Kisah Septian Iqbal dari Barista Menjadi Coffee Roaster

Siang ini cuaca di kota Semarang cukup panas, cuaca khas daerah pesisir pantai. Tapi tidak mengurangi semangat kami untuk mengambil kopi yang bisa dibilang, fresh from the roastery. Setelah waktu sebelumnya kami berkesempatan ngobrol dengan owner Steam and Brew, Lukas Ryan. Kali ini kami berbincang dengan salah satu roaster di Steam and Brew, Septian Iqbal.

Baca juga: Kisah Lukas Ryan Mendirikan Steam & Brew Semarang

Masih berlokasi di Jl. Depok no. 36 A Semarang, karena memang kebetulan Steam and Brew, yang selain coffee shop juga memiliki roastery. Selain untuk diseduh di tempat, teman-teman juga bisa membeli roasted beans di sini. Harganya variatif, tergantung beans dan juga proses pengolahan pasca panen nya, ada kopi lokal dan juga beberapa kopi dari luar negri.

Septian Iqbal dari Barista Menjadi Coffee Roaster

Kami langsung masuk ruang roastery, di mana Iqbal, nama panggilannya, sudah menunggu kami di sana. Aroma harum kopi yang masih disangrai langsung tercium begitu kami masuk ke dalam. Ahh, aroma yang selalu membuat kangen ketika kami berkunjung ke roastery. Kami disambut dengan ramah oleh Iqbal, sambi memberi kopi pesanan kami.

“Keburu gak mas ?”, Iqbal bertanya ke kami, “Sekalian kita icip bareng kopi di sini mas”, begitu tambahnya. Tentu kami iyakan ajakannya, karena kami memang berencana untuk ngobrol-ngobrol dengan nya. “Kopi apa ini ?”, kami bertanya pada Iqbal. “Kerinci Mas”, begitu jawabnya. Perpaduan yang menyenangkan bukan, ngobrol sambil ngopi.

Iqbal(Roaster) dan Sani(LUDEN)
Iqbal (Roaster) dan Sani (LUDEN)

Kamipun mengawali perbincangan kami dengan bertanya, “Roasting kopi gini susah gak sih?”. Menurut Iqbal memang susah, tapi bisa dipelajari. Untuk urutan proses roasting Iqbal menjelaskan secara singkat. Diawali menimbang green beans yang mau di-roasting, memanaskan mesin roasting, kemudian mulai rolling, memasukkan green beans dan menunggu prosesnya sampai selesai.

Baca juga: Roasting Kopi: Proses Penting Dalam Menentukan Cita Rasa

Iqbal juga bercerita bagaimana dia bisa menjadi roaster seperti sekarang. Awalnya dia di belakang bar atau bisa dikatakan PSK (Pegawai Seduh Kopi) di salah satu kedai kopi di Ambarawa, Ludens. Setelah itu dia melanglang ke Tangerang, Jakarta kemudian balik lagi ke Semarang.

Kesempatan untuk menjadi roaster didapatkan Iqbal pada tahun 2018 awal, ketika itu dia ditawari owner untuk mengisi posisi roastery. Bisa dikatakan kesempatan baru atau tantangan baru bagi Iqbal, setelah sebelumnya hanya bergulat di balik meja bar. Dia juga menambahkan belajar roasting itu timeless, karena dari tahun 2018 awal mula dia mulai menggeluti roasting sampai sekarang, dia merasa masih perlu belajar.

Iqbal Profesional Roaster
Iqbal Profesional Coffee Roaster

Iqbal juga bercerita bagaimana suka dukanya menjadi seorang roaster. Untuk sukanya dia berujar punya kesempatan untuk nyicipi kopi dari berbagai tempat karena di-support oleh owner, selain itu juga memiliki relasi baru dan juga belajar hal baru di industri kopi. Sedangkan untuk dukanya, menurutnya adalah ketika mencari customer. Karena kebetulan dia jadi roaster di Steam and Brew baru sekitar awal tahun 2020, kemudian ada pandemi yang tentunya sangat berdampak.

Baca juga: Menyeduh Kopi Di Rumah Dikala Pandemi COVID-19

Hal yang paling dia ingat ketika bergelut di industri kopi adalah ketika dia di Jakarta. Kebetulan waktu itu akhir bulan, dan sudah saatnya membayar kost, uangnya sudah habis. Akhirnya dia harus tidur di gudang tempat dia bekerja sebelumnya, dan itu berjalan selama 1 bulan. Baginya sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa ketika hidup merantau.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Untuk menjadi roaster Iqbal juga bercerita, tentunya ada kesempatan, seperti yang dia dapatkan di Jakarta waktu itu. Selain itu dia menambahkan, saat ini kelas roaster sekarang juga sudah ada. Tinggal mau pilih yang seperti apa, ada yang kelas lokal juga ada kelas internasional, menyesuaikan kebutuhan. Tentu saja kelas tersebut berbayar, dimana nantinya akan mendapatkan sertifikat roaster. Menurutnya kalau sudah ada relasi yang banyak di industri kopi juga sangat membantu.

Baca juga: Profesi Barista, Menghidupi Kah? Feat Andre Rivaldo

Tak terasa kopi sudah mau habis, kami juga masih ada kegiatan lain. Kami kemudian pamit dan membawa kopi yang sudah kami pesan. Terima kasih Iqbal untuk jamuan kopi dan obrolan singkatnya. Sehat selalu dan semoga sukses kedepannya, semoga nanti kita bisa kolaborasi.

Salam rahayu.

Continue Reading

Mengenal Sejarah dan Komponen dari Mesin Espresso

Di jaman modern seperti sekarang, kopi dikonsumsi jutaan orang di seluruh dunia. Cara menikmati si hitam pun dilakukan dengan berbagai macam metode. Mau yang “murni” dan cita rasa kuat, bisa memilih espresso, atau malah metode paling tradisional, kopi tubruk. Ya, Anda bisa memilih metode sesuai selera anda untuk menyeruput kopi. 

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Ketika berkunjung ke kedai kopi kegemaran Anda, kita sering melihat mesin espresso dengan gagahnya berdiri di meja bar. Mesin espresso ini banyak macamnya, dari ukuran, fungsi, teknologi, model dan juga harganya. Bisa diibaratkan mesin espresso merupakan “nyawa” dari kedai kopi, karena dari espresso based , kita bisa menikmati banyak macam seduhan kopi.

Kopipedia kali ini, kami akan sedikit berbagi soal mesin espresso.

Apa Itu Espresso?

Pada dasarnya espresso merupakan metode menyeduh kopi, dimana kopi yang dihasilkan volumenya kecil tetapi memiliki rasa yang kuat. Espresso diseduh dengan cara menyemburkan air panas dengan tekanan tinggi dan kecepatan tertentu melewati bubuk kopi yang sudah ditempatkan di wadah, biasa disebut portafilter. Oleh karena itu perlu mesin khusus untuk membuat espresso.

Baca juga: Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Ada beberapa ide tentang arti nama espresso karena kata-kata express, expres dan espresso masing-masing memiliki beberapa arti dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Italia. Arti pertama berasal dari “tekanan” karena Anda memeras rasa dari kopi menggunakan tekanan uap. Yang kedua berasal dari kecepatan di mana kopi dibuat seperti dan “kereta ekspres”.

Mesin espresso memang menjadi tonggak baru cara menikmati kopi saat itu (abad 19), karena sebelum ada mesin espresso, perlu waktu 5 menit untuk menyeduh kopi bahkan lebih. Padahal waktu itu popularitas kopi sedang di puncaknya, hal itu tentu menjadikan antrian lebih lama karena banyaknya permintaan.

Sejarah Mesin Espresso

Diawali oleh seorang ahli mekanik dari Turin bernama Angelo Moriondo yang pada tahun 1884 mematenkan mesin yang dia beri nama “new steam machinery for the economic and instantaneous confection of coffee beverage.” Merupakan cikal bakal mesin espresso yang kita kenal saat ini. Bisa menghasilkan tekanan sampai 1,5 bar dari uap yang dihasilkan untuk membuat espresso.

Setelah beberapa lama ada dua orang dari Milan yang juga merupakan “maker of liquors”, Luigi Bezzera and Desiderio Pavoni. Mereka berdua juga disebut Steve Wozniak and Steve Jobs-nya espresso. Mereka mengembangkan desain mesin espresso dari Moriondo, dan melakukan terobosan dengan memperkenalkan portafilter, multiple brewheads, dan banyak inovasi lain yang masih kita lihat di mesin espresso saat ini. Dari hasil pengembangan mesin ini akhirnya lahirlah mesin espresso single-shot pertama. 

Mesin pertama buatan Bezzera ini dalam pengoperasiannya dipanaskan di atas api terbuka sehingga sulit untuk mengontrol tekanan dan suhu. Kekurangan pada mesin ini lalu disempurnakan oleh Pavoni yang membeli patent Bezzera pada tahun 1903. Sebagai catatan dialah yang pertama kali menciptakan katup rilis pada tekanan mesin. Mesin ini diberi nama  “cafeé espresso“ dan pertama kali dipamerkan di Milan Fair pada 1906.

Mesin espresso ini mampu menghasilkan 1.000 cangkir espresso dalam 1 jam. Meskipun cepat, efek sampingnya membuat kopi terasa gosong atau pahit dan hanya dapat menghasilkan tekanan maksimal sebesar 2 bar. Seiring berjalannya waktu ketika listrik menggantikan gas dan juga Art Deco menggantikan estetika krom dan kuningan pada awal abad ke-20. Mesin espresso menjadi lebih kecil dan efisien, tetapi tidak ada inovator kopi yang berhasil membuat mesin yang dapat menyeduh dengan tekanan lebih dari 1,5-2 bar tanpa membakar kopi. Pavoni mendominasi pasar espresso selama lebih dari satu dekade.

Orang yang akhirnya melampaui batas hasil tekanan mesin sebesar 2 bar adalah pemilik kafe dari Milan, Achille Gaggia. Dalam mesin Gaggia, yang ditemukan setelah Perang Dunia II, tekanan uap dalam boiler memaksa air masuk ke dalam silinder yang selanjutnya diberi tekanan oleh tuas piston pegas yang dioperasikan oleh barista. Hal ini tidak hanya meniadakan kebutuhan akan boiler besar, tetapi juga secara drastis meningkatkan tekanan air dari 1,5-2 bar menjadi 8-10 bar.

Baca juga: Tips Memilih Mesin Espresso Yang Terbaik Sesuai Dengan Kebutuhan

Tapi mungkin yang paling penting, dengan penemuan mesin tuas bertekanan tinggi, muncul istilah crema – merupakan busa yang mengapung di atas cairan kopi yang merupakan ciri khas espresso berkualitas. Sebuah anekdot sejarah mengklaim bahwa konsumen awal meragukan “busa yang mengambang di atas kopi mereka sampai Gaggia mulai menyebutnya sebagai “caffe creme“, yang menunjukkan bahwa kopi itu berkualitas sehingga menghasilkan crema sendiri. Dengan tekanan tinggi dan golden crema, mesin tuas Gaggia menandai kelahiran espresso kontemporer.

Revolusi berikutnya dalam mesin espresso terjadi pada tahun 1960-an ketika mesin piston Gaggia dikalahkan oleh Faema E61. Diciptakan oleh Ernesto Valente pada tahun 1961, E61 memperkenalkan lebih banyak inovasi. Alih-alih mengandalkan tenaga manual barista, mesin ini menggunakan pompa bermotor yang mampu menghasilkan tekanan sebesar 9 bar. Dengan inovasi teknis, ukuran yang lebih kecil, efisien, dan desain baja tahan karat yang ramping, E61 langsung sukses dan termasuk dalam jajaran mesin kopi paling berpengaruh dalam sejarah.

Bagian-Bagian Mesin Espresso

Mesin espresso tentu memiliki bagian-bagian utama yang penting. Berikut kami coba uraikan satu persatu.

Portafilter

Merupakan alat untuk menempatkan kopi yang sudah digiling sebelum ditempatkan dalam group head untuk menyeduh espresso. Namanya mudah diingat selama Anda menganggapnya sebagai filter portable (karenanya disebut, portafilter). Komponen Portafilter antara lain, Handle, Portafilter Basket dan Portafilter Spring.

Water Boiler

Boiler adalah kontainer atau tabung yang ada di dalam mesin espresso. Bagian ini menyimpan air panas yang nantinya digunakan untuk membuat espresso maupun frothing susu.

Baca juga: Pentingnya Memilih Air Yang Digunakan Untuk Menyeduh Kopi

Group Head

Di sinilah semua keajaiban terjadi, bagian inilah yang bertugas mengekstraksi kopi dengan tekanan yang tinggi. Kadang-kadang disebut sebagai group brew atau brew head, komponen ini lebih dikenal sebagai group. Di sinilah Anda memasukkan portafilter saat bersiap untuk menyeduh espresso.

Steam Wand

Steam wand adalah pipa penyembur uap untuk memanaskan dan membuihkan susu. Proses membuihkan susu ini dikenal dengan frothing. Biasa digunakan dalam pembuatan sajian minuman espresso dengan campuran susu. 

Drip Tray

Merupakan tempat tetesan atau sisa-sisa air saat mengekstrak kopi. Tidak hanya untuk menampung air, tapi juga ampas atau sisa-sisa bubuk kopi yang tercecer.

Selain mesin espresso, sekarang juga banyak kita temui espresso maker manual. Jadi pengoperasiannya tanpa menggunakan mesin, beberapa diantaranya yang terkenal adalah Flair dan ROK Presso. Keduanya menggunakan tuas untuk menghasilkan tekanan dalam menyeduh espresso. Kita akan bahas alat-alat ini lebih dalam di artikel lain.

Baca juga: Roasting Kopi: Proses Penting Dalam Menentukan Cita Rasa Kopi

Semoga uraian singkat mengenai mesin espresso bisa menambah sedikit wawasan Anda, baik itu sejarah maupun hal lainnya. Siapa tahu Anda jadi ingin memiliki satu di rumah, atau mungkin teman-teman barista bisa berbagi mesin apa yang dipakai saat ini, bisa ditulis di kolom komentar.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Kisah Lukas Ryan Mendirikan Steam & Brew Semarang

Pagi yang cerah mengiringi perjalanan kami menaiki sepeda motor menuju sebuah coffee shop di kota Semarang. Kami mengawali pagi selalu dengan kopi supaya tetap semangat menjalani hari-hari. Berhubung stok kopi kami di rumah sudah habis, maka kita putuskan menuju ke Steam & Brew untuk menikmati kopi spesialtinya dan mengambil roast bean pesanan kami, serta yang paling seru adalah kami sudah janjian bertemu dengan pemilik nya langsung untuk berbagi cerita tentang awal mula Steam & Brew dibuat, karena Steam & Brew adalah coffee shop spesial buat kami.

Baca juga: Kisah Septian Iqbal Dari Barista Menjadi Coffee Roaster di Steam & Brew

Kisah Lukas Ryan Mendirikan Coffee Shop Steam & Brew di Semarang

Jl. Depok No.36 A Semarang adalah lokasi dari Steam & Brew berada. Kami memarkir motor tepat di depannya, kemudian membuka pintu kaca coffee shop dan ternyata koko Lukas sang pemilik sudah ada disana. Dengan hangat dia menyambut kami dan membuatkan secangkir cappucino yang menjadi asupan kafein pertama kami di hari ini.

Sani(LUDEN) di Steam & Brew Semarang
Sani(LUDEN) di Coffee Shop Steam & Brew Semarang

Kami dan beliau duduk didekat bar, dan langsung saja kami bertanya, “Ko, gimana sih awal ceritanya kamu bisa membuat Steam & Brew ini? Kemudian dia bercerita, ketika kuliah di Surabaya pada kisaran tahun 2014 dia menemukan sebuah coffee shop yang mengeluarkan kopi spesialtinya yang mana dahulu kebanyakan orang termasuk dia hanya tau Starbucks saja. Coffee Shop tersebut memiliki tempat yang homie dan tentunya kopi spesialitinya membuat lukas sangat tertarik, kemudian dia mengulik mencari informasi tentang kopi specialty di YouTube dan yang keluar adalah Australia dan negara-negara Eropa. Dia berpikir kenapa di luar negeri sudah banyak coffee shop dengan spesialtinya dan di sini baru sekarang

Lukas Ryan Owner Coffee Shop Steam & Brew Semarang
Lukas Ryan Owner Coffee Shop Steam & Brew Semarang

Baca juga: Hendro Teguh Prastowo, Berawal Dari Hobi Menjadi Kedai Kopi

Sesekali ketika pulang ke Semarang dia tidak menemukan coffee shop yang homie dan memiliki kopi spesialtinya. Kebanyakan dari mereka menjual kopi blend saja, kemudian dia berpikir mungkin disini kultur dan budaya ngopinya memang seperti ini.

Dia sempat bekerja menjadi barista di Surabaya adalah langkah yang tepat menurut kami, karena ketika ingin memiliki atau mempunyai coffee shop harus merasakan langsung terjun di dunia tersebut. Awalnya dia ditawari untuk bekerja di Starbucks tetapi dia menolak karena masih kuliah dan inginnya kerja di coffee shop yang lebih homie. Setelah beberapa bulan bekerja di coffee shop yang diinginkan, kemudian dia melakukan perjalanan ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk mencari referensi coffee shop yang sesuai dengan seleranya. Dia banyak sekali mencari informasi lewat YouTube dan mendapatkan pengetahuan tentang specialty coffee di bawah naungan SCAI sampai ke level SCAA dan SCAE. Berkat ke kekepoannya tersebut dia terus mengulik tentang apa itu kopi specialty sampai dia berikrar harus bisa membuat coffee shop di Semarang yang homie dan ada specialty kopinya.

Baca juga: Profesi Barista, Menghidupi Kah? Feat Andre Rivaldo

Pemilihan nama Steam & Brew sendiri juga sangat unik, dimana kala itu dia suka dengan espresso dan latte art, sedangkan di Semarang sendiri identik dengan manual brew. Kata Steam sendiri adalah uap yang secara teknis menjadi salah satu bagian penting dalam membuat espresso, dan brew sendiri adalah proses menyeduh kopi.

Bar Coffee Shop Steam & Brew Semarang
Bar Coffee Shop Steam & Brew Semarang

Untuk desain bangunannya sendiri, dia menggabungkan konsep minimalis dengan scandinavian, yang mana ia mendapatkan banyak referensi dari coffee shop Jepang. Dia bercerita kembali, setelah bekerja menjadi barista beberapa bulan dia melakukan perjalanan ke Jakarta, Singapura, Australia dan tempat lainnya untuk mencari referensi tentang bisnis coffee shop. Ada beberapa hal yang menjadi kunci pembelajarannya, seperti kopi itu sendiri, tempatnya, dan vibe nya, atau suasana dan mood dalam didalam sebuah coffee shop itu sendiri.

Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Coffee Shop Bertema Jawa Klasik

Cappucino racikan Steam & Brew sangat nikmat dan tepat menjadi kawan ngobrol kami bersama Lukas pemilik dari Steam & Brew. Obrolan kita berlanjut ke suka duka memiliki sebuah coffee shop. Menurutnya, salah satu keuntungan memiliki coffee shop adalah menambah relasi, apalagi dia juga suka bersosialisasi tentunya itu sangat seru. Untuk dukanya sendiri adalah ketika konsep coffee shopnya bertolak belakang dengan budaya ngopi di Semarang, dimana waktu itu di Semarang tempat ngopi harus luas dan bisa untuk nongkrong, sedangkan konsep Steam & Brew sendiri ingin menyajikan kopi yang berkualitas, makanan ringan yang tidak berat, dan bisa berdiskusi dan chill sebentar terus cabut. Perbedaan tersebut tidak menjadi masalah untuk dia, karena dia ingin menawarkan konsep yang baru mengenai sebuah coffee shop, tentu saja itu berproses dan tidak instan.

Sani(LUDEN) dan Lukas Ryan (Steam & Brew)
Sani(LUDEN) dan Lukas Ryan (Steam & Brew)

Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan

Alasan kenapa Steam & Brew sangat spesial untuk kami karena dia selalu memberikan kopi dengan great special. Sebenarnya menu yang ditawarkan sama seperti coffee shop pada umumnya, seperti long black, cappuccino, filter kopi, tetapi bedanya adalah Steam & Brew memiliki industri roasting sendiri sehingga dia bisa memberikan secangkir kopi yang sangat nikmat karena dia bisa kalibrasi dengan apa yang dia punya, misalkan saat ini air yang ia gunakan adalah Cleo, maka dia berupaya roasting kopi dengan level tertentu agar ketika diseduh cocok dengan air Cleo yang digunakan, hal tersebut tidak mudah karena harus menguasai ilmu kimia, fisika, matematika, dan lain-lainnya.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan V60 (Pour Over)

Sungguh inspiratif sekali pengalaman dari Lukas Ryan mengenal kopi sampai memiliki coffee shop sendiri karena banyak sekali yang dapat kita ambil dari pengalamannya. Jika ingin berwirausaha di bidang apapun harus lebih banyak mengulik seputar dunia tersebut, serta kita juga harus mencoba terjun langsung ke dunia tersebut meskipun hanya menjadi karyawan, karena pengalaman di lapangan lebih berguna dari teori-teori yang ada di media, apalagi hanya sekedar “jarene”. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua. Nantikan artikel kita berikutnya. Salam rahayu.

Peta Jalan Coffee Shop Steam & Brew Semarang
Peta Jalan Coffee Shop Steam & Brew Semarang

Coffee Shop Steam & Brew Semarang

Jl. Depok No.36 A, Kembangsari, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah 50133

Hari Buka: Senin – Minggu
Jam Buka: 08.00 WIB – 21.00 WIB
Kontak: 0821-3839-8068
Instagram: @steamandbrew.co

Continue Reading

Menyeduh Kopi di Rumah Dikala Pandemi COVID-19

Budaya ngopi di coffee shop sudah seperti menjadi rutinitas bagi para pecinta kopi. Ada yang kurang rasanya kalau sehari belum main ke kedai kopi, entah itu kedai kecil rumahan atau yang instagramable. Berkunjung ke coffee shop selain untuk mencukupi kebutuhan caffeine, juga sebagai ajang bersosialisasi atau sekedar menikmati me time untuk melepas penat.

Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan

Tapi kita tahu, dengan kondisi pandemi yang masih belum jelas kapan berakhirnya, sangat membatasi segala gerak kita. Tempat wisata ditutup, work from home, rumah makan dan kedai kopi hanya boleh melayani take away. Dan kebijakan-kebijakan lain yang intinya untuk menahan laju penularan virus COVID-19.

Apalagi mulai tanggal 3 Juli kemarin sampai 20 Juli, Pemerintah menetapkan PPKM Darurat Jawa-Bali. Hal ini tentu semakin membatasi gerak kita para pecinta kopi, untuk menikmati kopi dan suasana di coffee shop yang biasa dikunjungi. Tetapi jangan takut, Luden akan bagi beberapa tips ngopi di rumah, layaknya di coffee shop.

Baca juga: Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Membuat Kopi Sendiri Atau Memesannya

Di masa PPKM, gerai makanan dan minuman tetap buka namun tidak mengizinkan para pelanggan untuk mengkonsumsinya di tempat. Nah, hal ini tentu jadi kesempatan buat Anda untuk memesan kopi dari kedai favoritmu, atau mencoba kedai lain di sekitar. Tidak ada salahnya bukan.

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan V60 (Pour Over)

Namun, jika Anda tak mau membelinya dari luar, bisa hlo membuat kopimu sendiri dengan bahan-bahan yang tersedia di dapurmu. Apalagi jika Anda memiliki alat-alat seduh manual yang variatif. Biar makin aesthetic layaknya di coffee shop, bisa juga memilih tampilan gelas yang kekinian biar makin mirip kayak ngopi di kedai kopi.

Baca juga: Pentingnya Memilih Air Yang Digunakan Untuk Menyeduh Kopi

Cari Spot Terbaik

Ya, Anda bisa cari spot di rumah yang dirasa paling nyaman, sehingga betah untuk berlama-lama. Sebagian besar pecinta kopi saya yakin seperti itu, pesan sekali nongkrongnya lama. Mungkin bisa ditambah meja kecil, silahkan berkreasi semaksimal mungkin.

Ngopi di Rumah Saja
Foto oleh Rizky Subagja. Sumber Unsplash

Bisa juga ditata sedemikian rupa seperti sedang sambil kerja di kedai kopi, ditambahkan laptop, atau buku catatan kecil. Meski di rumah sensasinya bakal serasa ngopi di coffee shop.

Sentuhan Kecil Dekorasi

Tidak ada salahnya juga Anda bisa menambahkan beberapa dekorasi kecil di sudut rumah yang sudah dipilih. Yang membuat kita berlama-lama kadang sentuhan dekorasi coffee shop tersebut.

Baca juga: Kedai Kopi Gubuk Pentjeng, Coffee Shop Bertema Jawa Klasik

Bagian menyenangkannya, kita bisa tentukan sendiri dekorasi seperti apa yang diinginkan. Bisa dipadu padankan, mungkin lukisan/poster atau juga vas/pot tanaman kecil.

Playlist Lagu Favorit

Salah satu hal penting yang tidak boleh ketinggalan, dan menambah suasana layaknya ngopi di coffee shop adalah alunan musik. Ketika kita di coffee shop, pasti tahu jenis-jenis musik apa yang biasa diputar, itu dilakukan supaya pelanggan betah.

Tentu kita bisa melakukan ini juga di rumah, sehingga membuat acara ngopi di rumah makin mirip di kedai kopi. Bahkan kita bisa menentukan sendiri playlist lagu favorit kita. Hal ini tentu menjadikan suasana rumah rileks, dan WFH pun jadi menyenangkan.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Semoga tips singkat ini bisa membuat aktivitas ngopi di rumah lebih menyenangkan dan nyaman. Atau malah Anda mungkin sudah melakukannya di rumah, bisa bagi di kolom komentar. Sekali lagi, tetap jaga kesehatan, jaga imun serta orang-orang yang kita cintai.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Baca juga: Feri Oky Triansah, Buka Kedai Kopi Di Era Pandemi

Continue Reading

Ngopi di Suharno Horse Stable Feat Hengki Yandrika

Trip Luden kali ini cukup menarik, kami berkunjung ke Suharno stable di daerah Jimbaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Perjalanan ke lokasi kami tempuh menggunakan kendaraan bermotor, cukup dekat sekitar 30 menit dari lokasi kami di Ambarawa. Pagi itu cuaca cukup cerah setelah semalam diguyur hujan deras, menjadikan suasana yang pas untuk riding.

Sesampainya kami di lokasi, mas Hengki selaku pengelola sudah menunggu kedatangan kami. Kebetulan kami memang sudah sesuaikan jadwal dengan beliau, untuk bertamu dan berbincang. Meski masih muda, bisa dibilang beliau sudah cukup mengecap asam manis “dunia kuda”.

Hengki Yandrika Pengelola Suharno Stable
Hengki Yandrika Pengelola Suharno Stable

Sejenak bertegur sapa beliau langsung mengenalkan koleksi kudanya paling baru, Sephia namanya. Kebetulan hari ini tapal kuda tersebut sedang diganti dengan yang baru. Juga ada Angelo, yang merupakan pejantan di stable Suharno. Kuda yang berasal dari New Zealand tersebut berusia 8 tahun.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Menurut mas Hengki usia tersebut merupakan usia pejantan yang sedang matang-matangnya. Angelo juga sudah memperanakan banyak kuda yang memenangi pacuan kuda nasional. Oh ya, Angelo ini termasuk kuda pacuan (balap kuda). “Selain jenis kuda pacuan, juga ada beberapa jenis kuda lain, salah satunya kuda tunggang (equestrian)“, begitu mas Hengki menambahkan.

Setelah melihat proses penggantian tapal kuda pada Sephia, yang berusia 10 tahun lebih, juga merupakan indukan di stable ini. Kami menuju gazebo kecil di samping lapangan tempat kuda biasa dilatih. Tempat yang pas untuk bercengkrama dan menikmati kopi tentunya. Tentu saja kami membawa peralatan seduh kami, kecuali kettle yang ternyata tertinggal.

Proses Pergantian Tapal Kuda
Proses Pergantian Tapal Kuda

Menyeduh kali ini kami membawa beans dari Penceng Kopie. Merupakan salah satu teman roastery kami yang ada di Ambarawa. Kami membawa single origin arabica Lereng Gunung Ungaran. Bagi mas Hengki ini pengalaman pertamanya menyeduh kopi secara langsung, dari biji yang digiling kemudian diseduh. Wangi sekali menurut beliau aromanya, kami juga memilih metode paling simple, kopi tubruk.

Baca juga: Steam & Brew Semarang, Coffee Shop dengan Konsep Minimalis dan Menu Andalan Kopi Spesialti

Sambil mencoba menggiling kopi mas Hengki bercerita, “Angelo ini peranakan kuda jawara dunia hlo mas, pernah juara di Kentucky Derby, namanya Red Giant”. Kamipun bertanya, sejak kapan beliau menyukai kuda. “Kebetulan di daerah Blater, Jimbaran ada resto, dan salah satu daya tarik wisatanya menggunakan kuda. Nah, dari situ mas, setiap hari ketika pulang sekolah saya main ke kandang kuda”, begitu jawab mas Hengki.

Mas Hengki ternyata juga penasaran ketika memperhatikan kami menyeduh kopi. Beliau bertanya, “Di suhu berapa bagusnya mas untuk menyeduh kopi ?”. Kami coba jelaskan secara singkat, tergantung level roasting-nya, juga metode seduhnya. Untuk metode klasik, tubruk seperti ini, dengan level roasting medium, jika tidak ada thermometer bisa dikira-kira. Ditunggu sampai 2 menit setelah air mendidih, baru dituang ke bubuk kopi yang sudah digiling.

Berbicara soal kopi di daerah Kabupaten Semarang, mas Hengki juga ingin tahu. Salah satu daerah penghasil kopi yang sudah beliau kenal adalah Lereng Kelir. Untuk daerah Kabupaten Semarang sendiri, mayoritas jenis kopi yang dihasilkan adalah robusta. Hal ini dikarenakan ketinggian daerah ini sangat cocok untuk kopi jenis robusta.

Baca juga: Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi Di Lereng Pegunungan

Kami sendiri juga penasaran dengan kuda dan seluk beluknya, bahkan punya angan-angan untuk memiliki kuda. Karena menurut orang awam, kuda itu “mainannya sultan”. Tetapi pandangan tersebut dibantah oleh mas Hengki, beliau membandingkan kuda dengan sapi. Menurut beliau lebih mudah, lebih ringan untuk memelihara kuda. Tetapi hal ini berlaku jika kita hanya memelihara, lain lagi jika kuda jenis lain.

Jenis kuda yang khas dimiliki Indonesia adalah jenis kuda sandel (Sandalwood Pony). Merupakan kuda dari Sumba, meskipun kecil kuda ini cukup kuat, di sana selain digunakan untuk tunggang dan ternak juga biasa dipakai untuk seserahan perkawinan. Selain itu juga ada beberapa jenis kuda lain.

Sani (LUDEN) di Suharno Stable Jimbaran
Sani (LUDEN) di Suharno Stable Jimbaran

Kami juga bertanya hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memiliki kuda. Mas Hengki berujar, yang utama harus mencintai kuda, sayang kalau hanya beli saja. Kemudian kandang yang ideal berukuran sekitar 5×5 meter, beralas serbuk kayu. Serbuk kayu ini berfungsi supaya alas bersih dan mengurangi bau kotoran.

Untuk range harga, kuda sandel berkisar 15 juta, sedangkan untuk kuda pacu, cukup mahal, dimulai sekitar 40 juta. Kuda pacu ini hasil peranakan kuda sandel dan tolbert (seperti Angelo). Disarankan oleh mas Hengki, semisal memang ingin memelihara kuda, dianjurkan untuk memelihara kuda betina dan berusia 4-5 tahun. Hal ini lebih menguntungkan karena bakal memperanakan anak-anak kuda nantinya.

Perawatan kuda juga hampir sama seperti ternak-ternak berkaki 4 lainnya. Yang sangat perlu diperhatikan yaitu kebutuhan mineral dan kalsium, untuk menunjang kekuatan kaki. Karena menurut mas Hengki kaki adalah bagian tubuh paling rawan di kuda.

Ngopi-ngopi di Peternakan Kuda Suharno Stable Feat. Hengki Yandrika

Kami penasaran, apakah perlu ijin khusus untuk memelihara kuda. Mas Hengki menjelaskan meski sama seperti memelihara hewan ternak lainnya, yang membedakan memelihara kuda akan mendapatkan PRK, seperti akta. Sehingga bisa tahu silsilah kuda yang kita pelihara. Apalagi di era modern sekarang, data-data tersebut tersedia di web PORDASI (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia).

Ada pertanyaan menggelitik dari mas Hengki, soal kopi luwak ataupun kopi gajah. Apakah juga bisa diberlakukan di kuda. Sejauh yang kami tahu, belum ada yang mencoba/memberi makan kopi ke kuda, hingga membantu fermentasi kopi seperti di hewan luwak atau gajah. Siapa tahu Suharno stable mau mengawali metode ini.

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan Hario V60 (Pour Over)

Mengingat kami  ada janji dengan petani kopi di lereng gunung Ungaran, kami berpamitan. Terima kasih mas Hengki dan Suharno stable, untuk waktu dan obrolannya. Sehat selalu, sukses kedepannya dan semoga kita bisa kolaborasi lagi menyeduh di pegunungan dengan naik kuda.

Salam rahayu.

Peta Jalan Suharno Horse Stable
Peta Jalan Suharno Horse Stable

Suharno Horse Stable

Jl. Kalikembar Selatan, Semarang, Jawa Tengah 50661

YouTube: Hengki Yandrika

Continue Reading