Feri Oky Triansah, Buka Kedai Kopi di Era Pandemi

Pagi ini cuaca cukup cerah dengan suasana sejuk, menjadi teman perjalanan kami ke Salatiga. Berlokasi di Jalan Jafar Sodhiq, Kalibening, kami berkesempatan untuk mengobrol dengan Feri Oky Triansah, selaku owner coffee shop Tepikota. Sebuah kedai kopi di pinggiran Salatiga dengan konsep manual brew.

Pria asli Sleman ini bercerita sebelum menjadi kedai kopi seperti sekarang, tempat ini merupakan semacam nursery. Didasari dari kecintaannya pada bunga dan tanaman, jadilah tempat ini. Bahkan beliau menambahkan sudah menikmati hasil yang lumayan saat awal pandemi, ketika marak orang membeli bunga dan tanaman. Tidak mengherankan juga jika kedai ini terlihat hijau, teduh dan sejuk, dengan berbagai macam tanaman di beberapa sudutnya.

Baca juga: Menyeduh Kopi Di Rumah Dikala Pandemi COVID-19

Dengarkan kisah ini di Spotify

Perkenalannya dengan dunia kopi didapat ketika nongkrong dan bertukar ide dengan teman-temanya. Dia berkata, “Saya kurang begitu familiar dengan kopi mas, tetapi saya sangat suka menata dan tanaman”. Bahkan dengan jujur dia merasa masih banyak PR yang perlu ditambahkan dalam pengetahuannya soal kopi. Melalui dorongan teman itu pula akhirnya memutuskan untuk memulai menyiapkan meja bar, alat-alat seduh, dll., yang dimulai sekitar akhir tahun 2019.

Tepikota mulai resmi buka pada tahun 2020, bersamaan dengan awal kasus covid di Indonesia. Kamipun bertanya, “Gimana mas perasaannya ketika buka coffee shop di era pandemi ?”. Dengan modal nekat juga banyak tantangan tentu saja menurut beliau. Mau buka/grand opening tetapi berbarengan dengan pembatasan di sana-sini waktu itu. Bahkan tidak tahu kapan akan selesai, dan akhirnya buka dengan mengikuti protokol.

Feri Oky Triansah Owner Coffee Shop Tepikota Coffee Salatiga
Feri Oky Triansah Owner Coffee Shop Tepikota Coffee Salatiga

Konsep bangunan coffee shop Tepikota menurut beliau, terinspirasi dari salah satu arsitek cukup ternama di Indonesia, Yu Sing. Yang mengedepankan bangunan yang murah juga ramah lingkungan. Kalau teman-teman pernah main ke Klinik Kopi, Jogja, bangunan kedai kopi di sana merupakan hasil tangan Yu Sing. Sekilas memang mirip dengan penataan di Tepikota, seperti bangunan kayunya, peletakan meja bar, juga tanaman yang mendukung keserasian di coffee shop.

Baca juga: Ngopi Di Pinggir Sawah, Kedai Kopi Tepikota Salatiga

Diceritakan nama Tepikota bermula dari nama Kebun Belakang Kota, dimana ide nama tersebut didapat dari salah satu temannya. Nama tersebut juga merupakan nama untuk media sosial nursery bunga dan tanaman yang memang sudah dikelola oleh mas Oky. Setelah itu diganti Kebun Tepikota, dan kemudian setelah berganti ke kedai kopi dipilihlah nama Tepikota Kopi.

Feri Oky T (Tepikota Coffee) & Sani (LUDEN)
Feri Oky Triansah (Tepikota Coffee) & Sani (LUDEN)

Kami bertanya kepada beliau. “Suka dukanya apa ya mas memiliki kedai kopi dari awal pandemi sampai sekarang?“. “Sukanya banyak mas, salah satunya menambah saudara, kebetulan saya perantauan, asli dari Sleman. Pindah ke Salatiga tahun 1995, tetapi kadang masih sering bolak-balik Salatiga-Sleman.”

Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Coffee Shop Bertema Jawa Klasik

Tiap kedai kopi tentu memiliki nilai jual tersendiri, entah menunya, desain bangunannya, interiornya, dan lain sebagainya. Mas Oky berujar, “Nilai plus-nya mungkin sesuai namanya mas, jauh dari kota atau hiruk pikuk keramaian/riweuh ya mas.” Memang tepat sekali, selama perjalanan kami ke beberapa coffee shop, baru kali ini kami menemui kedai yang homey dan “hijau”. Ditambahkan beliau, meja dan properti yang digunakan pun, menggunakan kayu-kayu dari daerah sekitar.

Staf Coffee Shop Tepikota Salatiga
Staf Coffee Shop Tepikota Salatiga

“Menu spesial di Tepikota, selain tentu saja kopi dan kopi susu kekinian, yang membedakan mungkin Kopi Susu Sini, hampir seperti dalgona.”, begitu beliau bercerita soal menu andalan kopi. Untuk non kopi Tepikota menyediakan fermentasi dari jahe atau buah-buahan, seperti nanas, buah naga, mungkin seperti kombucha. 

Ada nama teh yang unik juga dari menu di Tepikota, teh tiung namanya. Kami coba bertanya ke mas Oky. “Artinya apa ini mas teh tiung ?”. “Itu dapat dari teman yang rumahnya di Boyolali, daun dari semacam tanaman pagar yang cukup tinggi mas, karena kita ambil pucuknya, kita harus tiungkan (turunkan). Saat diseduh kemudian di-combine dengan strawberry, jadilah teh tiung.”

Feri Oky Triansah : Kedai Kopi Tepikota Coffee Salatiga

Kita tahu tren coffee shop sangat meningkat, banyak orang ramai-ramai membuka usaha kedai kopi. Menurut mas Oky hal ini merupakan sesuatu yang positif, karena pastinya penikmat kopi juga akan bertambah. “Dulu kan mungkin nongkrong di tenda/angkringan ya mas, sekarang mungkin nongkrongnya pindah ke kedai kopi. Selain itu juga jadi tempat bertukar customer untuk sesama pengusaha kedai kopi.”, begitu mas Oky menambahkan.

Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan

Hal tersebut tentu melahirkan persaingan antar kedai yang satu dengan yang lain. Bagi mas Oky hal itu malah menjadi greget/penyemangat, untuk selalu berinovasi lagi. Bagi customer dengan banyaknya kedai kopi malah menjadi poin plus, yaitu diberi banyak pilihan kedai kopi, mau pilih yang seperti apa.

Kami ajukan pertanyaan atau saran terakhir dari mas Oky jika ada teman-teman yang ingin buka usaha kedai kopi.  “Yang pasti jualan kopi yang enak, kalau gak enak mending gak usah jualan. Dan yang paling penting, tetap semangat.”, begitu beliau menjawab.

Terima kasih mas Oky sudah meluangkan waktunya, untuk berbagi cerita banyak hal. Dari soal awal berdirinya Tepikota dan juga sharing kecil beberapa hal, semoga selalu sehat dan sukses selalu untuk keluarga dan Tepikota Kopi. 

Salam rahayu.

Baca juga: On The Rocks Coffee, Tempat Ngopi Paling Cozy di Salatiga

Continue Reading

Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) dan Metode Seduhnya

Di artikel kopipedia sebelumnya sudah dibahas, dalam menyeduh kopi sebaiknya menggunakan biji kopi whole beans. Dimana kita perlu menggiling biji kopi terlebih dahulu sesaat sebelum  mulai menyeduh. Hal ini dilakukan karena kesegaran kopi tetap terjaga jika kita menyeduh kopi dengan menggunakan biji kopi whole beans. Tentu tidak ingin kan kopi yang diseduh aroma dan kesegarannya kurang.

Baca juga: Beberapa Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Demikian juga ukuran gilingan biji kopi atau grind size, sangat berpengaruh juga pada hasil seduhan. Yang menarik, untuk metode seduh yang satu dengan yang lain memerlukan grind size yang berbeda, entah itu gilingan yang kasar maupun halus. Hal tersebut akan berpengaruh nanti pada saat kopi diekstraksi, terkait dengan contact time dan flow rate air pada kopi.

Kesalahan menentukan grind size dalam menyeduh akan menghasilkan seduhan yang under-extracted atau over-extracted. Seduhan kopi yang under-extracted terjadi karena grind size kopi terlalu kasar. Sehingga contact time antara kopi dan air menjadi lebih cepat, begitu juga dengan flow rate-nya. Rasa yang dihasilkan cenderung sour, acid dan salty. Sebaliknya, seduhan kopi yang over-extracted terjadi karena grind size kopi yang terlalu halus. Menghasilkan rasa kopi yang cenderung hambar, pahit dan rasa segar kopi hilang.

So, menentukan grind size yang tepat dalam metode seduh yang cocok sangat penting. Selain itu juga perlu diperhatikan grinder jenis apa yang digunakan, manual atau mesin. Karena setiap grinder memiliki “nomor” yang menentukan seberapa kasar/halus hasil gilingan yang diinginkan. 

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Berikut akan kami uraikan secara singkat dan jelas satu persatu, setiap grind size dan metode seduhnya

Extra Coarse Grind

Grind size extra coarse jika diperhatikan seukuran merica, “bongkahan-bongkahan” besar biji kopi juga masih terlihat jelas. Grind size ini cocok digunakan untuk menyeduh cold brew. Merupakan teknik menyeduh kopi dengan menggunakan air suhu ruangan, kita akan bahas metode ini di artikel lain.

Coarse Grind

Mungkin terlihat hampir sama dengan extra coarse, namun coarse grind berbeda. Hampir sama dengan ukuran garam laut, dan bila dirasa dengan jari akan terlihat jelas perbedaannya. Metode seduh yang cocok menggunakan grind size ini adalah french press. Selain itu coffee cupping/tasting juga menggunakan grind size ini.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

Medium Coarse Grind

Berada di tengah-tengah antara coarse dan medium. Jika diperhatikan sama dengan ukuran pasir yang kasar. Grind size ini cocok untuk metode seduh chemex, clever dripper dan cafe solo brewer.

Medium Grind

Jika coba dibandingkan grind size ini seukuran garam dapur/meja. Cocok untuk menyeduh dengan metode pour over dengan flat bottomed dripper. Juga cocok dipakai untuk menyeduh dengan alat Aeropress, tetapi dengan waktu seduh lebih dari 3 menit. Selain itu syphon brewer juga menggunakan grind size ini dalam penyeduhannya.

Baca juga: Beginilah Tahapan-Tahapan Dalam Proses Menyeduh Kopi

Medium-Fine Grind

Disebut juga pour over grind, karena hampir semua dripper terutama cone shaped dripper yang ada di pasaran cocok menggunakan grind size ini, antara lain Hario V60, Kalita Wave, dan lain-lain. Grind size ini juga cocok diseduh menggunakan Aeropress dengan waktu seduh 2-3 menit. 

Fine Grind

Merupakan espresso grind, karena mesin espresso dapat dipastikan menggunakan grind size ini. Aeropress juga cocok menggunakan grind size ini untuk seduhannya, tetapi dengan waktu seduh 1-2 menit. Juga merupakan grind size yang umum dijumpai ketika membeli pre-ground coffee atau kopi yang sudah digiling. Ukurannya sendiri lebih halus dari garam dapur/meja.  

Extra-Fine Grind

Di luar negeri biasanya digunakan untuk metode Turkish coffee. Sementara di Indonesia terkenal untuk kopi lelet/cethe, merupakan tradisi meleletkan endapan kopi ke batang rokok, bahkan ada yang sampai melukisnya. Grind size jenis ini sangat lembut, bahkan hampir bertekstur seperti tepung.

Baca juga: Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

Sebagaimana dijelaskan di awal, grind size menentukan contact time dan flow rate antara kopi dan air. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa grind size di atas, dimana Aeropress bisa dipakai untuk menyeduh kopi dengan grind size yang berbeda-beda. Tetapi tentu saja dengan waktu seduh yang berbeda pula.

Oleh karena itu menyeduh kopi selalu merupakan hal yang unik, banyak elemen yang perlu diperhatikan. Meskipun kecil kadang elemen itu mempengaruhi hasil akhir seduhan kopi. Yang pasti jika Anda sudah tahu mau menyeduh dengan metode seperti apa, ulasan singkat di atas bisa sedikit membantu menentukan grind size yang tepat. Atau mungkin bisa berbagi juga di kolom komentar grind size yang sering Anda gunakan.

Baca juga: Pentingnya Memilih Air Yang Digunakan Untuk Menyeduh Kopi

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Ngopi Di Pinggir Sawah, Kedai Kopi Tepikota Salatiga

Sore ini kami berkunjung ke Salatiga, nama sebuah kota kecil yang terletak di antara jalan raya utama Semarang – Surakarta. Kota kecil yang berhawa sejuk, yang dulu konon menjadi tempat peristirahatan bangsa Belanda untuk bersantai sejenak. Kota ini cukup unik karena daerah administrasinya dikelilingi oleh Kabupaten Semarang. Ya, sebuah kota yang terletak di dalam kabupaten, luas wilayahnya pun “hanya” seluas 56,78 Km².

Baca juga: Feri Oky Triansah, Buka Kedai Kopi Di Era Pandemi

Meski kecil, kota ini mendapat julukan “Indonesia Mini”. Julukan ini menggambarkan banyaknya pendatang dari daerah lain yang tinggal di kota ini. Selain bekerja, kebanyakan pendatang ini adalah para mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Di mana universitas tersebut setiap tahun mengadakan Karnaval Kebudayaan, merupakan kegiatan untuk menampilkan tarian, baju adat, nyanyian dan pertunjukan kesenian dari daerah lain. Hal ini untuk menunjukkan keberagaman yang ada di kota Salatiga, dan bagaimana mereka bisa saling menghargai keberagaman itu.

Ulasan Singkat Tentang Kedai Kopi Tepikota Salatiga

Kota kecil ini tentu juga memiliki banyak coffee shop, entah itu café “besar” yang memiliki mesin espresso di meja bar, ataupun kedai kopi rumahan yang hanya menyediakan manual brew. Kota ini juga memiliki sebuah brand kopi yang cukup melegenda. Namanya Babah Kacamata, mungkin kita akan bahas kopi legend ini di artikel lain.

Kali ini kami berkunjung ke salah satu kedai kopi rumahan, kedai Tepikota. Berlokasi di Jalan Jafar Sodhiq, Kalibening, hanya berjarak 10 menit dari pusat kota, jika ditempuh menggunakan sepeda motor. Saran kami sebaiknya menggunakan GMaps dengan keyword “Tepikota Coffee”, karena memang lokasinya di tepi kota/pinggiran dan melewati jalan yang tidak terlalu besar.

Begitu sampai di lokasi, Anda akan disambut hamparan sawah dan tanaman hijau yang cukup membuat suasana kedai menjadi lebih teduh. Dengan material bangunan yang sebagian besar menggunakan kayu, menambah kesan hangat kedai ini. Menggunakan sepeda motor memang pilihan yang tepat ketika berkunjung ke sini, hal ini dikarenakan lahan parkir yang tidak begitu luas.

Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Damai Di Pinggir Sawah Ambarawa

Jam operasional kedai Tepikota ada dua sesi, yaitu pagi dan sore. Untuk pagi dari pukul 07.00-11.00, kemudian sore hari pukul 16.00-21.00, kedai ini libur setiap hari Selasa. Seperti yang sudah kami sebut di atas, seduhan kopi yang ditawarkan di kedai ini adalah manual brew, dengan pilihan biji kopi sesuai ketersediaan. Mungkin ini juga menjadi elements of surprise, karena kita tidak tahu jenis kopi yang tersedia ketika berkunjung. Tentu saja dengan biji kopi yang selalu fresh from the roastery.

Bar Tepikota Coffee Salatiga
Bar Tepikota Coffee Salatiga

Kami coba memesan V60 dengan biji kopi Bali Kintamani. Oh ya, selain pilihan biji kopi yang sering berganti, Anda juga bisa memilih metode seduh, ada V60, aeropress, Vietnam drip, dan lainnya. Lalu bagaimana kalau ingin minuman espresso based ? Tenang, di sini menggunakan Flair, merupakan espresso maker manual. Jadi jika Anda ingin pesan kopi susu kekinian, sangat bisa dong. Menu non coffee juga tersedia di sini, komplit kan?

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan Hario V60 (Pour Over)

Menunggu kopi diseduh, kami duduk di salah satu kursi kayu, juga mencoba mengerjakan beberapa hal di laptop. Entah kenapa ketika duduk sambil bekerja di depan laptop, kami merasa kurang nyaman. Melihat sekeliling, meja kursi yang ada hampir sama tinggi dan bentuknya. Ahh, mungkin kedai ini bukan tempat untuk berlama-lama bekerja di depan laptop, hehehe.

Sani (LUDEN) di Tepikota Coffee Salatiga
Sani (LUDEN) di Tepikota Coffee Salatiga

Penataan beberapa ornamen yang pas meskipun tidak banyak menambah kesan homey kedai ini. Ada bagian menarik di kedai ini, yaitu ada perahu kecil yang diberdirikan di salah satu sisi tembok. Entah apakah ada maksudnya kami juga belum sempat bertanya. Beberapa tanaman banyak tersebar di sekitar di kedai, di pojokan dan beberapa yang digantung menyegarkan suasana di sekitar kedai. Bisa dikatakan kedai kopi “paling hijau” yang pernah kami sambangi.

Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan

Kadang-kadang Anda juga bisa melihat beberapa kucing berseliweran di kedai ini. Mereka tidak mengganggu, bahkan bisa diajak untuk berinteraksi. Lumayan kan bisa menambah feeds di Instagram atau update story. Bagi pecinta binatang, khususnya kucing mungkin menjadi pengalaman baru.

Sendiri ataupun berbarengan bersama teman-teman, tentu menghadirkan pengalaman sendiri ketika datang ke tempat ini. Untuk sekedar me time, sambil menikmati secangkir kopi. Atau malah bercengkrama dengan teman-teman dan membicarakan banyak hal dan saling bertukar ide.

Nongkrong di Tepikota Coffee Salatiga
Nongkrong di Tepikota Coffee Salatiga

Pelayanan yang kami dapatkan di sini juga memuaskan. Dari disambut di meja bar, kemudian obrolan singkat soal biji-biji kopi yang available, metode seduh apa yang pas, dan lainnya. Pastinya, pegawai seduh kopi di sini sangat menguasai apa yang ada di bar mereka. Lalu bagaimana rasa kopi hasil seduhannya? mantap!

Baca juga: Profesi Barista, Menghidupi Kah? Feat Andre Rivaldo

Secara keseluruhan, meski kedai kopi rumahan, apa yang ditawarkan kedai Tepikota menurut kami lebih dari cukup. Bagi teman-teman yang tinggal di kota dengan segala hiruk pikuknya, kedai ini bisa menjadi pilihan untuk sejenak “menyehatkan diri”. Cara menikmati kopi yang berbeda tentunya, disuguhi pemandangan sawah di bawah pohon yang teduh. Dan meskipun hanya menyuguhkan kopi manual brew, apa yang Anda dapatkan kami yakin sepadan.

Peralatan Manual Brew Tepikota Coffee Salatiga
Peralatan Manual Brew Tepikota Coffee Salatiga

Jadi jika Anda sedang di Salatiga ataupun melintas di kota ini, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke kedai ini. Kami yakin Anda tidak akan kecewa, beberapa sudut kedai ini juga Instagramable. Kalau sudah berkunjung, jangan lupa sharing pengalamannya di kolom komentar, sukses selalu untuk Tepikota Kopi.

Salam rahayu.

Baca juga: On The Rocks Coffee, Tempat Ngopi Paling Cozy di Salatiga

Peta Jalan Tepikota Coffee Salatiga
Peta Jalan Tepikota Coffee Salatiga

Kedai Kopi Tepikota Salatiga

Jl. Jafar Shodiq, Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50744

Hari Buka: Senin – Minggu
Jam Buka Pagi: 07.00 WIB – 11.00 WIB
Jam Buka Sore: 16.00 WIB – 21.00 WIB
Kontak: 0896-3307-9070
Instagram: @tepikotacoffee

Continue Reading

5 Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Mengawali hari dengan secangkir kopi tentu akan menjadi mood booster tersendiri. Tidak banyak kedai kopi yang sudah buka di pagi hari, kalaupun ada bisa jadi jauh dari tempat tinggal. Menyeduh kopi sendiri di rumah bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan asupan kafein di pagi hari. Tentu ada kepuasan tersendiri ketika bisa menikmati seduhan sendiri, apalagi jika rasanya seperti di kedai kopi favorit.

Dengan banyaknya alat kopi manual tentu juga semakin memanjakan para penikmat kopi di rumah. Ditambah juga semakin mudahnya dalam membeli kopi yang sesuai dengan selera kita, entah dalam bentuk biji maupun bubuk. Selain itu juga ada banyak tutorial yang bisa dicari di dunia maya, bagaimana menyeduh kopi dengan metode tertentu.

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan Hario V60 (Pour Over)

Tetapi juga kadang-kadang ada kesalahan kecil ketika menyeduh sendiri. Yang tentu saja akan mempengaruhi rasa kopi. Nah, berikut beberapa kesalahan ketika menyeduh kopi sendiri.

Kopi Sudah Tidak Segar

Kapsul kecil kebahagiaan berkafein itu tidak dimaksudkan untuk bertahan selamanya. Jika menunggu terlalu lama, senyawa volatil yang bertanggung jawab atas rasa terbaik dalam biji kopi akan hilang. Saat membeli kopi, periksa tanggal sangrai-nya dan pastikan untuk segera mengkonsumsinya.

Demikian juga ketika menikmati kopi yang baru diseduh, pastikan untuk menikmatinya selagi masih panas. Reaksi kimia yang menyebabkan kopi menjadi datar, pahit, atau lainnya akan merusak rasa kopi saat sudah dingin.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Perhatikan juga cara penyimpanannya, masih ada lho yang menyimpan kopi di lemari es. Untuk penyimpanan yang baik, pastikan kopi ditempatkan di wadah yang tertutup rapat. Sehingga mengurangi kontak kopi dengan oksigen, yang dapat mengurangi rasa dan aroma kopi. Rasa dan aroma terbaik kopi biasanya bisa bertahan dalam waktu satu bulan atau kurang.

Gunakan Biji Kopi

Membeli kopi yang sudah digiling memang lebih praktis, apalagi jika memang tidak mempunyai alat penggiling kopi, baik manual atau mesin. Tetapi dengan membeli kopi bubuk, berarti sudah mengurangi kesegaran rasa dan aroma kopi yang diseduh nantinya. Hal ini karena adanya kontak langsung oksigen dan bubuk kopi.

Baca juga: Menentukan Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

Baiknya tentu membeli kopi yang masih dalam bentuk biji/whole bean. Biji kopi yang baru digiling menghasilkan rasa dan aroma yang lebih fresh ketika diseduh daripada kopi yang sudah digiling/bubuk. Oleh karena itu tidak ada salahnya sedikit menginvestasikan untuk membeli alat giling manual/hand grinder. Banyak pilihan di marketplace yang bisa disesuaikan dengan budget ngopi.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

Ukur Kopi Dan Air

Dalam menyeduh kopi sendiri, patokan yang biasa kita pakai pasti memakai takaran sendok teh atau sendok makan. Jika pas tentu menghasilkan rasa yang enak, mungkin seenak kopi di kedai favorit. Lalu bagaimana jika kopinya kurang atau malah air yang dituang kurang ? Bisa jadi hasil seduhan kopi mungkin watery, tentu tidak ingin bukan hasil seduhannya seperti itu.

Membeli timbangan bisa membantu untuk menyeduh kopi dan menghasilkan rasa yang konsisten di setiap seduhan. Apalagi jika menyeduh dengan metode pour over. Meski bisa dibilang metode seduh yang simple, tetapi timbangan berperan penting dalam seduhan pour over. 

Perhatikan juga rasio kopi dan air yang digunakan. Dengan menggunakan timbangan tentu memudahkan dalam memperhatikan rasio kopi dan air. Menurut SCA (Specialty Coffee Association) untuk mendapatkan hasil seduhan yang pas, 55 gr kopi diseduh dengan 1.000 ml air. Hal ini bisa diartikan rasio kopi dan air 1:18, dimana untuk 1 gr kopi bisa diseduh dengan 18 gr air. Akan tetapi untuk rasio air dan kopi kembali ke seduhan kopi seperti apa yang ingin kita dapatkan, yang tentunya bisa dikulik lebih.

Baca juga: The Golden Ratio: Pentingnya Rasio Air dan Kopi Saat Menyeduh

Gunakan Air Mineral

Selain kopi, air yang digunakan juga memegang peranan penting saat menyeduh kopi. Komposisi utama hasil seduhan kopi tentu saja kopi dan air, dimana persentase air sekitar 95%. Kopi yang akan diseduh mungkin kopi terbaik, tetapi jika kita menggunakan “air biasa” bisa jadi malah tidak memunculkan cita rasa terbaik dari kopi.

Jika air di rumah berasal dari instalasi PDAM, bisa jadi terkandung chlorine dalam air tersebut, juga umur instalasi pipa yang bisa mempengaruhi rasa air. Tentu saja semua itu akan berpengaruh pada rasa dan aroma kopi yang sudah diseduh. Menggunakan air mineral untuk menyeduh kopi bisa menjadi solusi. Sehingga seduhan yang dihasilkan bisa dipastikan tidak terpengaruh oleh chlorine maupun hal lainnya.

Baca juga: Pentingnya Memilih Air Yang Digunakan Untuk Menyeduh Kopi

Perhatikan Suhu Air

Suhu air juga perlu diperhatikan ketika menyeduh kopi supaya menghasilkan rasa yang pas. Seringkali saat air sudah mendidih, air langsung dituang ke cangkir yang sudah berisi bubuk kopi. Tidak salah memang, tetapi kopi yang dihasilkan nanti akan cenderung pahit/bitter atau over-extracted. Sebaliknya jika menggunakan air yang kurang panas untuk menyeduh, akan menghasilkan kopi yang under-extracted. 

Solusinya jika tidak ada thermometer bisa ditunggu 45-60 detik setelah mendidih baru dituang, atau sekitar 90°-95° Celsius. Suhu tersebut merupakan suhu ideal untuk menyeduh kopi. Ya, di rentang suhu tersebut air bisa membantu kopi untuk mengeluarkan rasa dan aroma terbaiknya.

Sering membuat kesalahan di atas saat menyeduh kopi? Anda tidak sendirian, kami yakin banyak teman-teman penikmat kopi rumahan masih sering melakukannya. Atau mungkin ada kesalahan lain yang biasa teman-teman temukan, bisa juga dibagi di kolom komentar.

Baca juga: Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

Semoga uraian kami di atas bisa sedikit membantu bagaimana menyeduh kopi dengan cara yang benar. Tentu saja dengan menggunakan metode seduh yang Anda sukai, sehingga bisa menghasilkan secangkir kopi dengan cita rasa yang nikmat. 

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading