Profesi Barista, Menghidupi Kah? Feat Andre Rivaldo June 19, 2021 – Posted in: Barista, Penggiat Kopi
Muda, supel dan passionate, itulah yang sekilas kami lihat dari Andre Rivaldo seorang barista profesional. Pemuda kelahiran Palembang, 26 April 1999 ini sudah lebih dari 4 tahun menggeluti profesinya. Meski lahir di Palembang, pemuda ini sering bolak-balik Palembang-Ambarawa, kebetulan keluarga Ibunya asli orang Ambarawa. Hingga akhirnya mulai pertengahan kelas 3 SMP barulah sepenuhnya pindah di Ambarawa.
Ditemani kopi hasil seduhannya, kami ngobrol dan sharing banyak hal. Diceritakan awal mulanya dia bukanlah penikmat kopi, mengenal kopi ya hanya kopi sachet. Baru ketika lulus SMK dan ada kesempatan magang di hotel, kebetulan Andre ambil penjurusan Pariwisata. Barulah dia mengenal espresso based, seperti cappuccino, latte ataupun americano.
Mengenal manual brew, pemuda ini mendapatkannya dari kedai-kedai kopi di sekitar Ambarawa, seperti Ludens dan 10.5 Coffee. Dia bercerita ketika pertama icip kopi manual brew, rasa yang didapat tidak cuma pahit, ada juga rasa asam. “Kupikir cuma pahit hlo mas kopi asli itu, ternyata ada rasa asam juga. Seketika mindset saya berubah soal kopi.”
Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Dengan Teknik Pour Over Menggunakan V60 (Manual Brewing)
Kami lalu bertanya, “Pertama icip kopi single origin gimana rasanya, dibanding kopi sachet ?”. “Kaget ya mas, kopi sachet kan cenderung manis, sudah dicampur gula kan. Ketika icip manual brew, kompleks rasanya ternyata tidak cuma pahit, bisa dikatakan kaya rasa. Bahkan semakin sering nyoba, ketemu rasa-rasa yang lain entah fruity atau floral, dll”, begitu jawabnya.
Kopipedia Indonesia
Bergabunglah dengan Facebook Group kami sekarang dan dapatkan informasi terbaru tentang dunia kopi!
Awal mula menjadi barista, Andre bercerita dari ketidaksengajaan. Ada pengalaman unik ketika magang di hotel jadi waitress, bahkan trauma ketika harus pegang tray. Ketika breakfast satu tray yang berisi 30 cup teh kesenggol salah satu tamu, akhirnya jatuh dan pecah semua. Akhirnya dari situ memutuskan tidak mau lagi bekerja yang berhubungan dengan tray.
Kemudian setelah setengah bulan jobless, ditawari lah dia oleh teman untuk menjadi barista di salah satu coffee shop di Semarang. Dari penikmat akhirnya mulai memulai menjadi penyeduh. Mau tidak mau akhirnya harus sambil belajar, seperti bagaimana rasio kopi yang pas, komposisinya seperti apa ketika membuat latte atau cappuccino, dan lain sebagainya.
Diceritakannya ketika pertama kali belajar menyeduh kopi, Andre dituntut untuk bisa mengoperasikan mesin espresso. Seiring berjalannya waktu, barulah sambi mulai belajar manual brew. Menurutnya menyeduh kopi menggunakan mesin dan manual brew sama susahnya. Hanya saja aspek yang perlu diperhatikan dalam manual brew lebih kompleks daripada menggunakan mesin. Intinya mungkin seorang barista akan sangat berpengaruh dalam manual brew, begitu Andre menambahkan.
Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew
Baca juga: Mengenal Sejarah dan Komponen-komponen dari Mesin Espresso
Kami bertanya, “Enak gak sih jadi seorang barista ?”. “Enaklah mas, nyaman, saya juga betah dan bertahan sampai sekarang”. Oh ya, saat ini Andre jadi barista di Tanamera Coffee, yang berlokasi di Tentrem Mall, Semarang. Menurutnya saat ini profesi barista memang menjadi tren, terutama untuk kalangan anak millennial sekarang ini. Apalagi profesi ini tidak memerlukan ijazah yang tinggi ujarnya. Yang penting punya attitude yang baik, mau belajar soal kopi, belajar komunikasi, bisa menggeluti profesi ini.
Untuk pengalaman unik selama jadi barista, Andre berbagi cerita, hal yang paling menyenangkan baginya se-simple ketika seduhannya disukai oleh customer. Di lain waktu juga ketika customer tidak tahu apa yang mereka pesan, seperti apa sih itu espresso. Nah, di sini ilmu komunikasi sekarang barista sangat membantu, paling tidak memberi gambaran, kopi seperti apa yang mereka pesan.
Secara personal, Andre sangat menyukai latte art. Menjadi kepuasan tersendiri ujarnya ketika latte art-nya disukai oleh para customer. Apalagi ketika mereka membawa anak kecil, dan diperlihatkan, merasa sangat diapresiasi hasil latte art-nya.
Andre juga berujar, seorang barista itu bisa dikatakan ujung tombak sebuah coffee shop. Diibaratkan bar tempat mereka menyeduh adalah panggung mereka. Di situ seorang barista harus mempunyai cara komunikasi yang baik, juga menjadi marketing. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada omset penjualan coffee shop.
“Ada tips gak sih, untuk membedakan customer itu bisa diajak ngobrol atau tidak ?”. Menurutnya untuk mengetahui customer yang dihadapi seperti apa, tentu menyesuaikan, dan jam terbang dalam hal komunikasi tentunya. “Bahkan bisa dilihat seorang customer sedang bad mood, atau lain sebagainya. Yang penting istilahnya kita memberi perhatianlah pada mereka”, begitu dia menambahkan.
Menyikapi tren kopi yang selalu berganti, dari manual brew, latte art, dan sekarang yaitu kopi susu yang bisa dikatakan industrinya sangat menjamur dan tidak masuk akal. Andre berujar sekarang mulai akan ke tren coffee mocktail. Di kompetisi nasional bahkan ada cabang lombanya, selain lomba cupping, barista brewer, latte art, cabang ini disebut coffee in good spirit.
Baca juga: Membuat Signature Coffee Mocktail Es Kopi Kayu Manis
Tetapi menurutnya tren kopi susu juga tidak salah, malah seperti media komunikasi untuk memperkenalkan kopi yang sebenarnya. Ini pun juga membantu petani dalam hal ekonominya. Apalagi kita tahu tidak semua petani bisa masuk industri kopi specialty, yang tentunya punya standarisasi. Nah lewat tren kopi susu ini sangat membantu petani menjual biji kopi mereka.
Baca juga: Steam & Brew Semarang, Coffee Shop dengan Konsep Minimalis dan Menu Andalan Kopi Spesialti
Andre juga bercerita ternyata di sekitar tempat tinggal nya, perkebunan kopi dan roastery mulai marak. Seperti daerah Kelir, Gedong Songo, Telomoyo, Gunung Ungaran, dan lainnya. Bahkan dia kepikiran punya ide untuk melakukan fun cupping. Paling tidak supaya bisa saling mengenal satu sama lain yang berkecimpung di dunia kopi lokal di daerah sekitar.
Sudah menjadi barista lebih dari 4 tahun, tentu kami ingin tahu, bisa gak sih profesi barista untuk dijadikan mata pencaharian utama untuk berumah tangga. Andre berujar, di awal dia memang sempat overthinking, cuma di bar apakah bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Industri kopi luas, dari barista bisa menjadi banyak hal, seperti konsultan dan industri di belakangnya. Jadi bisa dikatakan, profesi barista sangat cukup untuk menghidupi keluarga.
Baca juga: Menyeduh Kopi Di Rumah Dikala Pandemi COVID-19
Suka duka menjadi barista sangat beragam, untuk sukanya dia berujar, seperti dapat kopi gratis, ketemu orang yang beragam. Challenging, seperti bisa menjadi marketing atau story teller, paling tidak mengetahui single origin dari mana dan bagaimana kita menyeduhnya. Untuk dukanya, masih ada segelintir orang masih meremehkan profesi barista. Padahal dari profesi ini bisa merambat ke profesi lain dalam industri kopi yang tentunya lebih menjanjikan.
Terima kasih Andre Rivaldo untuk obrolan dan sharing-nya. Sehat selalu, sukses kedepannya dan segala cita-citanya semoga kita bisa kolaborasi lagi. Salam rahayu.
Baca juga: Kisah Septian Iqbal Dari Barista Menjadi Coffee Roaster
Bergabung dan ikutilah perjalanan kami selanjutnya!