Mengenal Sejarah dan Cara Kerja Alat Seduh Syphon Coffee

Bagi orang awam yang mengunjungi coffee shop dan melihat ada alat yang dengan bentuk cukup unik. Pasti bertanya-tanya alat apa lagi ini, apalagi melihat ada dua tabung kaca. Bayangan kalian mungkin kembali ke masa praktek pelajaran kimia.

Para pecinta kopi tentu sudah paham alat tersebut tentu, tidak asing bagi mereka. Ya alat seduh manual satu ini memang cukup unik. Mereka yang terbiasa berbagi status di WA atau Instastory, akan sangat aesthetic membagikan proses menyeduh kopi dengan alat ini.

Alat ini memiliki banyak sebutan seperti vac pot, vacuum coffee maker, tapi lebih dikenal dengan nama Syphon Coffee. Nah di artikel ini kami akan mengulas alat seduh ini.

Baca juga : 5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Sejarah Syphon Coffee

Menurut catatan sejarah, Syphon pertama kali ditemukan oleh seorang penemu asal Jerman bernama S. Loeff. Penemuan tersebut kemudian dipatenkan atas namanya sendiri pada tahun 1830. Karena desainnya yang kurang menarik, alat seduh ini kemudian dengan cepat dilupakan. Meskipun demikian, alat seduh ini sudah menggunakan vacuum dalam proses penyeduhannya.

Kemudian pada tahun 1840, seorang wanita dari Lyon, Prancis bernama Marie Fanny Amelne Massot. Mendesain dan mematenkan vacuum coffee maker buatannya, atas nama Mme. Vassieux dan memasarkannya secara komersial.

Alat seduh buatannya memperkenalkan dua buah balon kaca sebagai penampungnya dan menggunakan rangka kuningan. Ditambah ornamen-ornamen, tentu saja membuat alat seduh ini untuk sedap dipandang. Tidak mengherankan karena wanita ini bisa dibilang seorang sosialita pada waktu itu. Dan jelas alat seduh ini memang untuk dipajang di ruang makan/lemari.

Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

Pada saat yang bersamaan (tahun 1840), seorang penemu dari Skotlandia bernama Napier juga membuat vacuum coffee maker. Meski tidak dipatenkan, alat seduh buatannya ini cukup dikenal selama beberapa tahun. Bahkan mendapat penghargaan pada tahun 1856. Meski memiliki bentuk yang berbeda dari Mme. Vassieux, prinsip kerjanya sama.

Vacuum coffee maker buatan Mme. Vassieux juga di import ke Amerika. Baru pada tahun 1910 ada yang memproduksi sendiri alat seduh ini. Ann Bridges dan Sutton, dua saudara perempuan dari Salem, Massachusetts. Mematenkan alat seduh buatan mereka yang disebut Silex.

Silex merupakan vacuum coffee maker yang terbuat dari kaca Pyrex, diproduksi oleh perusahaan Corning Glass Works, New York. Desain syphon buatan Silex ini, lebih sederhana daripada pendahulunya. Jika dilihat syphon coffee maker yang banyak beredar di pasaran saat ini, bentuknya mirip dengan buatan Silex.

Baca juga : Mengenal Asosiasi Specialty Coffee Di Dalam Dan Luar Negeri

Cara Kerja Syphon Coffee Maker

Cara kerja syphon tidak sulit untuk dijelaskan karena didasarkan pada ilmu fisika dasar, dimana cairan akan bereaksi terhadap ekspansi dan kontraksi. Air dan panas merupakan komponen yang membuat syphon bekerja, termasuk dua bejana yang memindahkan air pada waktu yang berbeda. Bejana bagian bawah menampung air yang dipaksa masuk ke bejana atas ketika air dipanaskan.

Kedua bejana ini dihubungkan oleh sebuah tabung kecil yang memungkinkan air masuk ke bejana atas. Sumber panas di bawah bejana bawah menyebabkan air memanas hingga titik didih. Ekspansi inilah yang memaksa air masuk ke bagian atas.

Di bejana bagian atas kopi yang sudah digiling disiapkan yang kemudian proses ekstraksi terjadi ketika air panas membasahi bubuk kopi. Setelah beberapa saat sumber panas kemudian dimatikan, pada waktu ini pula suhu di bejana bawah mulai mendingin.

Saat mendingin, bejana bagian bawah berubah menjadi ruang hampa yang menarik kopi ke bawah melalui aksi kapiler. Kemudian serahkan sisanya pada gravitasi dan vakum yang memungkinkan hasil ekstraksi tersedot melalui filter yang menutupi bagian atas. Setelah itu, kopi siap dinikmati.

Baca juga : Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air & Kopi Saat Menyeduh

Hasil Seduhan Syphon Coffee Maker

Jika diperhatikan syphon menggunakan dua metode dalam proses ekstraksinya. Yang pertama adalah immersion brew, terjadi ketika air mendidih kemudian naik dan membasahi bubuk kopi. Kemudian yang kedua adalah metode drip/filter, terjadi ketika bejana bagian bawah dingin. Hal ini menyebabkan hasil ekstraksi akan turun (drip) melewati filter yang ditempatkan di bejana atas.

Lalu bagaimana hasil ekstraksinya ? apakah mouthfull seperti seduhan french press. Atau malah clean layaknya hasil seduhan pour over filter ?Nah ini yang menarik, hasil seduhan syphon bisa dikatakan perpaduan antara kedua metode di atas.

Seperti kita ketahui, menyeduh dengan french press kadang masih ada partikel kecil kopi yang tidak tersaring. Dan jika menyeduh dengan filter ada saat dimana air tidak optimal saat menyeduh karena turunnya suhu air.

Kedua hal di atas bisa dikatakan diminimalisir saat penyeduhan dengan syphon. Kita mendapatkan hasil ekstraksi yang sempurna, karena titik didih air yang membasahi bubuk kopi. Kemudian kita juga mendapatkan secangkir kopi yang clean, karena adanya filter.

Baca juga : Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

Bagi kalian yang ketika berkunjung ke coffee shop melihat alat seduh ini, mungkin bisa dicoba bagaimana cita rasa seduhannya. Karena memang tidak banyak kedai kopi di Indonesia yang menggunakan metode seduh menggunakan syphon.

Untuk tips dan trik dalam menyeduh menggunakan syphon, kami akan bahas di artikel lain. Silahkan berbagi pengalamannya di kolom komentar, mungkin menyeduh sendiri atau menikmati hasil seduhan alat seduh ini.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Dari Angkringan Menjadi Roastingan: Penceng Kopie Ambarawa

Beberapa tahun terakhir ini industri kopi meningkat drastis pada setiap lininya, dimana salah satunya adalah sektor coffee roastery. Mengingat peluang yang menjanjikan menjadikan banyak sekali pemain yang terjun di dunia coffee roastery dengan berbagai jenis, mulai dari skala industri sampai rumahan sudah tidak terhitung jumlahnya.

Baca Juga : Peluang Bisnis di Beberapa Lini Industri Kopi

Kali ini saya berkesempatan menemui salah satu home roastery yang bernama Penceng Kopie Roasting untuk mendapatkan sedikit wawasan seputar industri coffee roastery. Berlokasi di jalan pinggir jalan utama, yaitu di Jl. Dr. Cipto No.98 Ambarawa menjadikan tempat ini mudah ditemui.

Saya disambut dengan aroma kopi yang sedap ketika pertama kali sampai di lokasi, ternyata sang pemilik sedang menyangrai kopi di teras. Tanpa pikir panjang saya langsung menemuinya dan beliau berkata “Nggak kesasar kan? Sini masuk, habis ini tak bikinke kopi, tapi tak nyelesain gorenganku sebentar ya, nanggung kurang sedikit”. Oke mas, sahut saya. Kemudian saya duduk di seberang posisi dia menggoreng kopi.

Mas Andriyanto namanya, beliau merupakan pemilik dan roaster dari Penceng Kopie Roasting. Setelah selesai urusan menyangrai kopi, kemudian beliau masuk kedalam untuk membuatkan secangkir kopi untuk teman mengobrol kami kali ini.

Sambil menyeruput kopi seduhannya, beliau mulai bercerita mengenai perjalanannya. Tahun 2005 beliau memiliki warung angkringan yang menjual kopi sachet seperti pada umumnya. Sekitar tahun 2013 ia mulai suka dengan kopi asli berkat diperkenalkan oleh beberapa kawannya dan ternyata cocok yang kemudian dia jual juga di angkringannya.

Ketertarikannya mengenai kopi menjadikan mas Andriyanto berinovasi dengan menambahkan alat seduh manual di angkringannya, mungkin sekitar tahun 2015 ungkap beliau. Berkat inovasi yang bagus menjadikan angkringan beliau semakin ramai pengunjung.

Seiring berjalannya waktu membuat dia semakin jatuh cinta dengan dunia kopi. Pada tahun 2016 ia mulai fokus untuk menguliknya. Langkah pertama yang beliau lakukan adalah cara belajar menyeduh kopi yang benar. Saat itu dia hanya memiliki hand grinder, vietnam drip, dan moka pot yang merupakan seperangkat perang metode seduh manual.

Alat Seduh Manual
Alat Seduh Manual  yang Menjadi Saksi Bisu Berdirinya Penceng Kopie Roasting

Tidak hanya berhenti belajar menyeduh kopi yang benar, tetapi dia juga mengunjungi beberapa petani kopi untuk mengetahui lebih dalam proses tanam kopi sampai pengolahan pasca panen kopi. Selain belajar langsung dari lapangan, beliau juga rajin berselancar di internet untuk mendapatkan informasi yang lebih luas.

Rasa penasarannya yang besar mengenai kopi membawa mas Andriyanto mengulik lebih dalam sampai ke proses roasting kopi. Setelah banyak belajar kopi dari hulu sampai hilir, maka dia memutuskan fokus di roasting kopi karena disitu ia menemukan passion nya.

Terjun ke dunia coffee roastery membutuhkan biaya yang tidak murah, hal tersebut menjadikan beliau harus menabung dulu untuk mewujudkan mimpinya memiliki mesin roasting kopi sendiri. Akhirnya pada tahun 2019 ia mampu membeli sebuah mesin roasting kopi pertamanya dengan merek SR – Super Roasting buatan pak Supripto dari Mbejen, Temanggung.

SR - Super Roasting buatan Pak Supripto Temanggung
SR – Super Roasting buatan Pak Supripto Temanggung

Perjalanan mas Andriyanto belum berhenti, karena ia butuh waktu sampai 3 bulan untuk beradaptasi dengan mesin tersebut. Saya sungguh salut dengan perjuangan beliau dalam berposes. Kemudian saya bertanya, “Mas kenapa namanya Penceng Kopie Roasting?”. Sambil tersenyum ia menjawab, “Penceng merupakan panggilan akrab saya sejak remaja, memang sengaja memakai nama itu supaya orang dekat tau, menurutku memperkenalkan ke lingkungan terdekat itu perlu, sebelum ke masyarakat yang luas”.

Penceng Kopie Roasting memasok roast bean ke beberapa coffee shop di sekitaran Ambarawa hingga luar kota. Arabika lereng gunung Ungaran dan Robusta lereng gunung kelir merupakan andalan nya, karena dia sudah bekerjasama dengan para petani disana. Menurutnya coffee roaster harus lebih dekat dengan petani kopi supaya tercipta kemajuan bersama.

Baca juga : Perkebunan Kopi Lereng Kelir

Banyaknya roaster kopi baru bermunculan bukan masalah untuk mas Penceng, karena setiap roaster memiliki karakternya masing – masing. Sebenarnya yang diharapkan beliau adalah coffee shop dan peminum kopi harus lebih bangga dengan hasil kopi lokalnya. Ya, saya setuju mengenai itu, memang terkadang kita terlalu mendewa – dewakan kopi luar negri sampai lupa potensi akan kopi sendiri.  
Kopi sudah habis dan kemudian saya berpamitan pulang. Sukses selalu Penceng Kopie Roasting. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Salam Rahayu.

Peta Jalan Penceng Kopie Ambarawa
Peta Jalan Penceng Kopie Ambarawa

Penceng Kopie Ambarawa

Jl. Dr. Cipto No.98, Bodean, Baran, Kec. Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50613

Kontak: 0898-4052-943
Website: Penceng Kopie
Instagram: @penceng_kopie

Continue Reading

Mengenal Sejarah, Tradisi, dan Budaya Turkish Coffee

Turki merupakan negara dengan sejarah dan budaya yang panjang. Negara yang terletak di perbatasan Asia dan Eropa ini pernah besar pada jaman kekaisaran Ottoman. Tidak main-main, daerah kekuasaannya terbentang dari Afrika bagian Utara sampai Eropa bagian Timur, termasuk Yunani dan Hungaria.

Kekaisaran ini mencapai era kejayaanya saat dipimpin oleh Sulaiman Agung (Suleiman the Magnificent) yaitu pada tahun 1520-1566. Di era ini pula kopi mulai diperkenalkan lewat jalur perdagangan mereka. Sejalan dengan hal tersebut, kemudian terciptalah Turkish coffee.

Nah pada artikel ini, kami akan membahas metode dan alat seduh manual tersebut.

Baca juga : Sejarah Masuknya Kopi Di Indonesia Yang Kamu Wajib Tahu

Sejarah Turkish Coffee

Menurut sejarah sekitar tahun 1540, Ozdemir Pasha seorang gubernur Turki yang ditempatkan di Yaman. Dia menemukan jenis bahan makanan baru di daerah tersebut, yang kemudian kita kenal sekarang sebagai kopi. Kemudian dia memperkenalkan kopi tersebut ke Sultan Sulaiman.

Di daerah asalnya (Yaman) kopi diolah menjadi semacam cemilan. Oleh para juru masak kekaisaran, kopi kemudian diolah dengan cara yang berbeda, dijadikan minuman. Biji kopi yang sudah disangrai ditumbuk hingga halus. Setelah itu bubuk kopi ditempatkan di wadah, yang disebut ibrik/cezve.

Kemudian ditambah air dan gula, lalu direbus sampai mendidih dan berbuih. Setelah itu bisa dituang di cangkir kecil, dan bisa dinikmati. Minuman ini pun menjadi bagian tak terpisahkan oleh para keluarga kesultanan, juga para keluarga kaya waktu itu.

Pada era ini pula diperkenalkan juru masak yang secara khusus menyiapkan Turkish Coffee. Mereka disebut Kahveci Usta, semacam sebutan barista saat ini. Dan hanya keluarga kesultanan atau orang-orang kaya yang mampu menggunakan jasa mereka.

Baca juga : Mengenal Sejarah Singkat Metode Seduh Manual Brewing

Seiring berjalannya waktu Turkish Coffee bisa dinikmati oleh banyak orang, bahkan seluruh lapisan masyarakat kekaisaran Ottoman. Sejarah juga mencatat kedai kopi pertama ada di Tahtakale, Istanbul. Kedai tersebut bernama Kiva Han, dan beroperasi dari tahun 1554.

Beberapa negara bagian Eropa, daerah Balkan dan Mediterania, dimana saat itu merupakan bagian kekaisaran Ottoman. Secara tidak langsung membuat Turkish Coffee dikenal, yang menarik penyebutannya berbeda-beda.

Orang-orang dari Hungaria, Bulgaria, Slovenia, Iran dan Israel menyebut Turkish Coffee, “beautiful coffee’. Orang Siprus menyebutnya Cypriot, dan orang Yunani mengenalnya dengan sebutan Elliniko.

Tradisi Dan Budaya Turkish Coffee

Dalam tradisi pernikahan Turki, Turkish Coffee juga dipakai sebagai sarana penunjang. Calon pengantin wanita akan membuatkan kopi untuk calon ibu mertuanya sebagai ujian kelayakannya.

Calon pengantin wanita juga akan menambahkan garam ke minuman yang biasanya manis. Hal ini sebagai ukuran seberapa tertariknya dia pada calon pria. Banyak garam berarti peluang untuk menikahi calon bisa dikatakan tipis, sedangkan sedikit garam berarti sebaliknya.

Di lain pihak jika calon pengantin pria bisa menghabiskan kopi yang terasa asin tersebut. Dia membuktikan kejantanannya dan juga pernyataan sikap bahwa dia siap menikahinya.

Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Kopi Tubruk, Sajian Kopi Khas Indonesia

Selain digunakan dalam tradisi pernikahan Turki, Turkish Coffee juga digunakan untuk membaca keberuntungan. Jadi ketika kopi yang diminum sudah habis, pasti ada ampas kopi yang tertinggal di cangkir.

Ampas kopi itu lalu dituang di alas cangkir, ditunggu sejenak sampai dingin. Kemudian pola yang terbentuk dari ampas kopi tersebut akan dibaca/diartikan. Cara membaca ini dikenal dengan sebutan tasseography. Tidak hanya kopi, sisa seduhan teh dan sedimen wine juga bisa dibaca.

Cita Rasa Turkish Coffee

Turkish Coffee merupakan cara menyeduh kopi tertua di dunia, bahkan bisa dikatakan cikal bakal manual brew. Metode seduh yang digunakan dalam membuat Turkish Coffee adalah immersion (rendam). Dan juga langsung didihkan di atas pemanas.

Untuk ukuran gilingan biji kopi, yang digunakan adalah super fine. Jika digambarkan, hampir sehalus seperti tepung terigu. Dengan cara menyeduh dan ukuran gilingan seperti di atas. Cita rasa kopi yang dihasilkan terasa pekat, smoky dan juga foamy (berbuih). Jangan bayangkan buih ini seperti crema di atas seduhan espresso, sangat berbeda.

Baca juga : Sedikit Mengenal Tentang Apa Itu Specialty Coffee

Tidak banyak coffee shop konvensional di Indonesia yang menyediakan pilihan menu Turkish Coffee. Yang menarik cara menyeduh Turkish Coffee ini sama dengan tradisi ngopi kothok yang cukup dikenal di Jawa.

Jadi sudah pernah mencicipi seduhan Turkish Coffee? Atau malah langsung menikmatinya di Turki? Bisa dibagikan pengalamannya di kolom komentar.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Antep Rosit (Kopi Simon Gayeng) Petani Kopi Genting Jambu Kab. Semarang

Kecamatan Jambu di Kabupaten Semarang merupakan salah satu saksi bisu sejarah masuknya kopi di Indonesia, dimana tanaman kopi disini sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Kali ini kami mengunjungi desa Genting yang merupakan salah satu penghasil biji kopi terbaik dari daerah Jambu, Kabupaten Semarang.

Kesempatan kali ini kami berbincang dengan salah satu petani kopi desa Genting yang bernama Antep Rosit, atau biasa dipanggil mas Simon. Beliau merupakan salah satu orang yang paling berkontribusi dalam perkembangan hasil kopi di desa ini. Meskipun berstatus pendatang dari Temanggung, tetapi kecintaannya dengan desa Genting mampu mengangkat hasil kopi disini.

Antep Rosit Petani kopi desa Genting
Antep Rosit Petani kopi desa Genting

Tahun 2007 Antep Rosit mempersunting gadis asli desa Genting dan menjalin hidup berumah tangga di desa ini. Keluarga sang istri memiliki kebun kopi yang sudah ada sejak lama, dimana kebun tersebut terdapat beberapa jenis tanaman kopi.

Lahir dan besar di Temanggung menjadikan mas Simon sedikit banyak mengetahui seluk beluk perkebunan kopi, meskipun dahulu bukan seorang petani. Sejak awal dia sudah menyadari jika tanaman kopi milik keluarga istrinya di desa Genting tidak dikelola dengan baik.

Tahun 2008 merupakan kali pertama Mas Simon memanen kopi di Desa Genting. Tanaman kopi disini sungguh tinggi dan sangat menyusahkan ketika memetik biji kopi. Beliau harus menarik ujung tanaman kopi dan mengikatkan tali yang kemudian disisi lain dari tali tersebut dikaitkan dengan pohon yang lebih rendah untuk mempermudah proses panen. Dari pagi hari sampai sore hanya mampu mengumpulkan 43 kg biji kopi.

Melihat hasil kopi yang tidak maksimal, maka mas Simon memutuskan memilih melakukan kegiatan lainnya. Pada tahun 2014 merupakan titik awal mas Simon ingin fokus mengurus tanaman kopi, karena beliau melihat tanaman kopi di desa ini memiliki potensi yang bagus. 

Menurut mas Simon jalan terbaik mengajak petani desa untuk fokus mengelola tanaman kopi adalah dengan memberi contoh, maka beliau berinisiatif untuk mulai berubah dari diri sendiri. Hal pertama yang ia lakukan adalah dengan memangkas tanaman kopi supaya tidak tinggi.

Sempat diremehkan orang sekitar ketika memangkas pohon kopi, tetapi pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2015 kebun kopi beliau mampu menghasilkan 82 kg. Kemudian pada tahun 2016 meningkat menjadi 100 kg, tahun 2017 menghasilkan 200 kg, dan tahun 2018 mampu menyentuh angka 300 kg. Dari situ para petani desa mulai tertarik fokus dengan tanaman kopi.

Pada tahun 2019 beliau mengikuti sebuah pelatihan kopi di Selo, Boyolali dengan pembicara pak Sukiman dari Petruk kopi. Karena rasa penasaran yang tinggi, maka setelah selesai acara beliau menemui pak Sukiman untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak. Pak Sukiman menyarankan mas Simon untuk fokus menekuni tanaman kopi, mulai dari perawatan yang benar, pemetikan yang benar, penjemuran yang benar, sampai pembuatan nama produk yang menarik supaya laku dijual.

Sesampainya dirumah setelah pelatihan kopi, mas Simon langsung menuju kebun kopi dan melakukan petik merah, mengingat saat itu bulan Agustus dan masih ada beberapa biji kopi yang belum dipanen. Setelah itu biji kopi tersebut ia jemur dan selanjutnya siap untuk di sangrai.

Penjemuran Biji Kopi dari Mas Simon
Penjemuran Biji Kopi dari Mas Simon

Berhubung tidak memiliki mesin roasting, maka mas Simon mengunjungi beberapa roaster kopi untuk menggorengkan biji kopinya. Waktu itu mas Simon harus berpindah dari satu roaster kopi ke roaster kopi lainnya untuk menemukan kualitas yang baik dan harga yang cocok. 

Baca Juga : Seputar Roasting Kopi

Hasil roast bean dari mas Simon tidak langsung dijual, tetapi dia bagikan kepada orang – orang terdekat dan beberapa senior kopi di lingkungan kecamatan Jambu Ambarawa serta ke perangkat desa sampai kecamatan. Kemudian pak camat yang menjabat waktu itu menemui mas Simon dan berkata “Mas kopimu enak, tolong kopinya dikasih merek supaya orang pada tahu”. Benar juga, guman mas Simon. Kopi Gayeng adalah nama yang beliau pilih setelah beberapa hari memikirkan nama yang bagus.

Beberapa hari kemudian mas Simon mendapat telepon dari mbah Hadi Pramono yang merupakan senior kopi yang disegani di daerah ini untuk bermain kerumahnya. Diruman mbah Hadi Pramono, mas Simon mendapat petuah untuk terus mengembangkan kopinya, karena memiliki potensi yang besar.

Mendapat dukungan dari beberapa teman dan para sesepuh untuk fokus mengelola kopi membuat mas Simon semakin bersemangat. Pada bulan September 2019 mas Simon mendapat undangan untuk mengikuti pameran hasil tani di Soropadan, Pringsurat. 

Ketika pertama masuk ke pameran di Soropadan mas Simon merasa minder, karena banyak sekali stan kopi dari beberapa nama besar di Jawa tengah ditata menyerupai coffee shop, sedangkan ia hanya membawa kopi saja. Kemudian beliau mengunjungi panitia untuk meminjam meja untuk display.

Siapa sangka mas Simon yang tanpa persiapan sama sekali menjadi stan kopi paling ramai di acara tersebut, bahkan para pengunjung bergerombol sampai menghalangi stan di samping kanan kirinya. Di hari kedua pameran mas Simon datang terlambat dan ternyata sudah ada beberapa orang yang menunggu di stan nya. Hanya dalam waktu dua jam saja kopi yang ia bawa habis terjual.

Karena dagangan sudah habis, maka mas Simon memutuskan untuk jalan berkeliling melihat beberapa stan yang ada. Mas Simon berhenti di depan stan kopi milik mbah Hadi Pramono dan langsung mendapat wejangan. “Benar kataku kemarin kan ? kopi mu itu memiliki potensi yang besar, mulai sekarang kamu harus fokus mengelola tanaman kopi milikmu, jika dalam proses mengelola kopi ada yang tidak tahu, bisa datang langsung ke saya, Seratus persen saya mendukungmu”. 

Perjuangan yang tidak mudah, proses belajar yang panjang, serta dukungan dari orang sekitar membuat Mas Simon sukses mengelola kopi di desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Mungkin beberapa dari kalian ada yang bertanya mengapa harga kopi sekarang mahal ? Luangkan sedikit waktu untuk mengunjungi petani kopi seperti mas Simon untuk menemukan jawabannya. 

Sekian kisah dari salah satu petani kopi, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Salam rahayu.

Baca Juga : Petani Kopi Millennial dari Dusun Gertas, Lereng Kelir

Peta Jalan Petani Kopi Simon Gayeng
Peta Jalan Petani Kopi Simon Gayeng

Kopi Simon Gayeng

Tempak, Genting, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50271

Kontak: 0812-2859-3726
Instagram: @simongayeng

Continue Reading