Inilah Beberapa Tradisi Ngopi Yang Unik Di Indonesia

Tradisi minum kopi saat ini bukan hanya disukai oleh orang tua layaknya pada zaman dahulu. Anak muda sekarang rupanya mulai memasukkan tradisi ngopi ini dalam aktivitas kesehariannya. Minuman kopi kita tahu bukan asli dari Indonesia, melainkan diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16. Waktu itu juga hanya dinikmati oleh orang-orang Belanda, dan para bangsawan Indonesia.

Baca juga: Sejarah Awal Masuknya Kopi di Indonesia yang Kalian Harus Tahu

Seiring berjalannya waktu, tanaman kopi inipun menyebar ke seluruh penjuru nusantara, dari dataran tinggi Gayo sampai di Wamena. Ditambah setelah kemerdekaan Indonesia, dimana akhirnya mulai banyak penduduk Indonesia yang bisa menikmati si hitam ini. Selain itu juga banyak penduduk Indonesia yang memiliki pengolahan kopi sendiri. Jadi mereka benar-benar mengolah dari tanaman biji kopi sampai tinggal diseduh.

Indonesia kaya akan budaya beragam dari Sabang sampai Merauke. Dengan latar belakang tersebut tentu sedikit banyak mempengaruhi cara menikmati kopi yang juga berbeda di daerah satu dengan yang lain. Selain itu tradisi minum kopi juga bisa menggambarkan karakter budaya dari suatu daerah.

Kopi Setengah Gelas

Merupakan cara memesan kopi di Aceh dengan porsi hanya setengah gelas saja. Disebut kopi pancung/pancong karena isinya tidak penuh seperti dipancung atau dipotong. Meskipun disajikan setengah, porsi bubuk kopi dan olahannya persis sama seperti membuat kopi segelas penuh. Sehingga, rasa yang dihasilkan begitu sangat kuat dan kental.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Selain disebut kopi pancong karena bermakna dipotong setengah, nama ini juga didapat dari nama kue pancung yang biasanya juga ikut disajikan di warung-warung kopi Aceh sebagai cemilan pendamping minum kopi. Meskipun juga ada cemilan lainnya seperti kue bika Aceh atau pulut panggang sebagai panganan kawan minum kopi.

Kopi Kawa Daun

Kawa adalah bahasa Minang untuk tanaman kopi, kawa daun berarti kopi daun. Merupakan minuman kopi tapi tidak menggunakan biji kopi melainkan daun kopi yang dikeringkan, seperti teh. Minuman ini banyak ditemui di daerah Sumatera Barat.

Dulu gelas kopi kawa daun identik menggunakan batok kelapa. Saat itu masyarakat tidak memiliki gelas kaca. Selagi panas, kopi dituang ke dalam batok kelapa yang di bawahnya sudah di alas tengkak, berfungsi sebagai tatakan gelas agar tidak tumpah. Tengkak tersebut dibuat dari bambu yang dipotong-potong dengan panjang tidak sampai 10 cm.

Kopi Tarik

Kopi tarik tergolong pada sajian kopi susu, dan biasanya menggunakan kopi yang memiliki karakter rasa kuat sehingga sesuai dipadukan dengan susu. Susunya pun sangat umum menggunakan susu kental manis.

Secara umum kopi tarik berasal dari Aceh, bahkan beberapa kedai kopi tradisional hanya fokus pada sajian kopi tarik. Bubuk kopi yang digunakan merupakan gilingan bubuk kopi kasar, dan diseduh dengan cara merebus bubuk kopi layaknya metode coffee cowboy. Dari sini metode penyajian dengan cara ditarik memiliki variasi, namun yang memiliki kesamaan secara umum ketika kopi dituang meninggi dan bercampur dengan susu.

Kopi Sanger

Sanger merupakan campuran kopi hitam, susu kental manis dan gula. Secara fisik, sanger memang mirip kopi susu atau coffee latte. Tak semua para pembuat minuman kopi bisa membuat sanger. Karena untuk membuat sanger takaran kopi, susu kental dan gula harus pas. Kopi Sanger banyak ditemui di Aceh.

Baca juga: Beberapa Kesalahan-kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Setelah kopi diseduh dengan saringan dari kain yang bentuknya kerucut, lalu ditambah dengan susu kental plus sedikit gula dan dikocok sampai berbuih. Meski sudah bercampur dengan susu, aroma kopi tetap mendominasi. Itulah yang menyebabkan sanger bukan kopi susu biasa. Konon untuk mendapatkan sanger yang nikmat, campuran susu dan gula hanya sedikit saja. Sanger dapat dinikmati panas maupun dingin.

Kopi Walik

Kopi walik adalah model penyajian kopi dengan membalikkan gelas dengan piring kecil digunakan sebagai alasnya. Tujuan dari membalik gelas adalah supaya panasnya tetap tahan lama. Namun bukan hanya tampilan yang beda, cara pembuatannya pun ada perlakuan khusus.

Jika biasanya kopi disajikan dengan air panas yang dituang ke dalam bubuk kopi. Cara menyeduh kopi walik cukup berbeda, kopinya dimasak langsung dengan air dan gula. Sehingga rasa yang dihasilkan lebih pekat. Cara menikmati kopi sejak zaman leluhur, banyak ditemui di daerah Jawa Tengah.

Kopi Durian

Bukanlah minuman yang asing di masyarakat Indonesia. Meski masih belum diketahui dengan pasti dari mana asal mula kopi durian, beberapa masyarakat di daerah Sumatera, seperti Bengkulu, Lampung, dan Medan, sudah lama punya kebiasaan minum secangkir kopi yang ditambah satu biji daging buah durian.

Bagi mereka yang sudah terbiasa menikmatinya, diyakini bahwa kopi dapat menetralisir aroma dari buah durian yang sangat menyengat. Kopi yang dicampur buah durian akan memberi sensasi creamy yang berpadu dengan rasa manis dan asam.

Ada beberapa kebiasaan dalam mengkonsumsi kopi durian ini. Beberapa masyarakat seperti di Bengkulu akan memasukkan satu biji buah durian ke dalam minuman kopi panas sebagai pengganti gula. Sedangkan di Lampung, masyarakat di sana punya kebiasaan mencocol daging buah ke dalam minuman kopi hitamnya

Kopi Joss

Kopi jos atau kopi joss adalah kopi khas Yogyakarta yang disajikan bersama arang panas. Arang panas dimasukkan ke dalam seduhan kopi hitam dan gula untuk kemudian dihidangkan. Kopi ini biasanya dijual di angkringan-angkringan di Yogyakarta.

Menurut sejarah kopi jos bermula di angkringan Lek Man, salah satu angkringan yang dianggap legendaris di Yogyakarta. Karena berada di dekat Stasiun Tugu, banyak dari para pelanggan Angkringan Lek Man adalah pegawai perkeretaapian. Para pelanggan ini kebanyakan berasal dari perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur (daerah Cepu) dan sering memesan kopi kothok, kopi yang yang dibuat dengan cara merebus kopi, gula dan air secara bersamaan. 

Karena kala itu Lek Man tidak bisa membuat kopi kothok, sehingga Lek Man berinisiatif untuk mencemplungkan arang menyala ke dalam minuman kopi. Dari sana, banyak pelanggan yang suka kopi arang tersebut dan menyebutnya sebagai kopi jos. Arang yang dipakai juga bukan sembarang arang, salah satunya dari kayu sambi yang dapat ditemui di kalimantan.

Kopi Lelet

Kopi lelet adalah cara penyajian kopi khas Rembang. Berbeda dari kopi pada umumnya, kopi lelet dapat dinikmati mulai dari seduhannya sampai ampasnya. Dari segi rasa, kopi ini berbeda dengan kopi lainnya. Sedangkan ampasnya, biasa digunakan untuk melapisi kulit rokok.

Susu kental putih dan tisu menjadi menu wajib pelengkap sajian kopi lelet untuk melelet rokok. Tak jarang pula rokok yang dilelet dibuat dengan motif yang unik. Kopi lelet pertama kali muncul di Kecamatan Lasem, Rembang, pada tahun 90-an. Namun, saat itu perpaduan kopi lelet masih dicampur dengan sejumlah bahan lainnya. Selanjutnya diperbarui menggunakan racikan kopi murni hingga berkembang sampai sekarang.

Kopi Kothok

Cara membuat kopi kothok bisa dibilang istimewa karena kopi kothok dibuat dan disajikan dengan cara yang tidak lazim. Cara untuk menyajikan kopi ini ialah dengan cara mencampurkan gula dan juga bubuk kopi yang kemudian direbus dengan menggunakan air panas. Kopi ini banyak ditemui di daerah Cepu, merupakan daerah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dengan direbus bersamaan, sari kopi, aroma dan juga kafein yang terkandung dalam kopi tersebut akan keluar secara lebih maksimal sehingga cita rasa yang akan ditimbulkan dari kopi tersebut akan maksimal. Biasanya kopi yang disajikan akan sangat kental dan ampas yang dihasilkan bisa mencapai 1/4 cangkir. Adapun bubuk kopi yang digunakan adalah murni tanpa campuran.

Kopi Tubruk

Kopi Tubruk adalah minuman kopi khas Indonesia dan mungkin juga cara menyeduh kopi tertua. Kopi yang dibuat dengan menuangkan air panas ke dalam gelas atau teko yang sudah diisi bubuk kopi (kopi ditubruk air). Bisa dengan ditambahkan gula, bisa juga tanpa gula.

Di Bali, Kopi Tubruk dikenal dengan nama “Kopi Selem” yang artinya kopi hitam. Hampir sebagian besar wilayah di Indonesia menyeduh kopi dengan cara seperti ini. Kopi tubruk merupakan warisan budaya Nusantara yang masih bertahan hingga saat ini. Banyak penikmat kopi yang memilih menyeduh kopi cara ini karena kopi tubruk akan menampilkan karakter kopi dan cita rasa yang sesungguhnya.

Dari beberapa tradisi ngopi di atas, apakah Anda sudah mencoba semuanya ? Atau mungkin ada juga tradisi ngopi yang berbeda di tempat Anda? Tentu Anda bisa dibagi di kolom komentar.

Baca juga: Inilah Beberapa Tahapan-Tahapan Dalam Proses Menyeduh Kopi

Jadi tidak ada salahnya mencoba jika Anda kebetulan berada di daerah tersebut. Anda mungkin bisa juga mencoba dengan menyeduh sendiri di rumah. Tetapi pengalaman yang didapatkan tentu akan berbeda ketika menikmati langsung di tempat aslinya.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Tjipto Coffee & Roastery, Produksi Kopi Sejak 1954

Kopi Eva atau sekarang yang lebih dikenal Eva Coffee House, merupakan tempat transit yang cukup melegenda di jalan raya Semarang-Yogyakarta. Juga salah satu tempat pengolahan kopi tertua yang ada di Jawa Tengah. Pemiliknya adalah seorang mantan Tentara Pelajar Brigade 17, Michael Tjipto Marjoto.

Beliau mulai menekuni kopi dan pengolahannya dari tahun 1954, seiring dengan mulai dibukanya “warung” Kopi Eva. Hal ini tidak mengherankan karena sejak jaman Belanda, Bedono merupakan salah satu pemasok kopi terbesar di Jawa Tengah. Tentu saja banyak tersebar kebun kopi di daerah ini, terutama kopi robusta.

Baca juga: Kebun Kopi Lereng Kelir, Salah Satu Penghasil Java Coffee

Cherry dan Sani (LUDEN) di Tjipto Coffee dan Roastery Kabupaten Semarang
Cherry dan Sani (LUDEN) di Tjipto Coffee dan Roastery Kabupaten Semarang

Untuk menghormati dan mengenang jasa beliau, terciptalah Tjipto Coffee & Roastery. Sebuah coffee shop modern, dimana anak muda sekarang biasa menyebutnya aesthetic. Berlokasi tepat di belakang Eva Coffee House, tepatnya di Jl. Nasional 14, Wawar Lor, Bedono, Kec. Jambu, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Kami berkunjung pagi hari pada tengah pekan, sehingga belum begitu banyak pengunjung yang datang. Dengan menempati bangunan di belakang Eva Coffee House tempat ini memiliki space yang cukup luas. Tempat parkir yang disediakan juga luas, yang utama tempat untuk para pengunjung juga tersedia banyak.

Teras Belakang Tjipto Coffee and Roastery
Teras Belakang Tjipto Coffee and Roastery

Bangunan utama coffee shop ini bertema semi industrial dan berdiri cukup tinggi di tengah-tengah komplek. Lantai atas yang merupakan bar dan juga tempat untuk tamu dengan beberapa meja kursi. Dan lantai sedikit di bawahnya, juga untuk para pengunjung. Selain itu juga tersebar beberapa spot meja kursi baik di dalam atau di luar ruangan yang bisa Anda pilih.

Kami langsung menuju bar yang kemudian disambut ramah oleh barista tempat ini. Dengan lancar barista ini menjelaskan beberapa menu dan juga menjawab pertanyaan kami. Setelah menentukan beberapa pilihan dan memesan, kami pun langsung membayar. Selain melayani dine in, coffee shop ini juga melayani take away. Untuk pembayarannya sendiri, selain tunai juga menerima pembayaran cashless.

Bar Tjipto Coffee and Roastery
Bar Tjipto Coffee and Roastery

Satu tempat di luar ruangan menjadi pilihan kami sambil menunggu pesanan datang. Kami memilih tempat di bawah pohon yang cukup besar, meskipun sudah agak siang daun-daun menjadi peneduh. Udara yang sejuk juga menemani siang ini, menambah suasana yang pas untuk menikmati secangkir kopi. Cukup menyegarkan memang, mungkin juga banyaknya tanaman yang ada di coffee shop ini.

Baca juga: Kedai Kopi Tepikota Salatiga, Perpaduan Coffee Shop dan Nursery Garden

Menu kopi yang ditawarkan cukup beragam, dari espresso based dan manual brew, serta camilan dan makanan. Bagi Anda yang tidak bisa mengkonsumsi kopi, coffee shop ini juga menyediakan minuman non kopi seperti aneka teh dan bermacam frappe. Range harga baik minuman ataupun makanan mulai dari 20-45 ribu rupiah. Yang menarik di sini juga tersedia menu dari Eva Coffee House. Jadi bagi Anda yang dulu pernah atau terbiasa berkunjung, bisa juga memesannya di Tjipto Coffee.

Teras Samping Tjipto Coffee and Roastery
Teras Samping Tjipto Coffee and Roastery

Di bagian samping bangunan utama juga terdapat roastery. Jika beruntung kita bisa mencium aroma kopi yang sedang disangrai sambil menikmati kopi. Roastery inilah yang mensuplai kebutuhan kopi Tjipto Coffee, paket lengkap memang, coffee and roastery. Bagi Anda yang menyukai single origin, ketersediaan kopi bisa langsung ditanyakan ke barista. Anda juga bisa membeli kopi dalam bentuk biji di tempat ini, untuk memenuhi kebutuhan ngopi di rumah.

Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Coffee Shop Bertema Rumah Jawa Klasik

Tjipto Coffee mulai beroperasi dari Desember 2020. Meski cukup baru, tetapi dengan latar belakang nama Tjipto, tentu sudah cukup meyakinkan bagi para penikmat kopi. Buka setiap hari dari pukul 09.00-21.00, jadi Anda bisa sewaktu-waktu berkunjung.  Anda juga bisa melakukan reservasi jika ada rencana datang dengan rombongan/keluarga besar. Selain itu tempat ini juga nyaman untuk mengajak anak-anak kecil.

Tjipto Coffee & Roastery, Produksi Kopi Sejak 1954

Jadi bagi Anda yang melewati jalan raya Semarang-Yogyakarta, tidak ada salahnya mampir di tempat ini. Atau tidak ada salahnya juga meluangkan waktu untuk berkunjung, menepi dari hiruk pikuk kota. Meskipun cukup dekat dengan jalan raya utama, suara bising kendaraan tidak begitu terdengar dari dalam komplek. Yang utama tentu saja, beragam kopi, cemilan dan makanan yang ditawarkan sesuai porsinya, enak dan pas.

Sukses selalu untuk Tjipto Coffee and Roastery, Salam Rahayu.

Peta Jalan Tjipto Coffee and Roastery Kabupaten Semarang
Peta Jalan Tjipto Coffee and Roastery Kabupaten Semarang

Tjipto Coffee & Roastery

Jl. Nasional 14, Wawar Lor, Bedono, Kec. Jambu, Kota Semarang, Jawa Tengah 50663

Hari Buka: Senin – Minggu
Jam Buka: 09.00 WIB – 21.00 WIB
Kontak: 0812-1153-1900
Instagram: @tjiptocafe

Continue Reading

Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air & Kopi Saat Menyeduh

Ada cerita cukup unik soal rasio kopi dan air, bahkan jauh sebelum ada sebutan golden ratio. Ludwig Van Beethoven, seorang komposer musik classic yang diceritakan dalam biografinya. Di mana untuk setiap cangkir kopi yang akan diseduh, dia memperkirakan perlu 60 biji kopi, bahkan dia juga menghitungnya satu demi satu. Hal yang tentu saja belum dilakukan orang saat itu, dimana mengukur jumlah kopi tentu akan lebih mempermudah dalam menghasilkan seduhan yang pas di setiap cangkirnya.

Seperti yang sudah diketahui seduhan kopi juga merupakan produk olahan makanan. Layaknya makanan, tentu dalam pembuatannya memerlukan rasio yang pas. Seperti saat memasak nasi, kekurangan atau kebanyakan air tentu akan menghasilkan rasa bahkan tekstur nasi yang kurang pas.

Baca juga: Pentingnya Memilih Kualitas Air Untuk Menyeduh Kopi

Lalu berapa perbandingan kopi dan air, agar seduhan kopi yang dihasilkan pas, enak dan balance?

‘Pertanyaan yang mungkin sering muncul ketika Anda coba menyeduh kopi sendiri di rumah. Jika mengacu pada selera, saya yakin preferensi satu dengan yang lain akan berbeda. Ada yang menyukai kopi pekat (bold), di satu sisi pasti ada juga yang menyukai kopi yang lebih ringan.

Menggunakan timbangan tentu akan lebih mempermudah dalam menentukan rasio kopi dan air dalam setiap penyeduhan. Paling tidak bisa memastikan rasa kopi yang dihasilkan, balance, enak dan konsisten.

Golden Ratio

Merupakan sebutan dari para ahli di SCAA (Specialty Coffee Association of America) untuk standardisasi perbandingan antara kopi dan air agar menghasilkan seduhan yang pas. Seduhan yang mengacu pada golden ratio ini kemudian disebut dengan istilah Golden Cup Standard. 

Menurut SCAA golden ratio terbaik adalah 1:18, yang berarti setiap 1 unit kopi diseduh dengan 18 unit air. Untuk air 1 gr sama dengan 1 ml, jadi jika menyeduh 10 gr kopi, memerlukan air sebanyak 180 gr/ml. Rasio ini berperan penting agar setiap seduhan yang dihasilkan selalu konsisten di setiap cangkirnya.

Secara objektif golden ratio dari SCAA tersebut tidak bisa disebut yang terbaik. Banyak orang menyeduh kopi tanpa menggunakan golden ratio dari SCAA ini, seperti 1:15, 1:16, dan juga 1:17. Tetapi paling tidak golden ratio ini bisa menjadi sedikit panduan ketika menyeduh kopi, semacam guideline.

Baca juga: Mengenal Asosiasi Specialty Coffee Di Dalam Dan Luar Negeri

Bayangkan jika Anda menyeduh kopi 5 gr dengan 180 ml air, tentu seduhan yang dihasilkan hambar (watery/under extracted). Begitu juga sebaliknya, Anda terlalu banyak menggunakan kopi, seduhan yang dihasilkan akan sangat kuat (over extracted), bahkan mungkin cenderung pahit. 

Penggunaan timbangan memang sangat membantu jika bicara soal rasio kopi dan air. Jika memang di rumah tidak ada, Anda bisa menggunakan sendok makan untuk takaran. Satu cangkir standar (±180 ml) bisa menggunakan takaran 2 sendok makan kopi. Dengan asumsi 1 sendok makan sekitar 4-7 gr.

Penggunaan Rasio

Mengetahui rasio yang pas bagi Anda tentu perlu melalui beberapa kali penyeduhan. Atau Anda juga bisa bereksperimen menyeduh dengan menggunakan beberapa rasio sekaligus. Setelah itu silahkan cicipi hasil seduhannya dan rasio mana yang pas bagi Anda.

Baca juga: Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Berikut kami coba bandingkan beberapa perbedaan penggunaan rasio.

Rasio 1:15

Dengan lebih sedikit air yang digunakan, kopi yang diseduh dengan rasio ini akan sedikit lebih tebal. Namun, penggunaan air yang lebih sedikit ini juga mengakibatkan rasa-rasa yang enak dari bubuk kopi menjadi tidak terekstrak secara maksimal. Volume seduhan akhir juga akan lebih sedikit daripada rasio lainnya. Rasio ini menghasilkan secangkir kopi yang kaya dan renyah dengan keasaman yang sangat terasa.

Rasio 1:16-17

Rasio ini berada di antara 1:15 dan 1:18 dalam hal ketebalan dan konsentrasi kopi, selain itu juga merupakan rasio yang paling umum digunakan. 

Rasio 1:18

Dengan lebih banyak air yang digunakan, kopi yang diseduh dengan rasio ini akan sedikit kurang kuat (soft), tetapi akan ada lebih banyak rasa yang diekstraksi dari bubuk kopi (karena lebih banyak air juga berarti lebih banyak ekstraksi). Rasio ini cenderung menghasilkan secangkir kopi yang lebih lembut dan balance dengan keasaman yang pas.

Sudah menentukan rasio yang pas bagi Anda ? Tentu penjelasan di atas hanya sebagai referensi tambahan bagi Anda untuk menyeduh kopi. Karena kami yakin setiap cangkir kopi akan menemukan penikmatnya sendiri. Entah itu rasio kopi yang tebal atau ringan, dan juga lainnya. 

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Kopi Daong Signature Ketep, Ngopi Dengan Pemandangan Gunung Merapi

Siapa yang tidak tahu gunung Merapi. Salah satu gunung berapi paling aktif yang ada di Indonesia. Statusnya saat ini pun masih SIAGA (Level 3) sejak 5 November 2020. Hal ini berarti, tidak boleh ada kegiatan (terutama wisata) di radius 5 Km dari puncak Merapi.

Meskipun aktif, pemandangan yang disuguhkan gunung ini luar biasa. Jika cuaca cerah, gunung Merapi dengan gagahnya menjulang di samping gunung Merbabu. Dan jika beruntung, pada sore-malam hari kita bisa melihat guguran lava pijar yang keluar dari puncak. Mungkin itu salah satu daya tarik coffee shop yang kami sambangi kali ini, Kopi Daong Signature Ketep.

Coffee shop ini berlokasi tidak jauh dari gardu pandang Ketep Pass, Magelang. Tepatnya di Jl. Ketep Pass, Gondangsari, Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Jika Anda dari arah Yogyakarta, lokasinya setelah Ketep Pass, di sebelah kanan jalan. Mudahnya langsung saja cari di Google Maps dengan keywords Kopi Daong Signature Ketep, titiknya pas sesuai lokasi.

Tempat parkir yang disediakan di sini juga cukup luas, bisa cukup untuk beberapa mobil, jadi tidak perlu khawatir tidak mendapat tempat. Begitu sampai di lokasi, kami disambut bangunan semacam gapura dari bambu berbentuk segitiga, cukup unik. Sementara bangunan utama coffee shop ini berbentuk semacam pendopo/joglo, khas budaya Jawa dengan tema semi industrial. Di mana ada beberapa sisi tembok yang memang sengaja seperti belum di-finishing, dan juga terlihat batu batanya.

Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Coffee Shop Bertema Joglo Lawasan

“Selamat siang kak, selamat datang di Kopi Daong Signature Ketep”, begitu sapaan lembut salah satu barista yang menyambut kami di meja bar.  First impression yang sangat hangat dari pegawainya. Meja bar coffee shop ini ada di tengah-tengah pendopo, dan dikelilingi meja dan kursi tinggi untuk para pengunjung yang menghadap keluar.

Bar Kedai Kopi Daong Signature Ketep
Bar Kedai Kopi Daong Signature Ketep

Siang itu pengunjung yang datang belum begitu banyak, hanya beberapa orang di pendopo dan tempat outdoor. Mungkin karena kami berkunjung waktu week days. Selain bangunan utama yang berbentuk pendopo, coffee shop ini juga menyediakan tempat outdoor di bagian belakang. Di spot inilah, kita bisa melihat dengan gagahnya gunung Merapi menjulang tinggi.

Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan

Kami langsung memilih beberapa menu kopi dan langsung membayarnya. Jadi bagi Anda yang berkunjung ke sini, selain melayani dine in, coffee shop ini juga melayani take away. Tetapi belum tersedia untuk aplikasi pesan makanan/minuman on line, mungkin karena daerah wisata/bukan pemukiman penduduk. Untuk pembayaran, selain tunai juga melayani pembayaran cashless, jadi aman bagi Anda yang tidak terbiasa membawa uang cash.

Spot outdoor, menjadi pilihan kami sambil menunggu pesanan datang. Selain disuguhi pemandangan gunung Merapi dan Merbabu di sebelahnya. Udara segar dan sejuk khas pegunungan tentu menjadi nilai tambah coffee shop ini. Untuk penataan meja kursi bagian outdoor, cukup nyaman untuk beberapa small groups yang Anda bisa pilih jika belum begitu ramai.

Teras Samping Kedai Kopi Daong Signature Ketep
Teras Samping Kedai Kopi Daong Signature Ketep

Menu kopi, baik itu espresso based dan manual brew, serta camilan dan makanan yang ditawarkan tempat ini juga cukup beragam. Bagi Anda yang tidak bisa mengkonsumsi kopi, coffee shop ini juga menyediakan minuman non kopi. Range harga mulai dari 20 ribu, cukup lumayan memang. Mungkin pangsa pasarnya diperuntukkan bagi para wisatawan yang berkunjung ke gardu pandang Ketep Pass. Ada 3 menu signature coffee, Es Kopi Daong, Spanish Latte dan Nutella Latte. Es Kopi Daong menjadi menu paling favorit di antara ketiga itu.

Baca juga: Tutorial Membuat Signature Coffee Mocktail Es Kopi Kayu Manis

Seduhan kopi manual brew tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para barista di sini. Bertempat di ketinggian 1.200 an mdpl, hawa dingin tentu akan lebih cepat mendinginkan kopi dan juga proses penyeduhannya. Meski demikian rasa kopi seduhan tempat ini bisa diadu dengan hasil seduhan coffee shop favorit Anda. Beans yang disediakan juga beragam, kopi lokal dan beberapa kopi impor dari luar negeri. Ketersediaan biji kopi-nya apa, bisa ditanyakan langsung ke barista yang melayani Anda.

Kopi Daong Signature Ketep, Ngopi Dengan Pemandangan Gunung Merapi

Kopi Daong Signature Ketep termasuk coffee shop baru, beroperasi mulai dari bulan Mei 2021 ini. Jam operasionalnya pada pukul 08.00-19.00 untuk hari Senin-Jum’at, khusus hari Sabtu-Minggu pukul 08.00-21.00. Pada malam hari dengan diterangi lampu-lampu, tentu menambah kesan eksotis tempat ini. Apalagi jika ada kabut, meski puncak Merapi tidak tampak kesan ngopi yang chill benar-benar terasa.

Bagi Anda yang berkunjung ke gardu pandang Ketep Pass, tidak ada salahnya mampir di tempat ini. Atau tidak ada salahnya juga meluangkan waktu untuk berkunjung, menepi dari hiruk pikuk kota. Jadi selain disuguhi kombinasi pemandangan yang luar biasa, kopi yang enak serta pelayanan yang ramah. Kopi Daong Signature Ketep tentu menyajikan pengalaman menikmati kopi yang baru bagi Anda.

Salam Rahayu.

Peta Jalan Kopi Daong Signature Ketep
Peta Jalan Kopi Daong Signature Ketep

Coffee Shop Daong Signature Ketep

Jl. Ketep Pass, Gondangsari, Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah 56481

Hari Buka: Senin – Minggu
Jam Buka: 08.00 WIB – 19.00 WIB
Kontak: 0857-7902-9174
Instagram: @daongsignature.ketep

Continue Reading

Beginilah Tahapan-Tahapan Dalam Proses Menyeduh Kopi

Seduhan kopi apa yang biasa Anda nikmati setiap harinya? Secara umum ada 3 metode seduh, yaitu pour over, espresso dan immersion. Ketiga metode seduh tersebut mempunyai fase atau tahap yang berbeda. Kenapa berbeda? Tentu agar hasil seduhan kopi yang dihasilkan maksimal. 

Pada dasarnya cara menyeduh kopi semuanya sama, “hanya” bubuk kopi ditambah air panas. Tetapi begitu banyak faktor yang berperan agar menghasilkan seduhan yang memuaskan. Yang utama adalah ukuran penggilingan (grind size), suhu air, dan rasio kopi terhadap air. Oleh karena itu tidak ada salahnya memperhatikan tahapan-tahapan tiap metode seduh. Di bawah ini kami akan coba jelaskan secara singkat.

Baca juga: Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

Pour Over

Ada tiga tahap utama dalam metode ini, blooming, ekstraksi dan seduhan akhir.

Blooming

Blooming atau pre-brew merupakan tahap pertama dalam metode pour over. Juga pertama kalinya air berinteraksi dengan bubuk kopi. Dalam tahap ini air yang dituangkan biasanya 2 atau 3 kali berat kopi yang digunakan. Setelah itu ditunggu sekitar 30-45 detik. Di selang waktu itulah ketika air mulai masuk di antara bubuk kopi, terjadi degassing. Merupakan proses pelepasan gas dari bubuk kopi, terutama gas karbon dioksida. Gas ini terbentuk ketika proses roasting kopi. Tahap blooming membantu untuk menghasilkan seduhan yang maksimal, serta membuang elemen-elemen yang tidak diperlukan ketika menyeduh (gas karbon dioksida).

Ekstraksi

Di tahap ini sebagian besar air dituangkan ke bubuk kopi. Juga merupakan proses paling penting, yaitu ekstraksi. Ekstraksi bisa dilakukan dengan langsung menuang air sekali atau juga dituang secara bertahap (pulsing), bisa disesuaikan dengan preferensi Anda. Selain suhu air, grind size dan profil kopi, perlu diperhatikan juga bahwa rasa kopi yang dihasilkan sebagian besar didapat di tahap ini, yaitu dari cara ekstraksi-nya. 

Baca juga: Pentingnya Memilih Kualitas Air Untuk Menyeduh Kopi

Seduhan Akhir

Merupakan tahap akhir dalam metode ini. Di tahap ini mungkin hanya tersisa tuangan terakhir untuk digunakan. Dan hasil ekstraksi seduhan akhir ini biasanya menghasilkan rasa pahit dan rasa tidak enak lainnya. Oleh karena itu jangan sampai over extracted pada tahap ini, supaya seduhan yang dihasilkan maksimal.

Espresso

Ketika menyeduh dengan metode ini ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan.

Persiapan Kopi di Portafilter

Bubuk kopi seduhan espresso (puck) perlu ditampung di portafilter sebelum masuk group head. Bubuk kopi harus didistribusikan secara merata, kemudian harus dipadatkan dengan rapat menggunakan tamper dan memberikan tekanan yang cukup. Pastikan bahwa bubuk kopi telah terdistribusi dan padat secara merata. Hal ini dilakukan supaya air yang mengalir melewati bubuk kopi di portafilter juga tersebar secara merata, sehingga menghasilkan seduhan yang maksimal.

Pre-Infusion

Pada tahap ini, espresso puck diisi dengan air pada tekanan rendah dan kopi dibasahi dengan air selama beberapa detik sebelum sebagian besar tekanan sesudahnya. Pre-Infusion ini mirip dengan tahap blooming dalam metode pour over. Yang membedakan espresso menggunakan bubuk kopi yang digiling begitu halus sehingga memiliki struktur yang sangat kecil. Selain itu proses degassing juga berlangsung beberapa detik saja, sangat cepat.

The Shot

Pada tahap ini, pompa di dalam mesin akan menghasilkan tekanan yang cukup untuk mendorong air melalui lapisan kopi di portafilter.  Selama fase ini, tidak banyak variabel yang dapat diubah. Hasil akhir akan bergantung pada seberapa baik dalam persiapan dan pengaturan, antara lain suhu air, tekanan saat tamper, berat kopi, dll.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Immersion Brew

Merupakan metode paling simple dalam menyeduh kopi dibanding pour over atau espresso. Tidak ada tahapan khusus, karena memang biasanya hanya sekali tuang ke bubuk kopi yang sudah disiapkan atau maksimal 2 kali. Kopi tubruk merupakan salah satu metode seduhan ini, selain itu juga bisa memakai alat French Press. Dalam metode ini kopi yang sudah dituang air panas akan diaduk. Kemudian ditunggu sekitar 5 menit supaya bubuk kopi yang mengapung turun ke dasar gelas, setelah itu seduhan bisa dinikmati.

Jadi biasa menyeduh dengan metode seperti apa Anda? Jika sedang berkunjung ke coffee shop langganan, tentu bisa minta sesuai selera. Tetapi jika biasa menyeduh di rumah, mungkin tergantung dengan Anda sendiri.

Jika sedang terburu-buru, menyeduh kopi tubruk tentu menjadi pilihan, giling kopi, tuang air panas, selesai. Tetapi jika sedang lenggang, di akhir pekan atau libur. Tidak ada salahnya untuk mengulik metode pour over ataupun espresso. Anda juga bisa berkreasi lebih dengan espresso based, mau ditambah susu, sirup, dll

Baca juga: Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading