah satu alasan mengapa kopi Flores memiliki cita rasa yang kuat dan harum. Debu vulkanik Gunung Inerie membuat aromanya semakin harum dan menyengat. Cita rasa kopi yang kuat juga banyak digandrungi oleh masyarakat dunia. Beberapa penikmat kopi mengatakan bahwa kopi ini rasanya seperti mangga dicampur dengan apel dan melon, dan setelahnya rasanya seperti tembakau.

Toraja, Sulawesi Selatan

Kopi dari Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan ini juga sangat terkenal kenikmatannya. Rasa yang identik dari kopi ini adalah cokelat, tembakau, atau karamel. Tingkat keasaman dan body yang sedang, cocok untuk semua orang yang tidak suka terlalu asam atau terlalu pahit. 

Kopi Toraja memiliki bentuk dan ukuran yang tidak beraturan dengan warna coklat tua. Bentuk ini membuat kopi toraja cukup mudah dikenali. Memiliki aroma yang sangat harum dan khas, bahkan saat pertama kali membuka kemasannya. Kopi ini memiliki aroma buah dengan rasa yang tidak terlalu pahit saat dikonsumsi.

Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Kopi Tubruk, Sajian Kopi Khas Indonesia

Tingkat keasamannya juga cukup rendah menjadi idola bagi mereka yang memiliki masalah asam lambung. Salah satu alasannya karena ditanam di daerah pegunungan dengan ketinggian mencapai 1.400-2.100 mdpl, yaitu di Pegunungan Sasean. Ditanam di tanah vulkanik, pohon kopi di kawasan ini ditanam berdampingan dengan aneka rempah, sehingga tak heran jika kopi Toraja memiliki aroma yang khas.

Wamena, Papua

Jenis kopi ini tumbuh subur di Pegunungan Wamena, Tanaman Kopi di Lembah Baliem ditanam pada ketinggian 1.400-2.000 mdpl. Perkebunan kopi Papua di Wamena terletak di sepanjang lembah yang berada di sekitar Kota Wamena yaitu Lembah Baliem. Lembah ini terletak di sisi timur Gunung Jayawijaya dengan panjang kurang lebih 80 km.

Lahan perkebunan bersifat vulkanik dan suhu mencapai 15°C pada malam hari. Kondisi ini sangat baik untuk bercocok tanam. Sebagian besar kegiatan pengolahan kopi dilakukan hanya dengan proses tangan. Pupuk kimia, pestisida dan herbisida tidak digunakan untuk tanaman kopi ini, dan menjadikan kopi Papua Wamena sebagai kopi yang langka dan bernilai tinggi.

Baca juga : Roasting Kopi: Proses Penting Dalam Menentukan Cita Rasa

Kopi Papua wamena terkenal memiliki rasa yang balance dan smooth. Aroma yang dihasilkan cukup harum beraroma coklat dan floral, body medium, sweetness medium, dan low acidity. Selain itu, jenis ini juga menghasilkan flavor notes yang cenderung earthy dengan sensasi herba dan aftertaste yang terasa smokey.

Cita rasa kopi wamena Papua terbilang cukup unik karena jarang kopi Indonesia yang memiliki sensasi floral. Banyak Q grader berpendapat bahwa munculnya aroma dipengaruhi oleh kondisi tanam yang tidak menggunakan pestisida dan senyawa kimia apapun.

Apakah sudah pernah mencicipi kopi dari daerah-daerah yang disebutkan di atas? Jika belum tidak ada salahnya untuk mencoba dan membandingkan rasa yang didapatkan. Sebagai tambahan perlu diperhatikan, meski berasal dari kebun dan proses pasca panen yang sama. Jika berbeda roastery, bisa jadi cita rasa yang dihasilkan juga berbeda.

Silahkan berbagi pengalamannya menikmati kopi dari daerah-daerah tersebut di kolom komentar. 

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Mengunjungi Tempat Sangrai: Kota Kopi Roastery Magelang

Kali ini saya berkesempatan mengunjungi kota kopi roastery di Muntilan yang memiliki pergerakan sangat aktif di industri kopi Indonesia. Beberapa waktu yang lalu mereka Ikut berpartisipasi langsung di acara Jakarta coffee week 2022, kemudian juga mensuport Inggrit Candra di kompetisi Indonesia Barista Championship di jogja coffee event.

Baca Juga : Mengenal Profesi Barista Bersama Inggrit Candra

Berhubung saya tidak paham daerah Muntilan, maka saya menggunakan aplikasi google map dengan memasukan keyword kota kopi roastery. Sempat bingung ketika sampai di titik lokasi, karena titik tersebut mengarah ke sebuah bangunan yang mirip gudang besar dengan tembok dan pagar yang tinggi.

Kemudian saya ketok pagar besar tersebut dan tanya ke penjaga mengenai lokasi kota kopi roastery dan beliau menjawab “benar disini mas, masuk saja, tak bukain pintu”. Setelah dibuka saya dipersilahkan masuk dan diarahkan oleh sang penjaga untuk maju terus sampai mentok.

Dengan berkendara perlahan saya masuk dengan bingung dan bergumam “Hla kok kayak pabrik ? kayak gudang ? bener ndak ya ?”. Setelah memarkirkan kendaraan di ujung, kemudian saya melihat di salah satu sudut ada sebuah ruangan kaca dengan tulisan kota kopi roastery. “Ternyata benar”, ucapku dalam hati.

Tanpa belama-lama saya langsung masuk ke ruangan kaca tersebut dan disambut ramah oleh seseorang yang ternyata pemilik dari kota kopi roastery yang bernama mas Dio. Sungguh kesempatan istimewa bisa bertemu dengan pemilik roastery yang sedang naik daun ini.

“Tidak kesasar to mas ?”, tanya mas Dio. “Aman mas”, jawab saya. Mas Dio mulai bercerita, kota kopi belum membuka store offline, jadi disini merupakan tempat mini lab serta office untuk kota kopi roastery. Didalam ruangan ini terdapat meja bar dengan beberapa jenis grinder, mesin espresso, beberapa alat seduh, dan mesin roasting ada di sisi belakang.

Suasana di kota kopi roastery
Suasana lab di Kota Kopi roastery

“Ngrokok ndak mas?”, tanya mas Dio, “Ngrokok mas”, saut saya. “Ok kita ngobrol di depan aja sambil ngrokok biar lebih santai”, ajak mas Dio“. “Siap mas”, jawab saya dan kami berdua duduk di depan ruangan kaca tersebut.

“Mas, gimana ceritanya bisa terjun ke industri roastery kopi ?”, tanya saya. Sambil membakar rokok, mas Dio mulai bercerita. Awalnya saya berkecimpung di bidang tembakau dan beberapa pemasok tembakau membawakan sample kopi, karena memang di kebun tembakau biasanya terdapat tanaman kopi.

Kemudian saya iseng untuk mengolah kopi tersebut menggunakan microwave dan hasilnya tidak karuan, cerita beliau sambil tertawa. Sampai pada suatu saat beliau kenal dengan seseorang di daerah Dampit dan berkunjung kesana untuk melihat dan belajar proses menggoreng kopi menggunakan mesin. Selanjutnya terjun langsung di kopi keliling menggunakan kopi dari Dampit tersebut, disitulah waktu dimana beliau mulai belajar tentang kopi.

Tidak berhenti disitu, kemudian kopi dari Dampit juga dijual ke beberapa tempat oleh mas Dio, salah satunya kopi klotok yang menjadi pelanggan pertamanya. Selanjutnya kopi dari Dampit juga dimasukan di beberapa hotel dan responnya bagus. Disitulah mas Dio merasa cocok untuk terjun ke lini supply dalam industri kopi.

Baca Juga : Berawal dari Angkringan Menjadi Roastingan : Penceng Kopie Ambarawa

Seiring berjalannya waktu mas Dio sadar untuk memasok kebutuhan pasar tidak bisa mengandalkan kopi dari Dampit saja, maka beliau memutuskan untuk membeli mesin roasting sendiri serta mengambil bean dari beberapa daerah.

Waktu itu mendapat informasi dari beberapa teman untuk mengambil mesin roasting di mas Supri dari Ngadirejo dengan merk Super Roasting, dimana proses pemesanan sampai tujuh bulan. Setelah mesin datang, maka mas Dio belajar dari kenalannya yang dari Dampit, serta dibantu dengan beberapa temannya dan akhirnya di awal pandemi bertemu dan belajar dengan almarhum mas Antok.

Mas Dio menyadari untuk membuat sebuah bisnis dibutuhkan tim dan tidak bisa dijalankan sendiri. Kemudian almarhum mas Antok bergabung dan menjadi roaster di kota kopi roastery, karena beliau memiliki ilmu yang lebih mumpuni di bidang menyangrai kopi.

Berkat tim yang solid, maka hasil produksi dari kota kopi roastery juga meningkat yang menjadikan mesin roasting rusak dan sudah beberapa kali diganti part nya. Dari situ mas Dio mulai berpikir untuk membeli mesin roasting baru.

Waktu itu mas Dio dihadapkan pada dua pilihan mesin roasting, yaitu probat dan giesen. Setelah mempertimbangkan dengan matang dan mendapat saran dari beberapa teman-temanya, akhirnya mas Dio menjatuhkan pilihannya pada mesing roasting giesen dengan kapasitas 15 kg.

Mesin roasting Giesen 15 kg kota kopi
Mesin roasting Giesen 15 kg Kota Kopi Roastery

Bermitra dengan petani merupakan salah satu strategi yg dilakukan mas Dio untuk kota kopi roastery, menurut saya itu tepat sekali karena petani merupakan lini awal yang ada di industri kopi.

Dalam bermitra dengan petani juga perlu perjuangan, ungkap mas Dio. Waktu itu dia harus meyakinkan ke petani dengan cara membeli semua hasil kopi yang tidak maksimal dari petani supaya mereka sadar bahwa kopi itu ada harganya, apalagi jika digarap lebih akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Kemudian mas Dio juga melakukan program penanaman kopi bersama dengan beberapa mitra petani dengan target 50 puluh ribu tanaman di tahun kelima dan di tahun kedua ini sudah menyentuh 12 ribu tanaman. Untuk penanaman nya sendiri berada di daerah Merapi, karena mas Dio sudah memiliki beberapa petani disana.

Kemudian saya bertanya mengenai persaingan roastery yang semakin banyak bermunculan ke mas Dio. Beliau mulai bercerita. Menurutku itu masalah sudut pandang saja, maksudnya jika kita melihat sudut pandang mikro memang persaingannya banyak, tetapi jika dilihat dari sudut pandang makro sebenarnya potensi pasar belum seratus persen terbuka, mungkin saat ini masih 30 persen saja, sehingga peluang masih sangat besar.

Dengan semakin banyaknya roastery bermunculan, tentu saja mereka semua ingin laku. Akhirnya mereka akan menawarkan ke orang-orang yang belum minum kopi untuk menikmati kopi. Hal tersebut justru membantu mempercepat terbukanya potensi pasar yang lebih luas. Wow, aku dibuat kagum oleh statement mas Dio.

Di akhir obrolan kami, mas Dio memberikan masukan untuk kita-kita yang baru ingin terjun ke industri kopi. Menurutnya harus dicoba, karena yang susah hanya di langkah awal saja, setelah itu kita harus bisa adaptasi dan kreatif di bidang yang digeluti. Semua lini di industri kopi memiliki peluang yang besar, selama bisa melihat dan sadar akan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Baca juga : Beberapa Peluang Bisnis di Lini Industri Kopi

Terima kasih mas Dio untuk kesempatan dan ilmu yang diberikan. Sukses selalu untuk mas Dio dan kota kopi roastery. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Salam rahayu.

Peta Jalan Kota Kopi Roastery Magelang
Peta Jalan Kota Kopi Roastery Magelang

Kota Kopi Roastery Magelang

Jl. M. Yusuf, Keniten, Keji, Kec. Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56415

Hari Buka: Senin – Jumat
Jam Buka: 09.00 WIB – 17.00 WIB
Sabtu: 09.00 WIB – 12.00 WIB

Kontak: 0877-7333-3761
Instagram: @kopikotakopi

Continue Reading

Mengenal Beberapa Budaya Ngopi Negara-Negara di Dunia

Setiap orang tentu punya cara tersendiri ketika menikmati kopi. Ada yang harus mendapatkan asupan caffeine ketika mulai aktivitas. Ada juga yang menikmatinya di kala senggang, bahkan ada yang harus ngopi sampai beberapa gelas dalam sehari.

Selain itu ada yang menikmatinya untuk sambil bersosialisasi. Atau juga diskusi soal pekerjaan dan lain sebagainya. Tetapi ada juga yang memilih untuk menikmatinya seorang diri. Hal tersebut seperti menjadi kebiasaan dan lambat laun menjadi budaya, ya budaya menikmati si hitam.

Di artikel ini kami akan membahas secara singkat beberapa budaya ngopi negara-negara di dunia.

Baca juga : Inilah Beberapa Tradisi Ngopi Yang Unik Di Indonesia

Italia

Espresso tentu saja menjadi cara terbaik untuk menikmati kopi. Selain karena memang berasal dari Italia, menikmatinya sambil berdiri di bar menambah kepuasan tersendiri. Ditambah tentu saja tendangan kafein ketika menyeruput espresso di cangkir keramik kecil.

Baca juga : Jenis Bahan Cangkir Kopi Dan Pengaruhnya Ke Rasa Kopi

Selain itu hal yang sebaiknya tidak dilakukan jika sudah di atas jam 11 siang, adalah memesan cappuccino di Italia. Karena waktu yang tepat untuk menikmatinya adalah di pagi hari.

Yunani

Frappé adalah minuman kopi yang sangat digemari di Yunani. Terbuat dari kopi instan Nescafé, air dingin, gula, dan susu evaporasi yang di-blender. Tentu saja paling nikmat dinikmati ketika siang hari di musim panas. Minuman ini menjadi semakin populer ketika diperkenalkan oleh Starbucks.

Perancis

Café au lait, atau kopi dengan susu panas, berasal dari Perancis. Orang Prancis sering memulai hari mereka dengan mengkonsumsi minuman ini, disajikan dalam mug lebar. Biasa dikonsumsi hanya di pagi hari. Juga hal yang umum untuk mencelupkan croissant polos ke dalam kopi untuk sarapan.

Baca juga : 5 Perbedaan Utama Antara Kopi Instan Dan Kopi Bubuk

Café au lait berbeda dengan latte, meski sama-sama menggunakan kopi dan susu. Kopi yang digunakan untuk Café au lait dari hasil seduhan french press, dan tanpa ada buih susu.

Denmark

Mungkin karena musim dingin di Skandinavia yang lumayan panjang, konsumsi kopi di Denmark menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Kopi adalah bagian penting dari budaya Denmark sehingga banyak kedai kopi yang dapat ditemukan di hampir setiap sudut, terutama di kota-kota besar seperti Kopenhagen.

Turki

Pepatah Turki yang terkenal mengatakan coffee should as black as hell, as strong as death and as sweet as love. Yang diartikan secara harfiah kopi itu seharusnya hitam seperti neraka, sekuat kematian dan semanis cinta.

Baca juga : Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

Minuman kental ini biasanya disajikan setelah makan, diseduh menggunakan panci tembaga bergagang panjang yang disebut cezve dan ditemani permen Turki yang kenyal.

Austria

Minuman kopi tradisional Austria, mélange, sangat mirip dengan cappuccino. Minuman ini terbuat dari espresso dan susu kukus dan atasnya dengan buih atau, kadang-kadang krim kocok (hal inilah yang membuatnya berbeda dari cappuccino tradisional).

Meksiko

Jika suka mencampur kayu manis dalam kopi, minuman dari Meksiko bisa menjadi pilihan. Café de olla, merupakan minuman kopi yang diseduh dengan batang kayu manis dalam pot tembikar, yang oleh orang Meksiko dipercaya akan menghadirkan cita rasa kopi yang sebenarnya.

Baca juga : Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

Belanda

Kaffe atau kopi adalah bagian budaya Belanda yang terkenal. Juga dikenal sebagai bakkie troost, kaffe Belanda dinikmati kapan saja, biasanya berwarna hitam, dan disajikan bersama cookies.

Arab Saudi

Di Arab Saudi dan budaya Arab lainnya, upacara minum kopi mengikuti banyak aturan etiket, termasuk selalu melayani yang lebih tua terlebih dahulu. Merupakan kebiasaan umum juga untuk menyajikan minuman ini ditambah kapulaga dan kurma kering untuk melawan rasa pahit dari kopi.

Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

Kuba

Orang Kuba menyukai kopi mereka yang kental, entah itu di pagi hari, setelah makan, atau setiap kesempatan yang mereka dapatkan sepanjang hari. Menikamti kopi menjadi bagian penting dari tatanan sosial, minuman kopi kental Kuba berupa espresso dan biasa dinikmati saat bersosialisasi.

Irlandia

Kopi bertemu koktail, biasanya diminum setelah makan malam. Irish coffee merupakan perpaduan kopi panas, whisky Irlandia, gula, dan topping krim kocok. Minuman ini sangat disukai banyak orang.

Baca juga : Sedikit Mengenal Tentang Apa Itu Specialty Coffee

Pada awalnya Irish coffee sebenarnya dibuat di Irlandia pada tahun 1940-an untuk menghangatkan turis Amerika di malam musim dingin, tetapi kemudian menjadi terkenal sampai saat ini.

Etiopia

Di Etiopia, tempat kelahiran kopi, upacara minum kopi tradisional menjadi bagian budaya yang istimewa, dengan proses pembuatan dan penyajian yang berlangsung hingga dua jam. Menurut sejarahnya, buna, sebutan kopi di sini, disajikan dengan garam atau mentega sebagai pengganti gula.

Australia dan Selandia Baru

Flat white merupakan minuman favorit di sini, mirip dengan latte, tetapi konsistensinya jauh lebih lembut. Untuk membuatnya, tuangkan microfoam (buih susu) di atas single shot espresso. Proporsi kopinya lebih tinggi dari susu sangat berbeda dengan latte atau cappucino.

Jepang

Kopi dalam kemasan kaleng, Kan Kohi (bahasa Jepang), pertama kali diperkenalkan pada 1960-an, orang Jepang berduyun-duyun membelinya. Mudah ditemukan di supermarket, toko pinggir jalan, atau bahkan di dalam mesin penjual otomatis. Yang menarik, bisa memilih panas atau dingin.

Baca juga : Roasting Kopi: Proses Penting Dalam Menentukan Cita Rasa

Vietnam

Kopi telur sangat populer di Vietnam, minuman ini layaknya makanan penutup. Cara membuatnya memadukan kopi panas dengan susu kental manis, gula, dan kuning telur.

Maroko

Maroko memiliki kopi berbumbu khusus yang disebut café des épices. Untuk membuatnya, campurkan biji kopi dan campuran rempah-rempah menjadi satu. Campuran bumbunya antara lain biji wijen, lada hitam, pala, kulit kayu cassia (kayu manis) dan biji jintan. Kemudian digiling semuanya, menciptakan minuman yang harum dan pedas.

Baca juga : 4 Jenis Tanaman Kopi Di Indonesia Dan Perbedaannya

Menarik bukan cara menikmati si hitam dari beberapa negara di dunia ? Meskipun sama-sama menggunakan biji kopi sebagai bahan utamanya. Cara mengkonsumsinya sangat beragam, ada yang murni hitam atau ditambah susu bahkan rempah-rempah.

Selain itu cara menyeduh dan penyajiannya juga sangat berbeda, ada yang masih tradisional dan mengikuti budayanya, atau sudah modern. Jadi tidak salahnya jika kalian berkunjung ke salah satu negara di atas untuk mencobanya. Atau mau mencoba membuat sendiri di rumah ? Bisa berbagi di kolom komentar.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Membahas Profesi Barista Bersama Inggrit Candra

Kali ini saya akan bertemu dengan salah satu barista yang sedang naik daun dan patut diperhitungkan, karena dia merupakan salah satu orang yang mahir dalam meracik kopi dan sangat berkontribusi dalam perkembangan industri kopi di Magelang dan sekitarnya. Inggrit Candra namanya, kami berdua sudah janjian untuk bertemu di Cupfine Coffee Magelang.

Jam sebelas siang saya tiba di cupfine coffee, dimana kedai kopi ini pernah saya kunjungi dan merupakan coffee shop dengan kualitas produk terbaik di kota Magelang. Tanpa berlama – lama saya langsung naik ke atas menuju meja bar untuk memesan secangkir kopi.

Baca Juga: Review Cupfine Coffee Magelang

Sesampainya di meja bar saya langsung disambut ramah oleh barista disini, dimana hal tersebut  tidak bisa saya dapatkan di beberapa coffee shop lainnya. Langsung saja saya memesan secangkir hot latte dan menanyakan ke sang barista, “Apakah mas Inggrit Candra sudah disini ?” dan kemudian langsung dijawab “sudah mas, orangnya lagi di kamar kecil”.

Tidak berselang lama kemudian seseorang dengan penampilan rapi masuk ke ruangan bar. “Hla ini mas Candra,” ucap sang barista. Mas – mas berpenampilan rapi tersebut langsung menjabat tanganku dan dengan sangat ramah memperkenalkan diri ke saya.

Kita ngobrol disana aja yuk mas, sambil ngrokok santai, ajak mas candra. OK siap mas, saut saya.

Inggrit Candra (barista)
Inggrit Candra (barista)

“Mas ceritain dong perjalanan karir mu sampai bisa menjadi barista profesional seperti sekarang”, tanya saya. Sambil membakar sebatang rokok, beliau mulai bercerita. Saya itu asli Tenggarong, Kalimantan Timur. Kemudian SD sampai SMA di Magelang.

Lulus SMA saya langsung merantau di Jakarta dan terjun ke industri film. Waktu itu saya bergabung dengan saudara saya yang bernama Iqbal Rais dan sayangnya beliau meninggalkan kita lebih dulu, sehingga kita tidak bisa melihat lagi karya – karya besarnya. Iqbal Rais merupakan sutradara muda dengan karya – karya yang sangat memukau, seperti The Tarik Jabrix, Si Jago Merah, dan saya ikut langsung di salah satu projeknya dengan karya Ku Pinang Kau Dengan Bismilah.

Setelah itu lanjut merantau lagi ke beberapa kota besar, seperti Surabaya, Gresik, sempat balik lagi ke Kalimantan, dan akhirnya balik lagi ke kota Magelang. Banyak sekali pengalaman ketika merantau, seperti menjadi fotografer dan videografer, terjun di bidang properti, kemudian menjadi mitra kerja dari BPN (Badan Pertanahan Nasional) dengan kesibukan blusukan ke daerah – daerah terpencil untuk melakukan pengukuran tanah.

Tiba – tiba sang barista dari cupfine coffee datang sambil membawakan pesanan saya, “silahkan mas, ini hot lattenya, selamat menikmati”, ucap sang barista. Ok makasi mas, saut saya. Kemudian saya bertanya ke mas Candra, “Kalau mengenal dunia kopi sendiri sejak kapan mas?”, tanya ku.

Kemudian beliau lanjut bercerita. Dari SMA saya sudah mengenal kopi dan puncaknya ketika saya bekerja, dimana kopi menjadi minuman favorit untuk menunjang pekerjaan. Pada suatu hari saya mendapat telepon dari teman di Yogyakarta untuk membantu mengelola coffee shop nya. Saat itu saya belum jadi barista, sehingga membantu mengelola SDM serta sistem operasionalnya supaya bisnis berjalan dengan lancar.

Dari situlah saya mulai lebih dalam mengenal kopi, karena untuk menjalankan sebuah bisnis harus mengetahui semua informasi mengenai bisnis tersebut. Kendala di Yogyakarta saat itu adalah profesi barista kurang dihargai dan baristanya sendiri pun tidak tahu apa yang dia kerjakan. Jadi salah satu alasan saya menjadi barista adalah ingin mengangkat derajat profesi barista.

Setelah saya rasa coffee shop milik teman sudah berjalan dengan lancar, maka saya putuskan untuk berhenti. Tidak berselang lama setelah berhenti, kemudian saya mendapat telepon dari temannya saudara untuk membuatkan sebuah coffee shop di Ungaran dan masih buka sampai sekarang dengan nama “he’e kopi”.

Di Ungaran saya hanya membantu untuk develop awal saja, seperti model bangunan, konsep bar, workflow, dan untuk menu membeli dari orang lain, karena waktu itu masih dalam proses belajar.

Seketika mas Candra menyeletuk, “omong – omong kopimu sudah habis hlo mas, gimana rasanya?” Enak banget mas, ngopi enak sambil mendapat cerita inspirasi itu sesuatu banget mas, saut saya. Hahaha,, balas mas Candra. “Siang – siang gini tak buatin mocktail mau ya mas?”, tanya mas Candra. Ok to ya mas, balas saya mantap tanpa ragu sedikitpun.

Inggrit Candra membuat mocktail
Inggrit Candra membuat mocktail

“Ini mas diminum”, ucap mas Candra sambil menyodorkan secangkir minuman mocktail. “Makasi mas”, ucap ku dan langsung aku minum. “Waaahh, hla kok enak mas?” Teriak saya. “Hehehe, makasi mas, yok lanjut ngobrol”, saut mas Candra.

Kemudian kami berdua mulai membakar batang rokok yang kesekian kalinya, sungguh ngobrol dengan beliau sangat asyik dan tidak pelit ilmu. “Oh iya mas, kalau untuk jadi head bar di cupfine coffee sendiri gimana ceritanya?”.

Mas candra mulai bercerita, jadi pada suatu hari saya berkomunikasi dengan salah satu sahabat terbaikku ketika SMP yang bernama William Pramomo untuk nongkrong, karena sudah lama sekali kami tidak bertemu. Kami berdua memutuskan untuk bertemu di kedai Coffeetography, tetapi baru saja duduk dan belum ada sepuluh menit, temanku mendapat telepon dan langsung berpamitan pulang.

Besoknya lagi william menelpon ku untuk bertemu. Akhirnya kita bisa bertemu dan saling bertukar cerita, memang kami berdua sudah sibuk dengan bisnis nya masing – masing. “Kemarin aku ditelpon orang tuaku untuk ngurusin ruko yang akan dibuat coffee shop”, ungkap William ke mas Candra.

Beberapa menit kemudian William mulai teringat jika mas Candra memiliki pengalaman di dunia perkopian, terutama coffee shop dan langsung ngomong ke mas Candra “Bantuin yuk”.

Kemudian mas Candra mengiyakan tawaran sahabat lamanya tersebut, tetapi dengan satu syarat yaitu tidak usah dibayar, karena belajar dari pengalaman mas Candra tidak ingin kehilangan teman lagi karena uang. “Berapapun uang yang kamu kasih bakal tak tolak, tetapi bakal tak bantu seratus persen membangunkan coffee shop mu sampai selesai”, ucap mas Candra ke mas William. Seketika William marah sejadi – jadinya ke aku, kata mas Candra sambil ketawa kecil.

Akhirnya orang tua mas William turun tangan langsung dan bilang ke mas Candra “tolong dibantu ya”. Oke bakal aku bantu, tetapi jika ada uangnya, maka jadikan aku pegawaimu, jadikan aku barista, jangan manajer, atau yang lain – lainnya, ungkap mas Candra. William masih saja ngotot, ilmu kamu itu banyak, kamu gak usah nge bar lagi, kamu cukup dibalik layar saja, “Nggak, aku ingin nge bar”, ungkap mas Candra.

Setelah setuju, akhirnya mas candra dan mas william mulai mempersiapkan konsep yang matang untuk coffee shop ini. Mulai dari model bangunan, interior, menu, dan tim yang tepat. Maka lahirlah cupfine coffee, sebuah coffee shop dengan konsep industrial pertama di Magelang dan masih terus berkembang sampai sekarang.

Baca juga: Ruwat Coffee, Coffee Shop Industrial di Boyolali

Konsep yang sangat terasa adalah meja bar yang sangat friendly, maksudnya kita mengetahui apa yang dipesan konsumen dan konsumen tahu apa yang kita buat. Suatu konsep yang baru di suatu daerah pastinya mendapatkan pro dan kontra, begitu pula dengan konsep yang mas Candra tawarkan. Ada beberapa konsumen yang berkomentar kopi kok mahal? kopi kok detail banget?

Sebenarnya mas Candra ingin mengenalkan budaya baru bahwa kopi itu tidak melulu pahit dan manis, tetapi setiap kopi memiliki rasa masing – masing. Mas Candra memberikan contoh meskipun memiliki perbedaan yang nyata, tetapi kopi manual brew dan espresso based bisa dideskripsikan dan dirasakan.

Baca juga: Perbedaan Manual Brew dengan Espresso Based

“Mas yang tadi tentang keinginan mengangkat derajat profesi barista itu gimana ?”, tanya saya. Sambil menyeruput mocktail, mas Candra mulai bercerita. Sebenarnya profesi barista itu layak disandingkan dengan profesi karyawan formal lainnya. Tidak bisa dipungkiri profesi barista memang masih awam untuk masyarakat kita, tetapi mirisnya adalah para pelaku bisnis di industri kopi sendiri yang melabeli profesi barista itu tidak berharga.

Sebagai contoh nih, kita tau bukan jika karyawan bank, BPR, dan koperasi itu sama ? yang membedakan hanya jangkauan pasar, strata, grade, resiko, tetapi secara sistem, SOP dan workflow nya sama. Harusnya warung kopi juga begitu, entah itu mulai dari kedai rumahan sampai coffee shop yang proper itu sama, tetapi kenyataannya banyak sekali para pemilik bisnis kedai kopi dengan mudahnya melabeli “barista” tanpa mengetahui apa itu barista.

Terutama untuk pemilik kedai kopi yang cuman mengikuti tren dan fokus mencari untung, terkadang mereka mencari orang yang penting bisa bikin kopi kemudian dengan gampangnya mereka sebut itu barista, bukannya itu membunuh industri kopi itu sendiri ? Saya setuju banget dengan argumen mas Inggrit Candra yang satu ini.

Selanjutnya untuk para barista itu tersendiri masih banyak yang kurang percaya diri dengan profesi barista, ungkap mas Candra. Sebagai contoh mas Candra sering menjumpai barista di tempat yang proper dengan konsultan yang mahir, tetapi jika ditanya selalu jawabnya “cuman nggawe wedhang, cuman asah – asah”. Jika barista sendiri tidak berani mengangkat profesi barista, terus mau sampai kapan profesi barista bisa dihargai?

Kemudian masih banyak kita jumpai barista yang memiliki sedikit wawasan mengenai profesi barista itu sendiri, seperti pengetahuan tentang bahan baku, kualitas, higinis, dan hospitality. Mas Candra lanjut bercerita, saya sampai detik ini bukanlah hal yang instan, semua butuh proses. Saya dulu juga ambil kelas kopi dari intermediate sampai manajemen coffee shop untuk menambah ilmu serta wawasan yang lebih luas mengenai barista.

Baca juga: Profesi Barista Menghidupi Kah? Bersama Andre Rivaldo

Barista itu adalah profesi yang layak, bukan profesi yang rendahan. Menjadi barista itu komplek. Barista dituntut tampil maksimal, karena melayani tamu dan bertemu banyak orang. Saat ini banyak owner coffee shop membayar murah gaji barista, bahkan dibawah UMR, tetapi menuntut barista selalu berpakaian yang bagus, sepatu yang bagus, mood yang bagus, bau badan yang wangi, rambut yang rapi dan pakai pomade. Situ sehat ? Saya tertawa lepas mendengar itu dan sangat setuju sekali dengan ini.

Ngobrol bareng Inggrit Candra merupakan salah satu pengalaman yang seru, karena banyak sekali yang yang bisa aku pelajari. Terima kasih mas Inggrit Candra, sukses selalu. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Salam rahayu.

Continue Reading