Membahas Profesi Barista Bersama Inggrit Candra December 3, 2022 – Posted in: Barista, Penggiat Kopi
Kali ini saya akan bertemu dengan salah satu barista yang sedang naik daun dan patut diperhitungkan, karena dia merupakan salah satu orang yang mahir dalam meracik kopi dan sangat berkontribusi dalam perkembangan industri kopi di Magelang dan sekitarnya. Inggrit Candra namanya, kami berdua sudah janjian untuk bertemu di Cupfine Coffee Magelang.
Jam sebelas siang saya tiba di cupfine coffee, dimana kedai kopi ini pernah saya kunjungi dan merupakan coffee shop dengan kualitas produk terbaik di kota Magelang. Tanpa berlama – lama saya langsung naik ke atas menuju meja bar untuk memesan secangkir kopi.
Baca Juga: Review Cupfine Coffee Magelang
Sesampainya di meja bar saya langsung disambut ramah oleh barista disini, dimana hal tersebut tidak bisa saya dapatkan di beberapa coffee shop lainnya. Langsung saja saya memesan secangkir hot latte dan menanyakan ke sang barista, “Apakah mas Inggrit Candra sudah disini ?” dan kemudian langsung dijawab “sudah mas, orangnya lagi di kamar kecil”.
Tidak berselang lama kemudian seseorang dengan penampilan rapi masuk ke ruangan bar. “Hla ini mas Candra,” ucap sang barista. Mas – mas berpenampilan rapi tersebut langsung menjabat tanganku dan dengan sangat ramah memperkenalkan diri ke saya.
Kita ngobrol disana aja yuk mas, sambil ngrokok santai, ajak mas candra. OK siap mas, saut saya.
“Mas ceritain dong perjalanan karir mu sampai bisa menjadi barista profesional seperti sekarang”, tanya saya. Sambil membakar sebatang rokok, beliau mulai bercerita. Saya itu asli Tenggarong, Kalimantan Timur. Kemudian SD sampai SMA di Magelang.
Lulus SMA saya langsung merantau di Jakarta dan terjun ke industri film. Waktu itu saya bergabung dengan saudara saya yang bernama Iqbal Rais dan sayangnya beliau meninggalkan kita lebih dulu, sehingga kita tidak bisa melihat lagi karya – karya besarnya. Iqbal Rais merupakan sutradara muda dengan karya – karya yang sangat memukau, seperti The Tarik Jabrix, Si Jago Merah, dan saya ikut langsung di salah satu projeknya dengan karya Ku Pinang Kau Dengan Bismilah.
Kopipedia Indonesia
Bergabunglah dengan Facebook Group kami sekarang dan dapatkan informasi terbaru tentang dunia kopi!
Setelah itu lanjut merantau lagi ke beberapa kota besar, seperti Surabaya, Gresik, sempat balik lagi ke Kalimantan, dan akhirnya balik lagi ke kota Magelang. Banyak sekali pengalaman ketika merantau, seperti menjadi fotografer dan videografer, terjun di bidang properti, kemudian menjadi mitra kerja dari BPN (Badan Pertanahan Nasional) dengan kesibukan blusukan ke daerah – daerah terpencil untuk melakukan pengukuran tanah.
Tiba – tiba sang barista dari cupfine coffee datang sambil membawakan pesanan saya, “silahkan mas, ini hot lattenya, selamat menikmati”, ucap sang barista. Ok makasi mas, saut saya. Kemudian saya bertanya ke mas Candra, “Kalau mengenal dunia kopi sendiri sejak kapan mas?”, tanya ku.
Kemudian beliau lanjut bercerita. Dari SMA saya sudah mengenal kopi dan puncaknya ketika saya bekerja, dimana kopi menjadi minuman favorit untuk menunjang pekerjaan. Pada suatu hari saya mendapat telepon dari teman di Yogyakarta untuk membantu mengelola coffee shop nya. Saat itu saya belum jadi barista, sehingga membantu mengelola SDM serta sistem operasionalnya supaya bisnis berjalan dengan lancar.
Dari situlah saya mulai lebih dalam mengenal kopi, karena untuk menjalankan sebuah bisnis harus mengetahui semua informasi mengenai bisnis tersebut. Kendala di Yogyakarta saat itu adalah profesi barista kurang dihargai dan baristanya sendiri pun tidak tahu apa yang dia kerjakan. Jadi salah satu alasan saya menjadi barista adalah ingin mengangkat derajat profesi barista.
Setelah saya rasa coffee shop milik teman sudah berjalan dengan lancar, maka saya putuskan untuk berhenti. Tidak berselang lama setelah berhenti, kemudian saya mendapat telepon dari temannya saudara untuk membuatkan sebuah coffee shop di Ungaran dan masih buka sampai sekarang dengan nama “he’e kopi”.
Di Ungaran saya hanya membantu untuk develop awal saja, seperti model bangunan, konsep bar, workflow, dan untuk menu membeli dari orang lain, karena waktu itu masih dalam proses belajar.
Seketika mas Candra menyeletuk, “omong – omong kopimu sudah habis hlo mas, gimana rasanya?” Enak banget mas, ngopi enak sambil mendapat cerita inspirasi itu sesuatu banget mas, saut saya. Hahaha,, balas mas Candra. “Siang – siang gini tak buatin mocktail mau ya mas?”, tanya mas Candra. Ok to ya mas, balas saya mantap tanpa ragu sedikitpun.
“Ini mas diminum”, ucap mas Candra sambil menyodorkan secangkir minuman mocktail. “Makasi mas”, ucap ku dan langsung aku minum. “Waaahh, hla kok enak mas?” Teriak saya. “Hehehe, makasi mas, yok lanjut ngobrol”, saut mas Candra.
Kemudian kami berdua mulai membakar batang rokok yang kesekian kalinya, sungguh ngobrol dengan beliau sangat asyik dan tidak pelit ilmu. “Oh iya mas, kalau untuk jadi head bar di cupfine coffee sendiri gimana ceritanya?”.
Mas candra mulai bercerita, jadi pada suatu hari saya berkomunikasi dengan salah satu sahabat terbaikku ketika SMP yang bernama William Pramomo untuk nongkrong, karena sudah lama sekali kami tidak bertemu. Kami berdua memutuskan untuk bertemu di kedai Coffeetography, tetapi baru saja duduk dan belum ada sepuluh menit, temanku mendapat telepon dan langsung berpamitan pulang.
Besoknya lagi william menelpon ku untuk bertemu. Akhirnya kita bisa bertemu dan saling bertukar cerita, memang kami berdua sudah sibuk dengan bisnis nya masing – masing. “Kemarin aku ditelpon orang tuaku untuk ngurusin ruko yang akan dibuat coffee shop”, ungkap William ke mas Candra.
Beberapa menit kemudian William mulai teringat jika mas Candra memiliki pengalaman di dunia perkopian, terutama coffee shop dan langsung ngomong ke mas Candra “Bantuin yuk”.
Kemudian mas Candra mengiyakan tawaran sahabat lamanya tersebut, tetapi dengan satu syarat yaitu tidak usah dibayar, karena belajar dari pengalaman mas Candra tidak ingin kehilangan teman lagi karena uang. “Berapapun uang yang kamu kasih bakal tak tolak, tetapi bakal tak bantu seratus persen membangunkan coffee shop mu sampai selesai”, ucap mas Candra ke mas William. Seketika William marah sejadi – jadinya ke aku, kata mas Candra sambil ketawa kecil.
Akhirnya orang tua mas William turun tangan langsung dan bilang ke mas Candra “tolong dibantu ya”. Oke bakal aku bantu, tetapi jika ada uangnya, maka jadikan aku pegawaimu, jadikan aku barista, jangan manajer, atau yang lain – lainnya, ungkap mas Candra. William masih saja ngotot, ilmu kamu itu banyak, kamu gak usah nge bar lagi, kamu cukup dibalik layar saja, “Nggak, aku ingin nge bar”, ungkap mas Candra.
Setelah setuju, akhirnya mas candra dan mas william mulai mempersiapkan konsep yang matang untuk coffee shop ini. Mulai dari model bangunan, interior, menu, dan tim yang tepat. Maka lahirlah cupfine coffee, sebuah coffee shop dengan konsep industrial pertama di Magelang dan masih terus berkembang sampai sekarang.
Baca juga: Ruwat Coffee, Coffee Shop Industrial di Boyolali
Konsep yang sangat terasa adalah meja bar yang sangat friendly, maksudnya kita mengetahui apa yang dipesan konsumen dan konsumen tahu apa yang kita buat. Suatu konsep yang baru di suatu daerah pastinya mendapatkan pro dan kontra, begitu pula dengan konsep yang mas Candra tawarkan. Ada beberapa konsumen yang berkomentar kopi kok mahal? kopi kok detail banget?
Sebenarnya mas Candra ingin mengenalkan budaya baru bahwa kopi itu tidak melulu pahit dan manis, tetapi setiap kopi memiliki rasa masing – masing. Mas Candra memberikan contoh meskipun memiliki perbedaan yang nyata, tetapi kopi manual brew dan espresso based bisa dideskripsikan dan dirasakan.
Baca juga: Perbedaan Manual Brew dengan Espresso Based
“Mas yang tadi tentang keinginan mengangkat derajat profesi barista itu gimana ?”, tanya saya. Sambil menyeruput mocktail, mas Candra mulai bercerita. Sebenarnya profesi barista itu layak disandingkan dengan profesi karyawan formal lainnya. Tidak bisa dipungkiri profesi barista memang masih awam untuk masyarakat kita, tetapi mirisnya adalah para pelaku bisnis di industri kopi sendiri yang melabeli profesi barista itu tidak berharga.
Sebagai contoh nih, kita tau bukan jika karyawan bank, BPR, dan koperasi itu sama ? yang membedakan hanya jangkauan pasar, strata, grade, resiko, tetapi secara sistem, SOP dan workflow nya sama. Harusnya warung kopi juga begitu, entah itu mulai dari kedai rumahan sampai coffee shop yang proper itu sama, tetapi kenyataannya banyak sekali para pemilik bisnis kedai kopi dengan mudahnya melabeli “barista” tanpa mengetahui apa itu barista.
Terutama untuk pemilik kedai kopi yang cuman mengikuti tren dan fokus mencari untung, terkadang mereka mencari orang yang penting bisa bikin kopi kemudian dengan gampangnya mereka sebut itu barista, bukannya itu membunuh industri kopi itu sendiri ? Saya setuju banget dengan argumen mas Inggrit Candra yang satu ini.
Selanjutnya untuk para barista itu tersendiri masih banyak yang kurang percaya diri dengan profesi barista, ungkap mas Candra. Sebagai contoh mas Candra sering menjumpai barista di tempat yang proper dengan konsultan yang mahir, tetapi jika ditanya selalu jawabnya “cuman nggawe wedhang, cuman asah – asah”. Jika barista sendiri tidak berani mengangkat profesi barista, terus mau sampai kapan profesi barista bisa dihargai?
Kemudian masih banyak kita jumpai barista yang memiliki sedikit wawasan mengenai profesi barista itu sendiri, seperti pengetahuan tentang bahan baku, kualitas, higinis, dan hospitality. Mas Candra lanjut bercerita, saya sampai detik ini bukanlah hal yang instan, semua butuh proses. Saya dulu juga ambil kelas kopi dari intermediate sampai manajemen coffee shop untuk menambah ilmu serta wawasan yang lebih luas mengenai barista.
Baca juga: Profesi Barista Menghidupi Kah? Bersama Andre Rivaldo
Barista itu adalah profesi yang layak, bukan profesi yang rendahan. Menjadi barista itu komplek. Barista dituntut tampil maksimal, karena melayani tamu dan bertemu banyak orang. Saat ini banyak owner coffee shop membayar murah gaji barista, bahkan dibawah UMR, tetapi menuntut barista selalu berpakaian yang bagus, sepatu yang bagus, mood yang bagus, bau badan yang wangi, rambut yang rapi dan pakai pomade. Situ sehat ? Saya tertawa lepas mendengar itu dan sangat setuju sekali dengan ini.
Ngobrol bareng Inggrit Candra merupakan salah satu pengalaman yang seru, karena banyak sekali yang yang bisa aku pelajari. Terima kasih mas Inggrit Candra, sukses selalu. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Salam rahayu.
Bergabung dan ikutilah perjalanan kami selanjutnya!