5 Perbedaan Utama Antara Kopi Instan dan Kopi Bubuk

Menikmati segelas kopi panas yang mengepul mungkin sudah menjadi rutinitas bagi kebanyakan orang di pagi hari. Mendapatkan asupan kafein tentu semakin menambah semangat dalam memulai hari. Namun, jenis kopi yang dipilih untuk dikonsumsi dapat mempengaruhi mood hari itu juga hlo. Tidak mengenakkan bukan memulai hari dengan menikmati kopi dengan cita rasa yang buruk.

Industri kopi di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Tidak mengherankan jika Indonesia menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Kemudian seiring berkembangnya zaman dan juga teknologi modern, mulai hadirlah kopi instan.

Kopi instan dan kopi bubuk dapat kita temui dengan mudah di supermarket, minimarket atau merchant online. Anda bisa memilih untuk menikmati jenis kopi seperti apa. Kedua jenis kopi tersebut tentu juga memiliki pangsa pasarnya tersendiri. 

Lalu apa yang membedakan kopi instan dengan kopi bubuk? Di artikel ini akan coba kami ulas secara singkat dan jelas.

Penggunaan Biji Kopi

Perbedaan utama kopi instan dan bubuk terletak pada dari apa kopi tersebut dibuat. Intinya baik kopi instan maupun kopi bubuk yang digunakan sama, kopi. Kopi bubuk merupakan biji kopi yang telah digiling dengan ukuran tertentu. Jenis kopi apa yang digunakan, akan menentukan seberapa baik kopi itu nantinya.

Hal ini berarti bahwa setelah cherry kopi dipetik dan dikeringkan, biji kopi tersebut kemudian disortasi, setelah itu disangrai sampai tingkat tertentu. Biji kopi tersebut kemudian digiling ke ukuran tertentu, sesuai dengan apa yang diminta oleh perusahaan kopi. Tapi di situlah proses berhenti. Kopi bubuk kemudian dikemas dan dikirim ke pasar.

Kopi instan juga merupakan kopi bubuk, tetapi kemudian diseduh menjadi kopi yang sebenarnya sudah dapat diminum. Hanya cairannya yang kemudian didinginkan dan dikeringkan (melalui berbagai proses) sehingga hanya padatan dalam kopi yang tersisa.

Proses yang paling umum adalah menyemprotkan kopi yang diseduh di dalam menara besar, di mana udara hangat disirkulasikan. Proses ini mengeringkan partikel kopi, yang kemudian terkumpul di bagian bawah. Setelah itu kopi dibasahi sedikit dan dimasukkan ke dalam drum, sehingga bisa menggumpal membentuk butiran yang kita semua kenal sebagai kopi instan.

Jadi singkatnya, kopi instan terbuat dari kopi bubuk yang sudah diseduh. Hal ini menjadikan kopi instan dan kopi bubuk memiliki perbedaan rasa yang sangat signifikan. Kopi bubuk memiliki lebih banyak rasa dan akan memberi aroma yang lebih kaya, dengan rasa yang lebih intense dan kompleks. 

Sementara kopi instan cenderung datar, bahkan seringkali sangat pahit. Jika terbiasa menyeduh kopi dari kopi bubuk, kopi instan akan tampak sangat lemah dan datar jika dibandingkan. Hal ini juga sangat berkaitan dengan jenis biji kopi yang digunakan untuk kedua jenis kopi tersebut, dan juga dengan merek yang memproduksinya.

Kopi instan dapat ditemukan di banyak rumah, karena biasanya lebih murah daripada kopi bubuk, atau setidaknya setara dengan kopi bubuk termurah. Kopi instan memiliki kelebihannya sendiri, tetapi ada beberapa hal yang hilang dari sensasi menikmati kopi bubuk.

Kopi Instan Larut Dalam Air

Kopi instan ketika diseduh akan larut ke dalam air atau cairan yang digunakan. Hal ini berarti bahwa perlu memperhatikan takaran air yang akan ditambahkan ke kopi instan yang diseduh. Sebaiknya tambahkan sedikit demi sedikit seperti yang tertera pada petunjuk kemasan.

Hal ini perlu dilakukan karena kopi instan cenderung memiliki rasa yang sangat datar, dan terlalu banyak air dapat memperburuk hasil seduhan. Selain kopi instan hitam ada juga kopi instan yang sudah mengandung campuran kopi dengan susu bubuk, gula, dan tambahan rasa lainnya.

Sedangkan kopi bubuk tidak akan larut ke dalam air, meskipun diaduk berkali-kali. Bahkan jika kebetulan menyeduh kopi dengan ukuran gilingan sangat halus, bubuk kopi tersebut akan tenggelam di dasar cangkir selang beberapa menit.

Kandungan Caffeine

Kopi bubuk seringkali memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi daripada kopi instan. Kafein diekstraksi dari biji atau bubuk kopi asli. Biasanya terjadi ketika bubuk kopi terkena panas, kemudian air akan menariknya keluar.

Hal ini berarti air panas yang bersentuhan dengan kopi akan menyerap kafein dalam bubuk kopi yang diseduh. Semakin lama kopi berada di dalam air, maka semakin banyak kafein yang diekstraksi.

Inilah mengapa seduhan kopi dengan french press, Ibric Turkish, bahkan pour over, semuanya akan menghasilkan minuman kopi yang sangat kuat dalam hal kafein dan bahkan rasa. Kopi bubuk akan memberi rasa kopi yang mudah disesuaikan dan dapat diulik sesuai keinginan.

Kopi Instan, jumlah kafein yang diekstraksi tergantung pada perusahaan yang memproduksi kopi instan tersebut. Seringkali bubuk kopi dibuat kuat hasil seduhan nya, bahkan cenderung pahit. Yang kemudian akan membutuhkan campuran banyak susu atau gula agar enak. Hal ini tentu tidak menyehatkan bagi tubuh yang sering mengkonsumsi kopi instan.

Kualitas Dan Harga

Kopi bubuk robusta biasanya memang lebih murah, tetapi memiliki kandungan kafein yang jauh lebih tinggi daripada arabika. Jadi jika harga kopi bubuk murah, sudah pasti menggunakan jenis kopi robusta.

Jenis kopi bubuk arabika juga banyak tersedia, tetapi untuk menghasilkan rasa yang lebih kuat atau lebih banyak kafein, biasanya di blend dengan sedikit robusta. Jika dibandingkan, robusta sebenarnya memiliki dua kali lipat kafein dari arabika, tetapi tergantung juga dari level roast-nya.

Banyak orang juga bermasalah untuk menikmati kopi robusta murni (kopi hitam), yang kemudian sering dicampur dengan gula dan krim agar lebih bisa dinikmati. Oleh karena itu mengapa robusta sering digunakan dalam seduhan kopi yang dicampur susu (cappuccino atau coffee latte).

Baca juga: Beberapa Hal Yang Harus Di Perhatikan Saat Membuat Kopi Latte

Kopi instan seringkali berkualitas buruk karena menggunakan biji Robusta. Selain murah, tentu juga karena kandungan kafeinnya yang tinggi agar benar-benar terasa kopi. Tapi justru inilah yang membuat kopi instan terasa tidak enak. Bisa dikatakan robusta instan lebih buruk daripada robusta bubuk yang diseduh.

Lama Waktu Menyeduh

Menyeduh kopi bubuk tentu harus menunggu beberapa menit, juga perlu menggunakan alat seduh atau mesin dan kemudian membuang ampas kopinya, baru bisa dinikmati. Bagi sebagian orang proses ini terlalu rumit dan memakan waktu terlalu lama.

Kopi instan, cukup tambahkan air panas dan selesai. Bahkan mungkin tidak perlu air panas. Jadi semisal sedang berkemah dan membutuhkan secangkir kopi. Sebungkus kopi instan tentu sangat membantu, tinggal dicampur air ke dalam botol/cangkir, selesai.

Namun ada juga yang berkemah dan mereka rela repot-repot membawa teko dan juga peralatan menyeduh. Hal ini dilakukan tentu untuk menikmati rasa kopi yang sebenarnya.

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan Hario V60 (Pour Over)

Jika memiliki waktu luang untuk mengulik, kopi bubuk tentu bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan cita rasa kopi yang kaya. Tentu saja dengan berbagai macam metode seduh yang bisa dipilih. Tetapi jika memang memerlukan asupan kafein di waktu yang terbatas, kopi instan juga bisa menjadi pilihan.

Jadi, tim kopi instan atau kopi bubuk?

Mungkin bisa dibagi di kolom komentar, Anda lebih memilih kopi instan atau kopi bubuk. Atau mungkin malah Anda bisa menikmati keduanya. Beda pendapat soal kopi instan dan bubuk sama sengitnya dengan perdebatan antara teh kantong dan teh daun.

Semoga penjelasan singkat di atas bisa sedikit membantu memahami apa itu kopi instan dan kopi bubuk, juga perbedaannya. Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Ini Yang Harus Di Perhatikan Saat Membuat Kopi Latte

Kita semua tahu cara menyeduh kopi terbagi menjadi dua garis besar, yaitu manual brew dan espresso based, yang mana kedua metode tersebut memiliki cara serta tantangan tersendiri, jadi tidak ada mana yang lebih baik. Pada artikel sebelumnya, kita pernah membahas cara menyeduh kopi menggunakan Hario V60 (Pour Over), dimana itu adalah salah satu metode seduh manual.

Nah, kali ini kita akan membagikan urutan proses membuat Hot Coffee Latte menggunakan mesin espresso Simonelli Aurelia II dan grinder Simonelli MDX OD. Tentu saja kedua alat tersebut sudah kami kalibrasi sesuai dengan bean dan air yang digunakan. Oh iya, untuk masalah kalibrasi akan kita bahas di artikel selanjutnya. 

Simonelli Aurelia II dan Grinder Simonelli MDX OD

Kali ini kita akan membuat Hot Coffee Latte menggunakan espresso single shot, kemudian untuk espresso nya sendiri kita memakai kopi blend, sebenarnya kita ingin memakai kopi single origin arabica, berhubung adanya kopi blend, ya sudahlah. Untuk lebih lengkapnya langsung saja kita mulai prosesnya.

Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Single Origin dan House Blend

Menggiling Kopi atau Grinding Coffee

Sebelum masuk ke proses yang pertama pastikan selalu gunakan kopi yang fresh, supaya mendapatkan hasil seduhan kopi yang segar dan nikmat. Langsung saja ke tahap pertama yang disebut grinding coffee, yaitu kita giling dulu roast bean yang akan dipakai.

Berhubung akan membuat espresso, maka kita menggunakan fine grind size, dimana dalam membuat espresso membutuhkan ukuran yang halus dan kali ini kita menggunakan kopi kurang lebih sebanyak 10-12 gram yang langsung kita tampung pada portafilter.

Proses Menggiling Kopi Menggunakan Grinder Simonelli MDX OD

Tamping

Kemudian kita padatkan secara merata kopi hasil gilingan di portafilter menggunakan alat yang bernama tamper, dimana proses ini dinamakan tamping. Tahap ini bisa dibilang krusial, karena tamping akan mempengaruhi hasil ekstraksi kopi espresso yang akan kita buat. Intinya semakin padat dan merata kopi di portafilter maka akan semakin baik hasil espresso nya.

Proses Tamping

Membuat Espresso

Setelah kita yakin semua bubuk kopi merata dan padat di portafilter, maka langkah selanjutnya adalah memasukan portafilter kedalam head group mesin espresso. Pastikan portafilter menempel presisi pada head group, karena jika tidak pas bisa berakibat fatal.

Baca juga : Mengenal Sejarah dan Komponen pada Mesin Espresso

Masukan Portafilter ke Headgroup

Mesin espresso Simonelli Aurelia II sudah kita setting dan kalibrasi sesuai dengan biji kopi dan air yang dipakai, jadi kita tinggal pencet dan proses ekstraksi kopi bisa dimulai dan akan berhenti sendiri. Apa itu kalibrasi? Akan kita bahas di artikel selanjutnya, Akhirnya kita sudah memiliki secangkir espresso, jadi kita tinggal memproses susunya.

Proses Membuat Espresso

Steam Milk

Setelah espresso sudah jadi, kemudian langkah berikutnya adalah menuang susu ke dalam milk jug dengan takaran kurang lebih 170 ml. Susu tersebut akan dihangatkan untuk membuat microfoam. Kita menyarankan agar selalu menggunakan susu segar, karena tidak semua jenis susu bisa untuk membuat microfoam yang halus.

Tuangkan Susu ke Milk Jug

Selanjutnya adalah proses steamed milk, yaitu kita akan menghangatkan dan membuat microfoam dari susu segar yang sudah ada di dalam milk jug menggunakan tekanan tinggi. Caranya adalah masukan steam wand yang ada pada mesin espresso ke dalam milk jug yang berisi susu, kemudian cari posisi yang tepat, selanjutnya tarik tuas sampai steam wand mengeluarkan tekanan. Disini adalah fase krusialnya, karena kalian harus tetap menjaga suhu susu supaya tidak terlalu panas dan tentunya membuat microfoam yang cantik.

Proses Steam Susu

Pouring Latte Art

Sekarang kita sudah memiliki satu cangkir espresso dan microfoam didalam milk jug. Langkah terakhir adalah tuangkan susu yang sudah di steam kedalam cangkir yang berisi espresso. Nah, disinilah proses membuat latte art, dimana kita dituntut memiliki nilai seni dalam menuangkan susu tadi, mulai dari jatuhnya susu ke espresso, kemudian menggoyangkan tangan untuk membentuk sebuah pola yang akan menghasilkan gambar yang indah di atas cangkir kopi kita.

Belajar Latte Art

Akhirnya selesai sudah proses membuat hot coffee latte kali ini. Uraian diatas adalah gambaran secara umum saja. Setiap tahap prosesnya memiliki treatment tersendiri, mungkin ada tambahan atau tips dari teman-teman bisa komen di bawah. Oh iya, saya tidak ahli dalam latte art, sampai jumpa di pembahasan selanjutnya, salam rahayu.

Hot Coffee Latte
Continue Reading

Mengenal Lebih Dalam Kopi Tubruk, Sajian Kopi Khas Indonesia

Siapa yang tidak tahu cara menikmati kopi dengan cara ini. Kopi tubruk merupakan salah satu tradisi dari sekian banyak cara menikmati si hitam yang ada di Indonesia. Cara menyeduh kopi yang sederhana tetapi dengan sejarah yang cukup panjang. Hampir bersamaan dengan masuknya kolonial di negara ini yang juga membawa bibit tanaman kopi.

Kopi berjenis arabika ini dibawa oleh Belanda pada abad 17 melalui Gubernurnya di Malabar, India, tepatnya tahun 1696. Yang kemudian oleh Gubernur Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) ditanam, namun karena banjir bibit kopi tersebut gagal tumbuh. Barulah pada tahun 1771, kopi berhasil ditanam dan diekspor oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).

Baca juga: Sejarah Awal Mula Kopi Masuk ke Indonesia

Budidaya kopi tersebut kemudian berkembang pesat, dan sangat menguntungkan Belanda. Kemudian disebarluaskanlah budidaya tanaman kopi ini ke beberapa daerah kolonial di Indonesia. Seperti Preanger, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Bali, Sulawesi hingga di ujung timur, Papua.

Dengan letak geografis sangat strategis, menjadikan Indonesia memiliki keanekaragam hayati dan tanah yang subur. Tidak mengherankan jika tanah Indonesia “ramah” untuk berbagai macam jenis, bahkan varietas tanaman kopi. Selepas kemerdekaan, industri kopi Belanda tersebut kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia dan juga swasta. Hal ini menjadikan Indonesia salah satu penghasil dan pengekspor kopi terbesar di dunia sampai saat ini.

Apakah itu Kopi Tubruk ?

Kata tubruk berasal dari bahasa Jawa yang artinya “bertabrakan”. Dimana bubuk kopi yang sudah ada di dalam gelas “ditabrak” dengan air panas, ada yang juga sudah dicampur gula. Gampangnya adalah ketika Anda menyeduh secangkir kopi tubruk, air panas, bubuk kopi dan gula pasir saling bertabrakan.

Baca juga: Tahapan-tahapan dalam Proses Menyeduh Kopi

Selain itu, tubruk juga bisa berarti hantam. Dikarenakan pada zaman dahulu belum ada alat penggiling modern seperti sekarang (kecuali yang dimiliki Belanda). Biji kopi yang diseduh akan dihaluskan dengan cara dihantam (ditumbuk) dengan menggunakan alat, yaitu alu dan lesung.

Sejarah Kopi Tubruk

Menurut sejarah kopi tubruk diperkenalkan pertama kali oleh pedagang dari Timur Tengah di era kolonial. Jika diperhatikan hampir mirip dengan metode seduh Turkish Coffee/Ibrik. Yang membedakan mungkin Ibrik langsung dipanaskan di semacam wadah yang sudah berisi kopi dan air di atas media pasir panas. Kita akan bahas metode ini di artikel lain.

Pada awalnya kopi tubruk juga dapat ditemui di daerah Jawa dan Bali. Dimana di daerah Bali cara menyeduh seperti ini disebut Kopi Salem (kopi hitam). Seiring berjalannya waktu dan juga dipengaruhi oleh migrasi penduduk, kopi tubruk mudah ditemui di seluruh penjuru nusantara. Tidak salah jika kemudian banyak yang menyebutnya kopi khas nusantara.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

Kopi Tubruk di Era Third Wave Coffee

Di era third wave coffee, di mana cara menikmati kopi tidak hanya soal meminumnya saja. Para penikmat kopi menjadi tertarik akan kopi itu sendiri. Entah itu asal muasal biji kopinya, proses pasca panennya sampai kepada penyajian sebelum kopi tersebut bisa diseruput. Bahkan era ini juga memberikan reaksi (nilai) terhadap kopi, jika dalam penyajiannya kopi yang dihasilkan dirasa kurang enak.

Dengan cara penyeduhan dan penyajian kopi yang beraneka ragam di era ini. Kopi tubruk masih mempunyai tempat tersendiri di kalangan penikmat kopi. Meskipun sama-sama hitam, kopi tubruk berbeda dengan americano maupun pour over coffee. Semuanya berbeda, mulai dari grind size, cara menyeduh dan final notes kopi yang dihasilkan.

Kopi tubruk disajikan dengan ampas kopinya. Jadi ketika Anda menikmati kopi tubruk akan ada endapan sisa bubuk kopi di cangkir. Ada juga yang menyebut kopi tubruk dalam bahasa Inggris dengan sebutan mud coffee. Tidak salah memang, karena bubuk kopi yang tercampur dengan air akan bertekstur seperti lumpur. Apalagi jika kopi tubruk yang pekat, tetapi di situ salah satu sensasi menikmati kopi tubruk.

Di era ini juga, kopi tubruk termasuk di dalam metode seduh immersion brew. Di mana bubuk kopi yang diseduh direndam secara terus menerus dalam air panas. Hal ini tentu menghasilkan ekstraksi kopi berkelanjutan. Tidak dipungkiri jika notes seduhan kopi tubruk di awal akan berbeda ketika hampir habis, akan ada rasa pekat pada tegukan akhir.

Coffee Cupping, Kopi Tubruk ?

Coffee cupping merupakan proses untuk mengobservasi kopi, sebelum kopi bisa dinikmati di cangkir para penikmatnya. Sederhananya proses ini adalah tahap untuk menemukan segala macam rasa yang ada di dalam kopi, selain itu juga untuk mendeteksi kemungkinan cacat rasa pada kopi tersebut. Hal ini dilakukan agar kopi yang akan dinikmati oleh konsumen, merupakan kopi yang sesuai dengan karakter dan profil yang diinginkan. 

Lalu apa hubungannya dengan kopi tubruk?

Proses coffee cupping dilakukan dengan immersion brew, mirip sekali dengan kopi tubruk bukan. Ya, sederhananya bubuk kopi yang sudah disiapkan dalam cangkir akan disiram dengan air panas. Yang membedakan tentu detail-detail kecil yang lebih diperhatikan dalam coffee cupping. Mulai dari berat bubuk kopi, grind size, suhu air dan juga jumlah air yang dituang, semuanya benar-benar dihitung dan diperhatikan.

Baca juga: Pentingnya Memilih Kualitas Air Untuk Menyeduh Kopi

Menarik bukan ketika membahas kopi tubruk, penyajiannya sederhana, namanya juga unik. Selain itu sejarahnya juga cukup panjang, masih bertahan dan bisa ditemui di banyak tempat. Jika Anda berkunjung ke coffee shop modern, menu kopi tubruk pasti ada di antara menu-menu kopi kekinian.

Ada yang menyebut, menyeruput kopi tubruk merupakan cara menikmati kopi yang sebenarnya. Tidak salah memang, karena karakter rasa dan juga profil dalam kopi akan benar-benar keluar ketika menikmati kopi tubruk.

Sebagian orang suka kopi tubruk dengan grind size halus, ada juga dengan grind size kasar. Anda sendiri suka kopi tubruk yang seperti apa? Mungkin bisa berbagi di kolom komentar.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

On The Rocks Coffee, Tempat Ngopi Kekinian di Salatiga

Dinobatkan sebagai kota paling toleran se Indonesia adalah pencapaian yang hebat untuk kota Salatiga, dimana pada era sekarang ini negara kita semakin turun tingkat toleransinya. Singgah sejenak di Salatiga memberikan pengalaman tersendiri untuk saya. Tentu saja ketika ada kesempatan berkunjung ke kota lain, saya pasti menyempatkan mengunjungi beberapa coffee shop, minimal satu lah.

Baca juga : Ngopi di Pinggir Sawah Kedai Kopi Tepikota Salatiga

On The Rocks Salatiga adalah jujukan saya kali ini ketika berada di Salatiga. Berlokasi di Jalan Osamaliki No 4, Sidorejo, Salatiga, lebih tepatnya berada di perempatan Jetis. Tidak sulit untuk menemukan kedai kopi ini, karena berada di tengah kota. Selain itu, design bangunannya sangat berbeda dari bangunan disekitarnya, dimana sekilas dari luar sangat mencolok konsep industrial minimalist, jadi lebih mempermudah untuk mengenalinya.

Sani (LUDEN) di Depan On The Rocks Salatiga

Baca juga : Steam & Brew Semarang, Coffee Shop Modern Minimalis ala Jepang

Pertama masuk jujur saya kebingungan, karena di depan coffee shop tidak ada tempat parkir. Di depan pintu masuk ada tulisan parkir di samping, maklum mata saya minus, maka harus lebih mendekat untuk melihatnya. Kita diarahkan ke samping kedai kopi, tepatnya kita akan masuk ke sebuah gang dan tempat parkirnya ada disebelah kanan. Tempat parkir disini lumayan luas, cukuplah untuk menampung beberapa kendaraan konsumen.

Tempat Parkir On The Rocks Salatiga

Tempat parkir tersebut langsung terhubung ke bagian belakang dari coffee shop ini. Dari parkiran kita melewati beberapa spot duduk di bagian belakang kemudian ada pintu masuk ke bangunan utama atau meja bar untuk memesan menu. Sebenarnya bisa juga kita keluar berjalan melewati gang samping untuk masuk lewat bagian depan On The Rocks Salatiga. Itu cuman opsi, kalau saya lewat belakang saja, karena males ribet lewat depan.

Kemudian saya masuk bangunan utama lewat belakang dan pertama kali yang terpintas di pikiran saya adalah tempat ini bersih dan simple. Penataan meja bar juga tepat dan pas, dimana tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Komposisi perbandingan meja bar dengan meja kursi konsumen sangat ideal, tidak terlalu rapat dan masih ada space.

Bar On The Rocks Salatiga

Di sini ada satu set sofa di dekat salah satu tembok tembok dan beberapa meja kursi kayu untuk konsumen yang ditata rapi dan elegan. Di Sisi lainnya, tepatnya di pintu masuk bagian depan bangunan ini menggunakan bahan kaca besar yang membuat pencahayaan ruangan ini semakin bagus. Di dekat kaca ditaruhlah beberapa set meja kursi, disini kita bisa melihat suasana luar atau halaman depan dari kedai ini.

Indoor On The Rocks Salatiga

Konsep desain bangunannya sangat kental dan terasa minimalist industrial-nya. Langsung saja saya menuju meja bar untuk memesan kopi. Menu disini terbagi dari tiga menu utama, yaitu menu kopi dengan turunannya mulai dari espresso based sampai manual brew juga tersedia, jadi kalian tinggal memilih, memang tidak ada yang lebih baik antara espresso based maupun manual brew, itu hanya masalah selera , kemudian menu non kopi yang sangat variatif dan menu makanan tentunya.

Menu On The Rocks Salatiga

Baca juga : Mengenal Perbedaan Kopi Espresso dan Manual Brew

Kali ini saya memutuskan untuk memesan Hot Cafe Latte, dimana itu minuman kesukaan saya. Untuk masalah harga disini menurut saya standar, tidak terlalu mahal atau murah. Definisi standar untuk kami adalah harga yang harus saya bayar sesuai dengan apa yang saya dapat, tidak hanya produk kopi, tetapi juga pelayanan dan kenyamanannya. Pastinya barista disini ramah, dimana hal itu wajib untuk semua coffee shop, karena kalau tidak ramah pasti tinggal menunggu waktu untuk gulung tikar. Cara pembayaran nya pun bisa tunai dan non tunai, jadi aman dan banyak pilihan tentunya.

Hot Coffee Latte On The Rocks Salatiga

Setelah memesan menu dan membayar saya memilih duduk di dalam bangunan utama, tepatnya ada di sebelah dari meja bar karena saya mencari colokan untuk laptop saya dimana tugas sudah menumpuk. Sambil menunggu kopi dibuatkan, saya mulai bekerja dengan laptop.

Tempat disini enak untuk bekerja atau sekedar me time. Beberapa menit kemudian kopi diantarkan oleh barista tadi. Hot Cafe Latte saya cicipi, enak dan gurih, itu yang saya rasakan. Kebiasaan saya ketika ada kopi ya harus merokok, ternyata di dalam bangunan utama di kedai kopi ini no smoking, jadi saya harus ke luar untuk menyeruput kopi dan menghisap rokok.

Salah Satu Sudut Indoor On The Rocks Salatiga

Laptop saya tutup, kemudian saya bawa cangkir kopi keluar halaman depan. Untung mendung, jadi di outdoor depan tidak terlalu panas. Beberapa meja dan kursi di halaman outdoor bagian depan ditata sangat rapi. Kemudian saya memilih salah satu kursi yang tersedia. Kutaruh cangkir dan kubakar rokok sambil menikmati sekitar.

Meskipun tempat ini berkonsep minimalis modern, tetapi masih terdapat beberapa pepohonan yang tidak besar, paling tidak bisa sedikit merefresh mata dengan hijaunya dedaunan. Satu pohon kamboja yang lumayan besar menyita perhatian saya yang terletak di salah satu sudut halaman depan ini. Sambil bergumam pohon kamboja berbunga kuning cocok juga dengan konsep bangunan seperti ini.

Halaman Depan On The Rocks Salatiga

Baca juga : The Cabin Coffee Bar, Tempat Ngopi Paling Cozy di Magelang

Sebatang rokok cukup, kemudian saya menuju ke toilet sebelum melanjutkan tugas saya. Lokasi toilet berada di belakang, tepatnya kita harus keluar dari bangunan utama tetapi lewat belakang, kemudian menuruni beberapa anak tangga dan toilet ada di sisi kanan. Bersih dan wangi, itulah gambaran dari toilet disini.

Toilet On The Rocks Salatiga

Di Sekitar toilet juga ada beberapa meja kursi outdoor, dimana toilet berada di halaman belakang bangunan. Gambaran umum dari tempat ini adalah bangunan utama indoor no smoking, serta memiliki dua halaman outdoor di depan dan belakang yang mana bisa menjadikan banyak pilihan untuk konsumen memilih tempat duduk.

Halaman Belakang On The Rocks Salatiga

Kesimpulan saya tentang On The Rocks Salatiga adalah tempat yang bersih dan nyaman untuk ngopi sendiri maupun chill bersama teman-teman. Yang bikin saya penasaran dan lupa tanya ke barista disini adalah arti nama dari On The Rocks Salatiga. Mereka mencantumkan kata “SALATIGA” di-brand-nya. Maksud saya apakah kedepan akan hadir On The Rocks dengan kata belakang kota-kota lainnya, dimana dalam pendapat saya akan hadir cabang baru On The Rocks di kota lainnya, itu cuman asumsi saya.

Sukses selalu untuk On The Rocks Salatiga, salam rahayu.

Peta Jalan On The Rocks Coffee Salatiga
Peta Jalan On The Rocks Coffee Salatiga

On The Rocks Coffee

Jl. Osamaliki No.4, Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50714

Hari Buka: Senin – Minggu
Jam Buka: 10.00 WIB – 21.00 WIB
Kontak: 0813-2734-3633
Instagram: @ontherocksalatiga

Continue Reading