Ngopi di Suharno Horse Stable Feat Hengki Yandrika July 3, 2021 – Posted in: Trips – Tags: Ambarawa
Trip Luden kali ini cukup menarik, kami berkunjung ke Suharno stable di daerah Jimbaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Perjalanan ke lokasi kami tempuh menggunakan kendaraan bermotor, cukup dekat sekitar 30 menit dari lokasi kami di Ambarawa. Pagi itu cuaca cukup cerah setelah semalam diguyur hujan deras, menjadikan suasana yang pas untuk riding.
Sesampainya kami di lokasi, mas Hengki selaku pengelola sudah menunggu kedatangan kami. Kebetulan kami memang sudah sesuaikan jadwal dengan beliau, untuk bertamu dan berbincang. Meski masih muda, bisa dibilang beliau sudah cukup mengecap asam manis “dunia kuda”.
Sejenak bertegur sapa beliau langsung mengenalkan koleksi kudanya paling baru, Sephia namanya. Kebetulan hari ini tapal kuda tersebut sedang diganti dengan yang baru. Juga ada Angelo, yang merupakan pejantan di stable Suharno. Kuda yang berasal dari New Zealand tersebut berusia 8 tahun.
Menurut mas Hengki usia tersebut merupakan usia pejantan yang sedang matang-matangnya. Angelo juga sudah memperanakan banyak kuda yang memenangi pacuan kuda nasional. Oh ya, Angelo ini termasuk kuda pacuan (balap kuda). “Selain jenis kuda pacuan, juga ada beberapa jenis kuda lain, salah satunya kuda tunggang (equestrian)“, begitu mas Hengki menambahkan.
Setelah melihat proses penggantian tapal kuda pada Sephia, yang berusia 10 tahun lebih, juga merupakan indukan di stable ini. Kami menuju gazebo kecil di samping lapangan tempat kuda biasa dilatih. Tempat yang pas untuk bercengkrama dan menikmati kopi tentunya. Tentu saja kami membawa peralatan seduh kami, kecuali kettle yang ternyata tertinggal.
Menyeduh kali ini kami membawa beans dari Penceng Kopie. Merupakan salah satu teman roastery kami yang ada di Ambarawa. Kami membawa single origin arabica Lereng Gunung Ungaran. Bagi mas Hengki ini pengalaman pertamanya menyeduh kopi secara langsung, dari biji yang digiling kemudian diseduh. Wangi sekali menurut beliau aromanya, kami juga memilih metode paling simple, kopi tubruk.
Baca juga: Steam & Brew Semarang, Coffee Shop dengan Konsep Minimalis dan Menu Andalan Kopi Spesialti
Sambil mencoba menggiling kopi mas Hengki bercerita, “Angelo ini peranakan kuda jawara dunia hlo mas, pernah juara di Kentucky Derby, namanya Red Giant”. Kamipun bertanya, sejak kapan beliau menyukai kuda. “Kebetulan di daerah Blater, Jimbaran ada resto, dan salah satu daya tarik wisatanya menggunakan kuda. Nah, dari situ mas, setiap hari ketika pulang sekolah saya main ke kandang kuda”, begitu jawab mas Hengki.
Kopipedia Indonesia
Bergabunglah dengan Facebook Group kami sekarang dan dapatkan informasi terbaru tentang dunia kopi!
Mas Hengki ternyata juga penasaran ketika memperhatikan kami menyeduh kopi. Beliau bertanya, “Di suhu berapa bagusnya mas untuk menyeduh kopi ?”. Kami coba jelaskan secara singkat, tergantung level roasting-nya, juga metode seduhnya. Untuk metode klasik, tubruk seperti ini, dengan level roasting medium, jika tidak ada thermometer bisa dikira-kira. Ditunggu sampai 2 menit setelah air mendidih, baru dituang ke bubuk kopi yang sudah digiling.
Berbicara soal kopi di daerah Kabupaten Semarang, mas Hengki juga ingin tahu. Salah satu daerah penghasil kopi yang sudah beliau kenal adalah Lereng Kelir. Untuk daerah Kabupaten Semarang sendiri, mayoritas jenis kopi yang dihasilkan adalah robusta. Hal ini dikarenakan ketinggian daerah ini sangat cocok untuk kopi jenis robusta.
Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan
Kami sendiri juga penasaran dengan kuda dan seluk beluknya, bahkan punya angan-angan untuk memiliki kuda. Karena menurut orang awam, kuda itu “mainannya sultan”. Tetapi pandangan tersebut dibantah oleh mas Hengki, beliau membandingkan kuda dengan sapi. Menurut beliau lebih mudah, lebih ringan untuk memelihara kuda. Tetapi hal ini berlaku jika kita hanya memelihara, lain lagi jika kuda jenis lain.
Jenis kuda yang khas dimiliki Indonesia adalah jenis kuda sandel (Sandalwood Pony). Merupakan kuda dari Sumba, meskipun kecil kuda ini cukup kuat, di sana selain digunakan untuk tunggang dan ternak juga biasa dipakai untuk seserahan perkawinan. Selain itu juga ada beberapa jenis kuda lain.
Kami juga bertanya hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memiliki kuda. Mas Hengki berujar, yang utama harus mencintai kuda, sayang kalau hanya beli saja. Kemudian kandang yang ideal berukuran sekitar 5×5 meter, beralas serbuk kayu. Serbuk kayu ini berfungsi supaya alas bersih dan mengurangi bau kotoran.
Untuk range harga, kuda sandel berkisar 15 juta, sedangkan untuk kuda pacu, cukup mahal, dimulai sekitar 40 juta. Kuda pacu ini hasil peranakan kuda sandel dan tolbert (seperti Angelo). Disarankan oleh mas Hengki, semisal memang ingin memelihara kuda, dianjurkan untuk memelihara kuda betina dan berusia 4-5 tahun. Hal ini lebih menguntungkan karena bakal memperanakan anak-anak kuda nantinya.
Perawatan kuda juga hampir sama seperti ternak-ternak berkaki 4 lainnya. Yang sangat perlu diperhatikan yaitu kebutuhan mineral dan kalsium, untuk menunjang kekuatan kaki. Karena menurut mas Hengki kaki adalah bagian tubuh paling rawan di kuda.
Kami penasaran, apakah perlu ijin khusus untuk memelihara kuda. Mas Hengki menjelaskan meski sama seperti memelihara hewan ternak lainnya, yang membedakan memelihara kuda akan mendapatkan PRK, seperti akta. Sehingga bisa tahu silsilah kuda yang kita pelihara. Apalagi di era modern sekarang, data-data tersebut tersedia di web PORDASI (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia).
Ada pertanyaan menggelitik dari mas Hengki, soal kopi luwak ataupun kopi gajah. Apakah juga bisa diberlakukan di kuda. Sejauh yang kami tahu, belum ada yang mencoba/memberi makan kopi ke kuda, hingga membantu fermentasi kopi seperti di hewan luwak atau gajah. Siapa tahu Suharno stable mau mengawali metode ini.
Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan Hario V60 (Pour Over)
Mengingat kami ada janji dengan petani kopi di lereng gunung Ungaran, kami berpamitan. Terima kasih mas Hengki dan Suharno stable, untuk waktu dan obrolannya. Sehat selalu, sukses kedepannya dan semoga kita bisa kolaborasi lagi menyeduh di pegunungan dengan naik kuda.
Salam rahayu.
Bergabung dan ikutilah perjalanan kami selanjutnya!