Nur Wahyudi, Pengelola Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir

Perjalanan terakhir kami di dusun Gertas, Kelurahan Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kali ini kami bertemu dengan mas Nur Wahyudi, yang merupakan pengelola Hillside Cafe. Kita tahu sebelumnya bahwa coffee shop ini merupakan hasil swadaya para pemuda dusun Gertas. Kebetulan mas Wahyudi lah yang bertanggung jawab untuk pengelolaan kedai ini.

Dengan ditemani secangkir kopi kami memulai obrolan dengan beliau, “Mas boleh ceritakan sejarah Hillside Cafe ini?”. “Dulu pertama itu kan kita bikin obyek wisata (Wisata Lereng Kelir), kita juga punya produk kopi. Nah para wisatawan bertanya, ada produk kopi kenapa kok tidak ada cafe sekalian.”

Nur Wahyudi Pengelola Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir Dusun Gertas
Nur Wahyudi Pengelola Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir Dusun Gertas

Sebelum ada Hillside Cafe, kita tahu Dusun Gertas merupakan penghasil kopi, terutama kopi jenis robusta, bahkan salah satu yang terbaik di kabupaten Semarang. Mereka menjualnya dalam bentuk bubuk maupun biji. Hal itulah akhirnya yang mendasari para pemuda di Dusun Gertas ini untuk membuat coffee shop. Apalagi mereka sudah memiliki sumber dayanya, juga tempat yang bisa dikatakan cocok untuk ngopi.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Bangunan Hillside Cafe sendiri menempati tanah ketua kelompok, sementara bangunannya dimiliki bersama oleh kelompok. Dari awal pembangunanya, semua dikerjakan bersama oleh para anggota kelompok. Mendayagunakan bahan-bahan yang ada di sekitar, terutama kayu-kayu yang tidak dipakai.

Baca juga: Coffee Shop Hillside Cafe, Sensasi Ngopi di Lereng Pegunungan

Kami tertarik dengan nama Hillside Cafe, kenapa memilih nama itu. Mas Wahyudi bercerita, “Dulu pertamanya, kita itu bukan Hillside Cafe sebenarnya. Dulu kita namai Kedai Lereng Kelir, cuma karena kawasan Lereng Kelir luas, dan mencakup daerah lain nanti dikira tempat lain.”

Oleh karena itu dipilihlah nama Hillside Cafe, yang lokasinya hanya di Dusun Gertas.

Teras Depan Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir Dusun Gertas
Teras Depan Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir Dusun Gertas

Hillside Cafe dirintis sejak tahun 2018. Bisa dikatakan cukup baru memang, dibanding pengolahan kebun kopi dusun Gertas yang diceritakan oleh Mas Wahyudi sudah dari jaman kakek-neneknya. Untuk jam operasional Hillside Cafe mulai dari jam 14.00 WIB – 22.00 WIB, kadang lebih malah. Beliau menambahkan meski cukup dingin, suasananya cocok untuk menikmati kopi di Hillside Cafe.

Baca juga: Kebun Kopi Lereng Kelir, Penghasil Java Coffee atau Java Mocha

Menyikapi perkembangan coffee shop yang begitu menjamur. Sebagai pengelola beliau berujar, “Kalau coffee shop kan emang banyak, tapi kita berperang bukan soal harga, tapi kreativitas dan karakteristik sendiri-sendiri.” Untuk franchise atau buka cabang di lain tempat, Hillside Cafe tidak menutup kemungkinan untuk itu. Dan membuka peluang bagi semuanya yang mau bekerja sama.

Nur Wahyudi, Pengelola Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir

Hillside Cafe memang cukup jauh dari perkotaan, tetapi memiliki suasana khas pedesaan, udara sejuk, tempatnya juga asri. Tentu saja memiliki suka duka dalam perkembangannya memiliki kedai yang jauh dari keramaian. Diceritakan, dukanya adalah kedatangan pengunjung itu tidak pasti, kadang ramai atau sepi. Sukanya adalah ketika musim durian, bakal banyak tamu setiap harinya yang akan mencari buah durian sambil menikmati kopi di Hillside Cafe.

Dusun Gertas selain penghasil kopi robusta, juga penghasil buah Durian (Durian Brongkol) yang sudah cukup terkenal di kalangan para pecinta buah durian.

Baca juga: Khamidin, Petani Kopi Millenial di Kebun Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas

Di awal tadi saya diseduhkan kopi dengan proses pasca panen anaerob strawberry. Kami bertanya mengapa memilih buah strawberry, beliau bercerita selain memang sedang trial proses pasca panen tersebut. Juga sedang mencari buah yang memang cocok dengan karakter kopi Hillside Cafe, dan kebetulan saat ini memakai buah strawberry.

Di beberapa sisi tembok Hillside Cafe juga  terpampang beberapa penghargaan seperti sertifikat dan piala. Kami bertanya kepada mas Wahyudi, “Apa dari sini aktif mengikuti event mas ?”, beliau menjawab, “Kita tiap tahun sering mengikuti event dari KKSI (Kompetisi Kopi Spesialti Indonesia). Agar kita tahu bagaimana kualitas biji kopi yang kita olah.” Menurut beliau dalam mengikuti event/lomba itu juga sebagai tolak ukur, bagaimana hasil olahan kopi Hillside Cafe.

Sani dan Nur Wahyudi Pengelola Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir Dusun Gertas
Sani dan Nur Wahyudi Pengelola Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir Dusun Gertas

Kopi yang dijual di Hillside Cafe, selain untuk di kedai juga menyediakan untuk dibawa pulang. Bahkan macamnya banyak, tidak hanya kopi bubuk, juga melayani penjualan green beans dan roasted beans. Distribusinya juga beragam, untuk roasted beans diminati beberapa coffee shop di sekitar Ambarawa dan Salatiga. Sedangkan untuk kopi bubuk diminati beberapa hotel di daerah Bandungan.

Dengan mesin roasting kapasitas 10 kg produksi kopi Hillside Cafe setahun sekitar 2 ton kopi. Alat ini merupakan bantuan dari Puslitkoka Jember, sangat membantu menurut mas Wahyudi untuk mengembangkan pengolahan kopi dusun Gertas.

Di akhir pembicaraan kami bertanya, bagaimana sudut pandang penduduk sekitar dengan adanya Hillside Cafe. Menurut mas Wahyudi, tidak menjadi masalah bagi penduduk sekitar, meskipun kadang ada keramaian karena adanya kedai ini. Karena selain penduduknya ramah, beberapa penduduk yang memiliki kebun kopi juga terbantu dengan adanya kedai ini, sehingga sedikit mengangkat perekonomian mereka.

Perbincangan dengan mas Wahyudi menutup petualangan kami di dusun Gertas, Kelurahan Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Banyak hal kami dapatkan di dusun ini, tidak hanya pengetahuan dan saudara baru tapi juga nilai-nilai kehidupan yang mungkin sudah jarang kita temui di kota-kota besar.

Terima kasih mas Wahyudi sudah meluangkan waktunya, semoga selalu sehat dan sukses selalu untuk perkembangn kopi dusun Gertas. 

Salam rahayu.

Peta Jalan Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir
Peta Jalan Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir

Hillside Cafe Lereng Kelir

Gertas, Brongkol, Kec. Jambu, Semarang, Jawa Tengah 50663

Hari Buka: Senin – Minggu
Jam Buka: 14.00 WIB – 22.00 WIB
Kontak: 0857-2716-5681 (Nur Wahyudi)
Facebook: Nur Wahyudi

Continue Reading

Khamidin, Petani Kopi Millenial Lereng Kelir Dusun Gertas

Pada perjalanan sebelumnya kami bertemu pak Sus, untuk ngobrol banyak soal kebun kopi di  Lereng Kelir, Dusun Gertas, Kelurahan Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kali ini kami akan menemui petani millennial, mas Khamidin namanya. Pemuda kelahiran 12 Januari 1989 ini merupakan petani kopi muda di Dusun Gertas.

Perkebunan Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas
Perkebunan Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas

Kami bertemu mas Khamidin yang saat itu sedang berada di kebun kopinya. Melihat pohon kopi yang sudah berbuah, kamipun mengawali perbincangan kami. “Kira-kira kapan ini mas panen raya?”, ” Sekitar Bulan Agustus mas”, jawab beliau. Sedikit cerita, awal kami bertemu mas Khamidin sudah sekitar 2 tahun lalu. Saat itu beliau sudah menggeluti perkebunan kopi, dan sekarang pun masih.

Hal ini menggelitik kami untuk bertanya, “Kenapa mas, masih muda kok mau menjadi petani?“. Beliau kemudian berujar, “Kita meneruskan dari generasi sebelumnya, yang muda harus berani berinovasi. Kita juga sudah punya kekayaan alam yang melimpah, kita yang muda lebih gesit dan punya wawasan lebih.” Dari segi geografis tanah di Lereng Kelir termasuk subur, ditambah adanya kebun kopi yang sudah turun temurun dari jaman dulu.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Mas Khamidin sudah menjadi petani dari tahun 2010, kurang lebih 11 tahun beliau bergelut menjadi petani. Banyak suka dan duka tentu saja menjalani profesi tersebut, di mana banyak anak muda seumuran beliau yang memilih merantau ke luar kota. Beliau mengatakan, “Pekerjaan sebagai petani bukanlah hal yang memalukan, asik malah, dimana kita akan menemui banyak teman, terutama sekarang dengan perkembangan kopi, banyak orang ingin tahu dan banyak belajar tentang kopi.”

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, dusun Gertas, Lereng Kelir merupakan penghasil kopi robusta. Begitu juga di kebun kopi mas Khamidin, yang ditanami kopi robusta. Kebun kopi mas Khamidin mulai ditanam baru sekitar tahun 1999. Ada cerita menarik di tempat kita ngobrol sekarang, yang merupakan kebun kopi. Ternyata dulu, di sini merupakan rumah orang tua mas Khamidin, beliau lahir dan menghabiskan masa kecil di tempat ini, sebelum akhirnya pindah dan dialih fungsikan menjadi kebun kopi. 

Baca juga: Kebun Kopi Lereng Kelir, Perkebunan Kopi Robusta Penghasil Java Mocha

Selama kurang lebih 11 tahun menggeluti tanaman kopi, beliau juga bercerita soal hama atau penyakit tanaman kopi yang pernah menjangkiti. Menurut beliau hama yang paling ditakuti oleh para petani merupakan penggerek batang. Merupakan jamur yang menempel di batang atau dahan kopi dan bisa menyebar dan mudah menularkan ke pohon di sebelahnya. Efeknya membuat pertumbuhan kurang bagus, dan akhirnya berdampak hasil panen yang kurang maksimal. Cara menanggulangi jamur ini biasanya batang yang sudah terkena jamur akan dipotong dan dibakar.

Mas Khamidin menggunakan teknik tumpang sari di kebunnya. Jadi selain kopi, beliau juga menanam pohon lain di sela-selanya. Pohon yang ditanam adalah pohon durian, ada durian lokal juga ada durian yang terkenal cukup mahal, Musang King. Jadi selain berfungsi sebagai peneduh juga bisa menambah penghasilan jika waktunya panen nanti.

Sani dan Khamidin Petani Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas
Sani (LUDEN) dan Khamidin Petani Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas

Menyinggung soal berkembang pesatnya pertumbuhan coffee shop, beliau berpendapat, “Memang lagi trend-nya atau gaya hidup, anak-anak muda sekarang ngumpul, sambil ngopi. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi kami para petani kopi, dengan pertumbuhan coffee shop.”

Ada saran menarik yang diutarakan mas Khamidin, “Jangan pernah menganggap remeh kopi robusta. Apalagi di kawasan Gertas ini kami mengolah kopi layaknya bayi yang baru lahir dan kita rawat sedemikian rupa.” Seperti kita tahu, peminat kopi robusta memang tidak sebanyak kopi arabika. Bahkan ada yang menganggap remeh apa itu kopi robusta. Tapi apapun biji kopinya kami yakin semua petani menanam, merawat dan mengolah kopi mereka dengan hati.

Untuk fase pohon kopi, beliau bercerita chery kopi diawali dari bunga, kemudian berbuah menjadi biji kecil. Setelah itu menunggu sekitar 4-5 bulan, tinggal menunggu buah itu kencang dan nantinya matang sempurna, ditandai dengan warna merah pada cherry kopi. Jadi ingat kan apa yang dikatakan pak Sus tempo hari, “Petik merah menjadi harga mati”.

Khamidin: Lahir di Kebun Kopi dan Tumbuh Besar Menjadi Seorang Petani Kopi

Menutup perbincangan dengan beliau, kami berpamitan menuju kedai yang dikelola para pemuda dusun Gertas. Selain menjadi penghasil kopi robusta yang sudah cukup ternama, dusun Gertas juga memiliki kedai kopi. Kita akan bahas kedai kopi ini di artikel selanjutnya.

Baca juga: Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi di Lereng Pegunungan

Terima kasih mas Khamidin, sehat selalu dan semoga panen raya Agustus nanti hasilnya memuaskan. Salam rahayu.

Peta Jalan Kebun Kopi Lereng Kelir
Peta Jalan Kebun Kopi Lereng Kelir

Kebun Kopi Lereng Kelir

Jl. Ke Dusun Gertas, Gertas, Kel. Brongkol, Kec. Jambu, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50663

Kontak: 0857-4096-2399 (Khamidin)
Facebook: Khamidin

Continue Reading

Hendro Teguh Prastowo, Berawal Dari Hobi Menjadi Kedai Kopi

Sederhana, ramah dan berilmu adalah deskripsi yang bisa menggambarkan HENDRO TEGUH PRASTOWO pemilik dari kedai kopi Gubuk Pentjeng (Penceng). Duduk berdua bersama beliau sambil menyeruput kopi adalah kesempatan spesial buat saya. Pria asli Solo ini mulai hijrah ke Ambarawa ketika kelas tiga SD dan menetap di Ambarawa sampai sekarang.

Tanpa basa-basi saya melontarkan pertanyaan kepada beliau, “Mas awal mulanya Gubuk Pentjeng itu gimana?” Mulailah dia bercerita. Pada suatu hari beliau membangun sebuah rumah di Ambarawa dengan konsep yang dia suka yaitu klasik serta penuh dengan tanaman hijau yang mana pada saat itu tren desain bangunan condong ke minimalist modern. Beliau memilih konsep tersebut karena memang suka dan ingin tampil berbeda.

Baca juga: Menyeduh Kopi Di Rumah Dikala Pandemi COVID-19

Rumah tersebut berada di salah satu desa di Ambarawa, karena tinggal di kampung pasti sering ada acara rutin seperti kumpulan RT, RW, pengajian dan lain-lainnya. Suatu ketika rumah beliau mendapatkan jatah untuk menjadi tuan rumah di beberapa acara rutin di kampung. Menyadari rumahnya tidak cukup untuk menampung tamu, kerabat dan teman-temannya akhirnya beliau membangun joglo berukuran 5 x 6 meter. 

Joglo yang dia bangun benar-benar menjadi solusi karena mampu menampung banyak tamu, teman dan kerabat yang berkunjung ke tempatnya. Semula berjalan lancar sampai beliau menyadari ketika akan menyuguhkan atau membuat minuman untuk tamu yang datang harus bolak-balik kerumah. Munculah ide cemerlang dari seorang Hendro Teguh yang mana ia berinisiatif membuat dapur kecil di dekat joglo tersebut.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Seiring berjalannya waktu, beliau menambah koleksi barang-barang klasiknya dan ditaruh di sekitar joglo. Mas wowok, panggilan akrab beliau mempunyai hobi mengoleksi barang-barang klasik sejak tahun 2016. Berawal dari joglo dan dapur kecil merembet sampai ke toilet, tempat sholat dan lain-lainnya. Pastinya bukan tanpa alasan, karena semua fasilitas tersebut sangat berguna untuk teman dan kerabat yang berkunjung ke tempatnya.

Hampir setiap hari beliau berada di situ untuk menikmati kesunyian dan ketenangan tempat tersebut, memang benar konsep dan penataan yang beliau lakukan sangat tepat sehingga memberi kenyamanan dan ketentraman kepada orang yang berada di situ. Beliau sangat suka dan puas dengan apa yang telah dia buat.

Sekitar Februari 2019 ada seorang teman menyarankan untuk membuka kedai kopi karena beliau memiliki tempat yang sangat nyaman. Awalnya ragu dan menolak, kemudian temannya bilang, “kamu itu egois, memiliki tempat senyaman ini tapi kamu nikmati sendiri, karena semua orang juga berhak menikmati kenyamanan tempat ini”. “Benar juga ya” guman mas Hendro. Akhirnya tidak berselang lama  masih di bulan dan tahun yang sama beliau memutuskan untuk membuka kedai kopi dan Mas Hendro sangat puas karena bisa berbagi kesenangannya kepada orang orang lain sampai saat ini.

Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Damai Di Pinggir Sawah Ambarawa

Kemudian saya bertanya lagi, Mas, kalau untuk nama Gubuk Pentjeng sendiri artinya apa ? Karena buat saya kosakata tersebut sangat unik dan mengena. Sambil tersenyum beliau menjawab, pada suatu malam di tempat tersebut mas Hendro memandang langit Ambarawa yang cerah yang bertabur bintang. Gubuk Pentjeng adalah rasi bintang, beliau berharap Gubuk Pentjeng bisa menjadi tempat untuk berbagi kenyamanan dan ketentraman. 

Intinya beliau mempunyai selera yang ia tuangkan di Gubuk Pentjeng dan ingin membagikan kepada semua yang singgah ke Gubuk Pentjeng. “Mas, saya bisa merasakan ketentraman tersebut” ucap saya dan beliau terbahak-bahak. 

Di penghujung obrolan mas Hendro memberikan saran kepada saya dan teman-teman semua yang ingin membuka bisnis kedai kopi di era pandemi seperti ini. Beliau berpesan lakukanlah riset terlebih dahulu, riset di sini sangat luas, mulai dari lokasi, konsep tempat, target dan kemampuan keuangan. Jangan karena tren semata menjadikan kita gegabah untuk memulainya, karena banyak sekali lini yang perlu diperhatikan dalam membuat atau mendirikan sebuah kedai kopi.

Figur: Hendro Teguh Prastowo, Kedai Kopi Gubuk Pentjeng Ambarawa

Saya mewakili tim Luden sangat berterima kasih kepada mas Hendro yang sudah menyempatkan waktu untuk bisa berbagi ilmu, tidak hanya tentang kopi, tetapi semuanya. Sehat selalu mas Hendro dan sukses selalu Gubuk Pentjeng

Nantikan perjalan Luden berikutnya. Salam rahayu.

Continue Reading