Mengenal Tentang Grinder Kopi Dan Mata Pisaunya

Di era third wave dunia kopi ketika semua hal sangat diperhatikan mulai dari single origin biji kopinya, bagaimana proses pasca panennya, begitu juga profil sangrainya. Jadi tidak hanya soal meminum kopinya saja. Dalam hal ini proses menggiling kopi pun juga sangat diperhatikan. 

Kami sudah pernah menulis ukuran gilingan dan metode seduh yang digunakan yang tentunya memerlukan grinder. Nah, dalam artikel kali ini kami akan coba membahas secara singkat dan jelas mengenai grinder kopi.

Apa Itu Grinder Kopi?

Grinder kopi merupakan suatu alat yang digunakan untuk memecah biji kopi yang utuh (whole beans) menjadi partikel yang lebih kecil. Partikel-partikel kecil inilah yang nanti akan diseduh menjadi secangkir kopi.

Menggiling kopi sebelum diseduh dilakukan agar kesegaran, aroma dan karakter kopi tetap terjaga. Oleh karena itu banyak home brewers yang berpendapat grinder kopi merupakan salah satu alat yang cukup mendasar untuk menghasilkan seduhan yang nikmat. 

Baca juga : Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

Ada bermacam jenis grinder, dari segi tenaga ada grinder manual dan otomatis. Manual di sini berarti perlu tenaga manusia untuk menghasilkan gilingan yang diinginkan. Sementara otomatis berarti tinggal pencet sampai penggilingan selesai. 

Sementara dari pisau yang digunakan dibedakan lagi, ada blade grinder dan burr grinder. Burr grinder dibedakan lagi menjadi 2 yaitu, conical burr grinder dan flat burr grinder.

Blade Grinder

Sesuai namanya grinder ini menggunakan “pisau” yang berbentuk seperti baling-baling untuk memecah biji kopi. Tingkat kehalusan kopi tergantung seberapa lama memutar grinder tersebut. Semakin lama menggiling tentu akan menghasilkan gilingan yang semakin halus.

Kekurangannya tentu saja ukuran gilingan yang tidak konsisten, ada partikel besar dan juga kecil. Pengecualian jika digiling benar-benar halus (waktu menggiling menjadi lebih lama) mungkin akan menghasilkan gilingan yang konsisten. Oleh karena itu penggunaan blade grinder sangat dihindari.

Baca juga : Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air & Kopi Saat Menyeduh

Burr Grinder

Grinder ini menggunakan lempengan (plat) untuk menghasilkan gilingan kopi. Dan tidak seperti blade grinder, dengan burr grinder kita bisa mengatur tingkat kehalusan sesuai yang kita inginkan. Ada 2 macam burr grinder jika merujuk dari burr yang digunakan, conical burr grinder dan flat burr grinder. 

Conical Burr Grinder

Bentuk burr grinder ini seperti kerucut, dimana ada 2 burr yang digunakan. Burr bagian dalam (tengah) memiliki gerigi di bagian luar sementara burr bagian luar memiliki gerigi di bagian dalam. Cara kerja grinder ini burr bagian dalam (tengah) saja yang berputar sementara burr bagian luar statis.

Jadi ujung burr bagian dalam akan menarik biji kopi ke area penggilingan, sehingga biji kopi akan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Halus kasarnya bubuk kopi yang dihasilkan didapatkan dari jarak antara burr bagian dalam dan luar.

Baca juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

Flat Burr Grinder

Flat burr grinder juga menggunakan 2 buah burr, tetapi keduanya memiliki bentuk yang sama persis, berbentuk pipih dan berlubang di tengah. Kedua burr ini memiliki gerigi dan diposisikan saling berhadapan.

Cara kerja grinder ini juga hampir sama dengan conical burr grinder. Dimana hanya 1 burr saja yang berputar sementara 1 burr lainnya statis. Halus kasarnya bubuk kopi yang dihasilkan didapatkan dari jarak antara kedua burr yang saling berhadapan tersebut.

Baca juga: Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

Kedua jenis grinder di atas banyak digunakan di skala rumahan atau cafe. Menghasilkan gilingan yang lebih konsisten, juga bisa digunakan untuk mesin espresso. Conical burr grinder biasa dipakai pada mesin berkecepatan rendah, kebanyakan manual hand grinder juga memakai burr jenis conical ini.

Sementara flat burr grinder dapat bekerja pada mesin berkecepatan tinggi, sehingga biasa digunakan pada skala yang lebih besar. Efeknya mungkin mesin cepat panas dan juga suara mesin yang cukup keras.

Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Jadi apakah kalian sudah memiliki grinder di rumah ? Manual atau mesin ? Atau malah sedang mengalokasikan untuk membeli grinder ?  Paling tidak pembahasan singkat di atas bisa menambah preferensi grinder seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan kalian.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Perbandingan Origami Dripper, Rok W1, dan Tricolate

Berkembangnya industri kopi di dunia berbanding lurus dengan semakin banyaknya alat seduh kopi ditemukan, terutama di lini manual brew. Dahulu kita mengenal metode seduh manual hanya sebatas kopi tubruk yang sangat khas di Indonesia dan V60 untuk versi yang lebih modern.

Saat ini metode seduh manual sangat banyak jumlahnya, seperti origami dripper dari Jepang, tricolate dari Australia, rok w1 produk dari rok presso, kalita coffee dripper, dan lain – lainnya. Tentu saja setiap alat seduh memiliki karakter yang berbeda, sehingga tidak ada mana yang lebih baik, karena semua kembali ke selera masing -masing.

Kali ini kita akan mencoba menyeduh menggunakan tiga alat seduh yang berbeda, yaitu origami dripper, rok w1, dan tricolate. Tujuan kami adalah membagikan pengalaman menyeduh pada setiap alatnya. Dalam kesempatan ini kami bersama dengan mas majid selaku manajer dari coffee shop lodji londo. Roast bean yang digunakan adalah hasil gorengan dari mormor roestery. Langsung saja kita eksekusi.

Drpper
Dripper

Baca Juga : Mormor Roestery, pemain baru yang patut diperhitungkan

Origami Dripper

Alat seduh dari Jepang ini seperti V60 yang berbentuk “V” yang terdapat lubang di bawahnya, tetapi memiliki perbedaan pada desain dindingnya yang memiliki lekukan tegas seperti lipatan kertas. Mungkin dengan lekukan tersebut menjadikan air yang turun akan semakin deras. 

Origami Dripper
Origami Dripper

Kami giling roast bean Flores mewangi honey dari mormor roastery sebanyak 15 gram dengan ukuran medium to coarse menggunakan hand grinder. Kali ini kita menggunakan rasio 1 : 15. Kita taruh paper filter pada dripper dan tuangkan air panas untuk membasahi serta membersihkan aroma kertas supaya tidak mengganggu hasil seduhan. Proses menyeduh origami dripper kami samakan dengan cara menyeduh V60. Tuangan pertama sebanyak 30 gram air secara memutar untuk proses preinfusion. Kemudian lanjutkan tuangan kedua dan ketiga dengan total akhir sebanyak 225 gram air.

Baja Juga : Pentingnya Rasio air dan Kopi saat menyeduh

Clean serta body yang ringan adalah hasil kopi yang diseduh menggunakan origami dripper. Menurut kami alat ini cocok untuk mereka yang menyukai kopi yang ringan. Secara umum tidak jauh berbeda dengan menyeduh menggunakan V60.

Rok W1

Alat ini memiliki bentuk yang unik dan berbeda dengan origami dripper maupun V60, karena memiliki bentuk “W”. Rok W1 ini adalah produk dari ROK presso yang sudah sangat terkenal. Rok W1 diklaim oleh sang penciptanya sebagai terobosan baru dalam dunia pour over, karena rok W1 tidak memerlukan teknik pouring yang profesional berkat desain uniknya. 

Rok W1
Rok W1

Kita masih menggunakan roast bean yang sama seperti waktu menyeduh menggunakan origami dripper. Cara meletakan paper filter sangat berbeda dengan origami dripper, karena paper filter harus kita tekuk menggunakan ring agar bisa diletakan ke dripper berbentuk “w” dari rok W1. Setelah itu kita flash paper filter tersebut, kemudian kita tuang air dengan suhu 91 derajat celcius sebesar 30 gram untuk proses pre infusing. Lalu saya tuang langsung air dengan bebas, tetapi tetap membasahi kopi dengan dua interval untuk membuktikan klaim dari rok presso tentang tidak dibutuhkan skill pouring ketika menggunakan alat ini.

Diluar dugaan, kopi yang dihasilkan cukup enak. Balance serta medium body tercipta dari menyeduh menggunakan alat ini. Menurut kami klaim dari rok mengenai tidak perlu teknik pouring cukup bisa diterima.

Baca Juga : Mengenal Lebih Dalam Pour Over Coffee

Tricolate

Alat seduh dari negeri kanguru ini cukup unik, karena seperti aeropress tetapi tanpa press serta jauh berbeda dengan origami maupun rok W1. Tricolate memiliki beberapa lubang dan menggunakan paper filter berbentuk lingkaran seperti aeropress. Tricolate mengklaim tidak memerlukan ketel leher angsa untuk menyeduhnya, karena terdapat beberapa lubang untuk menetesnya air. Secara teori itu benar, karena menggunakan ketel leher angsa maupun ketel biasa menjadikan air yang jatuh akan tetap sama. 

Tricolate
Tricolate

Langsung saja kita basahi paper filter menggunakan air panas terlebih dahulu. Setelah suhu air mencapai 91 derajat, kita tuangkan ke dalam roast bean Flores mewangi honey untuk proses pre infusion dan dilanjutkan dengan menuang air sampai penuh. Khusus menyeduh menggunakan tricolate menggunakan ketel biasa untuk membuktikan klaim dari sang pencipta. 

Body yang tebal dan bulat dan rasa yang intense adalah kesimpulan yang kami dapatkan ketika menikmati hasil seduhan dari tricolate. Sesuatu yang diluar dugaan, karena tanpa ketel leher angsa serta teknik pouring dapat menghasilkan rasa kopi yang nikmat

Kesimpulan

Meskipun menggunakan roast bean yang sama, tetapi menyeduh menggunakan tiga alat berbeda ini memberikan pengalaman baru untuk kami. Origami dripper, rok W1, dan tricolate memiliki kelebihan masing – masing. Origami dripper sangat cocok untuk kalian yang menyukai minuman kopi yang ringan, selain itu alat ini memiliki bentuk dan warna yang cantik sehingga cocok juga untuk pajangan. Untuk merasakan kopi dengan body sedang tetapi skill pouring pas – pasan, rok W1 adalah solusinya. Ingin menyeduh kopi manual tetapi tidak ribet, tricolate jawabannya.

Ulasan diatas adalah opini kami, jika ada tambahan bisa ketik di kolom komentar. Sampai jumpa di artikel berikutnya. Salam rahayu.

Continue Reading

Mengenal Lebih Dalam Tentang Apa Itu Pour Over Coffee

Di era third wave, pour over merupakan salah satu metode dalam menikmati kopi yang cukup banyak diminati. Setiap tahun bahkan ada kejuaraan yang mempertemukan para brewers dari seluruh dunia. Tidak main-main, kejuaraan tersebut dilangsungkan oleh organisasi World Coffee Events.

World Coffee Events sendiri merupakan semacam organisasi yang setiap tahunnya menyelenggarakan kejuaraan yang berhubungan dengan dunia kopi. Selain event di atas yang bernama World Brewers Cup, juga ada event World Barista Championship, World Latte Art Championship, dll.

Tetapi kali ini kami tidak akan membahas soal World Coffee Events, melainkan pour over coffee, tentu dengan bahasa ulasan kami.

Baca juga : Mengenal Apa Itu Flavor Wheel Atau Roda Rasa Kopi

Apa Itu Pour Over Coffee?

Metode pour over, bisa dikatakan merupakan cara menyeduh kopi dimana air panas akan mengalir melalui bubuk kopi yang sudah ditampung dalam saringan. Air panas yang mengekstraksi bubuk kopi tersebut akan turun ke dalam cangkir atau carafe, dan voila, kopi siap dinikmati.

Ada juga yang menyebut metode ini dengan sebutan filter coffee atau drip coffee. Tidak salah, karena dalam pembuatannya memakai filter (saringan) dan kopi yang dihasilkan menetes (drip).

Yang signifikan mungkin penggunaan tangan dalam menuang air panas ke dalam bubuk kopi tersebut. 

Oleh karena itu banyak yang menyebut metode ini hand brewing atau manual brewing. Menurut sejarah teknik ini sebenarnya sudah dilakukan di Eropa pada tahun 1900 an. Kemudian pada tahun 1908 perempuan Jerman bernama Mellita Bentz, menemukan penyaring kertas kopi. Dan mulai saat itu Mellita menjadi produsen dripper dan paper filter-nya.

Meski metode pour over ini tidak begitu diminati pada saat itu, bisa dikatakan kalah dengan espresso ataupun french press. Metode ini tetap berkembang, dan juga melahirkan banyak pembuat paper filter maupun dripper-nya. Puncaknya ketika industri specialty coffee mulai marak, pour over coffee seperti ditemukan kembali.

Apa Yang Membedakan Pour Over ?

Metode Pour over bisa mengeluarkan rasa yang mungkin tidak ditemukan di metode seduh yang lain. Hal ini membuatnya sangat populer, terutama untuk menikmati seduhan kopi single origin

Hasil seduhan pour over yang baik biasanya akan clean, clear dan konsisten. Ini dikarenakan air yang dituang bisa mengekstrak coffee oils dan juga aromanya secara konsisten dengan aliran yang relatif sama. Kemudian Paper filter “menangkap” lebih banyak coffee oils, sehingga menghasilkan seduhan yang clean.

Pour over merupakan infusion method, yang bisa dikatakan lebih efektif dalam mengekstraksi kopi. Berbeda dengan immersion method, seperti french press, metode imersi menjadikan seduhan seperti keruh.

Metode pour over tentu memiliki tantangannya tersendiri. Musuh utama dalam metode seduh manual adalah human error atau mungkin teknik pouring (penuangan) yang salah. Oleh karena itu perlu diperhatikan detail-detail kecil ketika menggunakan metode pour over ini.

Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Perlengkapan Apa Saja Yang Diperlukan ?

Ada banyak pilihan alat untuk menyeduh dengan metode pour over. Tidak semuanya perlu dimiliki, mungkin yang basic saja seperti dripper dan paper filter-nya, selanjutnya bisa ditambah alat lain sesuai kebutuhan.

Dripper

Merupakan alat yang akan menampung filter dan bubuk kopi yang akan diseduh. Ada beberapa macam pilihan dripper, beberapa yang cukup terkenal antara lain Hario V60, Kalita Wave dan Melitta. Kebetulan ketiga model dripper tersebut memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda. Ada juga Chemex yang bentuknya cukup unik, berfungsi sebagai dripper sekaligus carafe .

Desain yang berbeda tersebut menjadikannya memiliki keunikan masing-masing yang berhubungan dengan alur air ketika ekstraksi kopi. Dripper tersebut juga mudah didapatkan, penggunaannya relatif mudah serta memiliki paper filter yang disesuaikan dengan dripper tersebut.

Selain itu juga banyak tutorial ataupun tips dan trik dalam penggunaan dripper di atas. Jika kurang yakin mungkin bisa main ke coffee shop terdekat, dan mencoba seduhan dari beberapa dripper yang berbeda. Atau bisa tanyakan langsung ke barista-nya.

Baca juga : Perbedaan Coffee Shop Slow Bar & Coffee Shop Fast Bar

Penyaring (Filter)

Bisa berbahan kain ataupun kertas, ada yang menggunakan pemutih (bleached) dan tidak (unbleached). Setiap produsen dripper juga mengeluarkan filter untuk tiap produknya. Misalnya, filter untuk Hario V60 berbeda dengan filter yang digunakan untuk Kalita Wave. Tentu semuanya diproduksi untuk hasil ekstraksi yang maksimal.

Ada pendapat yang menyatakan paper filter memunculkan rasa kertas (papery), terutama yang menggunakan pemutih. Nah, untuk menghindari adanya rasa ini perlu setidaknya membilas paper filter tersebut sebelum mulai menyeduh.

Tentu kembali kepada kalian preferensi filter seperti apa yang akan digunakan. Yang utama tentu saja, pastikan menggunakan filter yang sesuai dengan dripper yang digunakan. 

Timbangan

Bagi beberapa orang timbangan mungkin kurang begitu penting. Tetapi jika ingin menghasilkan seduhan yang konsisten alat ini sangat membantu. Paling tidak kalian tahu secara tepat air dan kopi yang digunakan, sehingga selalu bisa menghasilkan seduhan yang konsisten.

Kettle

Suhu dan aliran air dalam menyeduh dengan metode pour over sangat berperan penting. Kettle yang baik tentu bisa menjaga suhu air di dalamnya sehingga suhu air tidak turun terlalu signifikan. 

Selain itu untuk mempermudah dalam menjaga aliran air, bentuk kettle gooseneck juga sangat direkomendasikan ketika menyeduh dengan metode ini. Dengan ujung yang ramping tentunya lebih mempermudah dalam menjaga aliran (flow) air. Tambahan thermometer menjadi nilai plus suatu kettle, beberapa produk sudah di-bundling dengan adanya thermometer

Baca juga : 5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Jenis Kopi Yang Digunakan

Alat-alat yang dibutuhkan untuk menyeduh sudah siap, tentu juga perlu menyiapkan kopi yang akan diseduh bukan ? Ada faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jenis kopi yang akan digunakan.

Profil Sangrai

Seperti sudah dibahas di atas, metode ini bisa lebih mengeluarkan rasa dan aroma secara lebih jelas. Profil sangrai (roast profile) dengan tingkat light roast bisa menjadi pilihan. Merupakan kopi dengan profil warna cerah dan cenderung mengeluarkan rasa asam yang cukup kentara. Tetapi tidak ada salahnya untuk menggunakan kopi dengan profile roast medium atau dark.

Ukuran Gilingan

Ukuran gilingan atau grind size akan berdampak pada ekstraksi yang dihasilkan. Pour over merupakan infusion method, yang berarti air dan kopi memiliki waktu kontak lebih cepat daripada immersion method, tetapi lebih lama dari espresso.

Ketika mencoba metode ini, mungkin bisa mencoba memakai grind size medium. Setelah seduhan jadi, bisa dicicipi apa yang kurang. Jika terasa watery atau asam yang lumayan mencolok, grind size-nya bisa diatur ke lebih halus. Begitu juga sebaliknya, jika terasa pahit cobalah memakai grind size agak kasar.

Rasio Kopi Dan Air

Ada banyak macam rasio yang bisa dijadikan pegangan dalam metode pour over ini. Ada golden ratio dari SCAA di angka 1:18, mungkin bisa dicoba dari rasio ini. Cobalah untuk menyeduh beberapa kali dengan mengubah grind size dan juga suhu air yang dipakai. Dan temukan seduhan yang cocok untuk kalian.

Setelah ketemu, cobalah untuk mengganti rasio tersebut. Jika hasil seduhan terasa watery, jumlah kopi perlu ditambahkan tanpa mengubah grind size dan juga suhu air. Atau jika seduhan terasa tebal, jumlah kopi perlu dikurangi.

Baca juga : Pentingnya Memilih Kualitas Air Untuk Menyeduh Kopi

Teknik Pouring

Banyak sekali video tutorial teknik tuang (pouring) metode pour over, tidak perlu kalian coba semuanya. Yang utama tahu basic-nya, dan pelajari apa itu blooming, pulse pouring dan juga agitation untuk mendapatkan seduhan yang maksimal.

Kebanyakan teknik pouring dilakukan secara melingkar (concentric circles). Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengatur aliran air ketika menuang. 

Blooming

Terjadi ketika air panas pertama kali menyentuh bubuk kopi, dimana bubuk kopi seperti mengembang dan mengeluarkan gelembung kecil. Hal ini merupakan proses degassing karbon dioksida yang terdapat di dalam kopi ketika proses roasting. Kesegaran kopi (kopi yang masih baru) juga bisa terlihat dalam proses ini.

Blooming dilakukan dengan cara menuang air sejumlah 2x berat bubuk kopi yang digunakan secara pelan dan melingkar. Jadi jika menggunakan bubuk kopi 15 gr, maka air yang dituang seberat 30 gr. Kemudian biarkan selama 30-45 detik supaya semua gas dalam kopi keluar.

Pulse Pouring & Continuous Pouring

Pulse pouring (menuang bertahap) bisa diartikan cara menuang secara bertahap sampai sejumlah air yang dibutuhkan. Mungkin bisa bereksperimen dengan volume air yang dibagi ke dalam beberapa tuangan. Teknik 4:6 milik Tetsu Kasuya (juara World Brewers Cup 2016) merupakan salah satu metode pulse pouring yang banyak digunakan.

Sedangkan continuous pouring merupakan cara menuang keseluruhan air yang dibutuhkan setelah proses blooming. Jadi penuangan ini dilakukan secara terus-menerus (continuous) tanpa berhenti, kuncinya menjaga aliran air supaya tetap sama.

Selain itu bisa juga bereksperimen cara pouring yang lain, karena cara pouring yang berbeda akan menghasilkan seduhan yang berbeda juga.

Baca juga : Inilah Tren Bisnis Dan Usaha Kopi Di Tahun 2022

Agitation

Merupakan cara untuk mendapatkan ekstraksi yang seimbang. Biasanya dilakukan di bagian akhir proses penyeduhan, caranya mengaduk kopi dan air dalam dripper tetapi jangan terlalu berlebihan, 3-5 adukan sudah cukup.

Ya, seperti mengaduk di kopi tubruk, tetapi secara pelan. Dilakukan agar bubuk kopi yang menempel di dinding filter juga bisa turun ter ekstraksi. Dampaknya tentu untuk mendapatkan hasil seduhan yang maksimal.

Pour over coffee memang salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan kafein sehari-hari. Dengan mengetahui basic-nya kemudian sedikit mengulik, pasti akan didapat seduhan yang diinginkan.

Jadi sudah punya dripper jenis apa saja di rumah? Atau ketika bermain ke coffee shop, memilih menggunakan dripper apa? Mungkin bisa dibagi di kolom komentar.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading