Mengenal Perbedaan Kopi Espresso dan Manual Brew

Apa bedanya espresso dan kopi manual brew?

Bagi beberapa orang, secangkir kecil espresso merupakan cara menikmati kopi yang sebenarnya, sementara bagi yang lain seperti pemborosan biji kopi yang sebenarnya bagus, karena kopi yang dihasilkan pahit.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

Tetapi apapun yang Anda pilih, tidak ada salahnya untuk mencoba hal baru. Jika Anda seorang espresso addict, mungkin sekali waktu perlu mencoba kopi manual brew, begitu juga sebaliknya.

Nah, di kopipedia kali ini kami akan coba berbagi apa saja perbedaan diantara keduanya.

Apa Itu Espresso?

Pada dasarnya espresso merupakan metode menyeduh kopi, dimana kopi yang dihasilkan volumenya kecil tetapi memiliki rasa yang kuat. Espresso diseduh dengan cara menyemburkan air panas dengan tekanan tinggi dan kecepatan tertentu melewati bubuk kopi yang sudah ditempatkan di wadah, biasa disebut portafilter. Oleh karena itu perlu mesin khusus untuk membuat espresso.

Sejarah singkat, mesin espresso pertama kali dibuat oleh orang Italia pada akhir abad 19. Pada waktu itu beberapa mesin dengan desain yang berbeda telah dibuat untuk menghasilkan espresso. Meski berbeda desain tapi mesin-mesin tersebut memiliki beberapa bagian yang sama, seperti grouphead dan portafilter. Mesin espresso juga memiliki steam wand yang digunakan untuk memanaskan dan membuat buih (frothing) susu, biasanya ditambahkan dalam minuman kopi seperti cappucino dan cafe latte.

Baca juga: Mengenal Sejarah dan Komponen-komponen dari Mesin Espresso

Kopi Manual brew, di sini kita memakai pour over sebagai perbandingan. Merupakan metode menyeduh kopi yang lebih simple daripada espresso. Secara teknis yang diperlukan hanya air dan biji kopi untuk menyeduh kopi. Meskipun saat ini, banyak sekali inovasi yang ditemukan, terutama oleh orang Jepang di metode pour over.

Beberapa orang menganggap espresso sebagai kopi “paling murni”, sementara yang lain lebih memilih pour over karena kualitasnya yang lebih lembut dan mudah diminum. Pada akhirnya hal ini bermuara pada keterampilan seorang barista, dia akan dapat menyeduh kopi dengan metode apapun.

Baca juga: Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Kandungan Caffeine

Ada satu kesalahpahaman klasik tentang espresso dan kopi, yaitu kandungan kafeinnya.

Kami yakin Anda tahu dengan pemikiran bahwa espresso memiliki kandungan kafein yang jauh lebih banyak daripada secangkir kopi. Dan, seperti yang bisa kita perhatikan dari kalimat di atas, jawabannya adalah benar dan tidak.

Ketika kita mengambil jumlah yang sama dari espresso dan kopi (30 ml misalnya), maka benar bahwa espresso akan memiliki lebih banyak kafein. Tapi sebenarnya itu bukanlah hal mengejutkan. Karena semua orang tahu bahwa segelas kecil espresso benar-benar penuh dengan segala macam rasa dan elemen yang jauh lebih terkonsentrasi daripada yang Anda dapatkan dalam secangkir kopi.

Namun, jika Anda membandingkan berdasarkan ukuran sesuai porsinya, Anda akan menemukan bahwa secangkir kopi 180 ml, sebenarnya memiliki sedikit lebih banyak kafein dibanding single shot espresso (30 ml). Angka spesifiknya bisa sedikit berbeda tergantung pada biji kopi yang digunakan, metode seduhnya, suhu air, waktu ekstraksi, dan lain sebagainya.

Baca juga: Pentingnya Memilih Air Yang Digunakan Untuk Menyeduh Kopi

Rata-rata, secangkir kopi biasanya memiliki antara 80 dan 100 mg kafein, sementara espresso biasanya akan menghasilkan sekitar 60 mg kafein. Jadi bisa dikatakan, espresso dan kopi yang diseduh memiliki jumlah kafein yang berbeda, tetapi keduanya memiliki “lebih banyak” daripada yang lain tergantung pada bagaimana kita melihatnya.

Metode Seduh

Semua kopi berasal dari sumber yang sama, tanaman kopi yang dibudidayakan dan diproses oleh para petani. Tidak ada perbedaan nyata antara “biji espresso” dan biji kopi lainnya. Perbedaan antara kopi dan espresso adalah dari cara mereka diproses dan diseduh.

Baca juga: Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

Roasting

Setelah dipanen dan diproses, biji kopi berwarna hijau pucat, dan tidak layak untuk diseduh. Biji kopi masih perlu disangrai untuk mengeluarkan kualitas terbaiknya.

Baca juga: Mengenal Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi

Biji espresso disangrai sampai sangat gelap (dark roast), hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menahan tekanan tinggi ketika diseduh. Dark roast juga menghasilkan rasa kopi yang full body dengan keasaman rendah, dan sangat cocok untuk diminum dengan campuran susu, seperti latte atau cappuccino.

Profil sangrai yang lebih ringan (light roast) sangat cocok untuk metode pour over, dimana cenderung menghasilkan rasa kopi yang lebih ringan dan rasa buah. Tapi itu semua kembali pada preferensi pribadi Anda. Tidak ada salahnya mencicipi seduhan dengan biji kopi yang berbeda.

Baca juga: Roasting Kopi: Proses Penting Dalam Menentukan Cita Rasa

Grinding

Espresso mungkin adalah metode yang paling tidak mentolerir kesalahan dalam menyiapkan kopi. Biji kopi diseduh dengan tekanan yang sangat tinggi dan batas waktu sekitar 30 detik. Dalam batasan ini, bahkan perubahan terkecil akan berdampak signifikan pada hasil espresso.

Ukuran gilingan (grind size) yang terlalu halus akan menghasilkan espresso yang pahit dan over-extracted, sedangkan gilingan kasar akan menghasilkan espresso yang under-extracted. Grind size untuk espresso harus halus, seukuran antara tepung terigu dan garam meja. Untuk pour over, grind size biasanya lebih kasar. Karena grind size sangat penting, agar menghasilkan espresso yang baik, tentu memerlukan alat penggiling kopi yang berkualitas.

Baca juga: Menentukan Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

Brewing

Inilah perbedaan yang paling mencolok di antara keduanya, yang dijelaskan pada langkah-langkah sebelumnya (roasting dan grinding) merupakan persiapan sebelum brewing.

Kopi saring (filtered pour over) bisa diseduh dengan berbagai cara berbeda dan juga alat pour over yang berbeda, dimana prinsip yang digunakan sama, sedangkan espresso perlu dibuat menggunakan mesin espresso.

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Menggunakan V60 (Pour Over)

Mesin espresso menggunakan tekanan sekitar 9 bar untuk mendorong air panas melalui bubuk kopi dalam waktu 20-30 detik. Ada banyak teknik yang terlibat, dimana setiap detail penting untuk secangkir espresso yang dihasilkan.

Mesin espresso bisa otomatis, semi otomatis, atau manual. Kebanyakan mesin espresso keluaran terbaru akhir-akhir ini otomatis, jadi barista tidak harus memahami semua detail dari alat yang digunakannya.

Jadi, Pilih Espresso atau Pour Over ?

Perbedaannya terletak pada cara kita menyeduhnya. Singkatnya, espresso adalah kopi ala Italia yang diseduh dengan tekanan dan kecepatan tinggi. Anda membutuhkan gilingan halus yang merata pada portafilter dan mesin khusus untuk membuat espresso yang baik. Sebagai perbandingan, pour over biasanya diseduh dengan menyaring air secara perlahan melalui bubuk kopi.

Baca juga: Perbedaan Kopi Single Origin Dan House Blend

Jadi, espresso vs kopi?

Bukan mana yang lebih enak, atau lebih terasa kopinya. Beberapa pecinta kopi bersikeras bahwa espresso adalah bentuk kopi yang paling sejati, sementara yang lain lebih menyukai pour over yang ringan dan kaya rasa. Pada akhirnya, semua kembali ke selera Anda, kopi seperti apa yang ingin Anda nikmati, serta keterampilan barista dan kualitas biji kopinya.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Profesi Barista, Menghidupi Kah? Feat Andre Rivaldo

Muda, supel dan passionate, itulah yang sekilas kami lihat dari Andre Rivaldo seorang barista profesional. Pemuda kelahiran Palembang, 26 April 1999 ini sudah lebih dari 4 tahun menggeluti profesinya. Meski lahir di Palembang, pemuda ini sering bolak-balik  Palembang-Ambarawa, kebetulan keluarga Ibunya asli orang Ambarawa. Hingga akhirnya mulai pertengahan kelas 3 SMP barulah sepenuhnya pindah di Ambarawa.

Ditemani kopi hasil seduhannya, kami ngobrol dan sharing banyak hal. Diceritakan awal mulanya dia bukanlah penikmat kopi, mengenal kopi ya hanya kopi sachet. Baru ketika lulus SMK dan ada kesempatan magang di hotel, kebetulan Andre ambil penjurusan Pariwisata. Barulah dia mengenal espresso based, seperti cappuccino, latte ataupun americano.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Mengenal manual brew, pemuda ini mendapatkannya dari kedai-kedai kopi di sekitar Ambarawa, seperti Ludens dan 10.5 Coffee. Dia bercerita ketika pertama icip kopi manual brew, rasa yang didapat tidak cuma pahit, ada juga rasa asam. “Kupikir cuma pahit hlo mas kopi asli itu, ternyata ada rasa asam juga. Seketika mindset saya berubah soal kopi.”

Baca juga: Cara Menyeduh Kopi Dengan Teknik Pour Over Menggunakan V60 (Manual Brewing)

Kami lalu bertanya, “Pertama icip kopi single origin gimana rasanya, dibanding kopi sachet ?”. “Kaget ya mas, kopi sachet kan cenderung manis, sudah dicampur gula kan. Ketika icip manual brew, kompleks rasanya ternyata tidak cuma pahit, bisa dikatakan kaya rasa. Bahkan semakin sering nyoba, ketemu rasa-rasa yang lain entah fruity atau floral, dll”, begitu jawabnya.

Awal mula menjadi barista, Andre bercerita dari ketidaksengajaan. Ada pengalaman unik ketika magang di hotel jadi waitress, bahkan trauma ketika harus pegang tray. Ketika breakfast satu tray yang berisi 30 cup teh kesenggol salah satu tamu, akhirnya jatuh dan pecah semua. Akhirnya dari situ memutuskan tidak mau lagi bekerja yang berhubungan dengan tray.

Kemudian setelah setengah bulan jobless, ditawari lah dia oleh teman untuk menjadi barista di salah satu coffee shop di Semarang. Dari penikmat akhirnya mulai memulai menjadi penyeduh. Mau tidak mau akhirnya harus sambil belajar, seperti bagaimana rasio kopi yang pas, komposisinya seperti apa ketika membuat latte atau cappuccino, dan lain sebagainya.

Diceritakannya ketika pertama kali belajar menyeduh kopi, Andre dituntut untuk bisa mengoperasikan mesin espresso. Seiring berjalannya waktu, barulah sambi mulai belajar manual brew. Menurutnya menyeduh kopi menggunakan mesin dan manual brew sama susahnya. Hanya saja aspek yang perlu diperhatikan dalam manual brew lebih kompleks daripada menggunakan mesin. Intinya mungkin seorang barista akan sangat berpengaruh dalam manual brew, begitu Andre menambahkan.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Andre Rivaldo (Barista) dan Sani (LUDEN)
Andre Rivaldo (Barista) dan Sani (LUDEN)

Baca juga: Mengenal Sejarah dan Komponen-komponen dari Mesin Espresso

Kami bertanya, “Enak gak sih jadi seorang barista ?”. “Enaklah mas, nyaman, saya juga betah dan bertahan sampai sekarang”. Oh ya, saat ini Andre jadi barista di Tanamera Coffee, yang berlokasi di Tentrem Mall, Semarang. Menurutnya saat ini profesi barista memang menjadi tren, terutama untuk kalangan anak millennial sekarang ini. Apalagi profesi ini tidak memerlukan ijazah yang tinggi ujarnya. Yang penting punya attitude yang baik, mau belajar soal kopi, belajar komunikasi, bisa menggeluti profesi ini.

Untuk pengalaman unik selama jadi barista, Andre berbagi cerita, hal yang paling menyenangkan baginya se-simple ketika seduhannya disukai oleh customer. Di lain waktu juga ketika customer tidak tahu apa yang mereka pesan, seperti apa sih itu espresso. Nah, di sini ilmu komunikasi sekarang barista sangat membantu, paling tidak memberi gambaran, kopi seperti apa yang mereka pesan.

Secara personal, Andre sangat menyukai latte art. Menjadi kepuasan tersendiri ujarnya ketika latte art-nya disukai oleh para customer. Apalagi ketika mereka membawa anak kecil, dan diperlihatkan, merasa sangat diapresiasi hasil latte art-nya.

Andre juga berujar, seorang barista itu bisa dikatakan ujung tombak sebuah coffee shop. Diibaratkan bar tempat mereka menyeduh adalah panggung mereka. Di situ seorang barista harus mempunyai cara komunikasi yang baik, juga menjadi marketing. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada omset penjualan coffee shop.

Sani dan Andre Rivaldo
Sani dan Andre Rivaldo

“Ada tips gak sih, untuk membedakan customer itu bisa diajak ngobrol atau tidak ?”. Menurutnya untuk mengetahui customer yang dihadapi seperti apa, tentu menyesuaikan, dan jam terbang dalam hal komunikasi tentunya. “Bahkan bisa dilihat seorang customer sedang bad mood, atau lain sebagainya. Yang penting istilahnya kita memberi perhatianlah pada mereka”, begitu dia menambahkan.

Menyikapi tren kopi yang selalu berganti, dari manual brew, latte art, dan sekarang yaitu kopi susu yang bisa dikatakan industrinya sangat menjamur dan tidak masuk akal. Andre berujar sekarang mulai akan ke tren coffee mocktail. Di kompetisi nasional bahkan ada cabang lombanya, selain lomba cupping, barista brewer, latte art, cabang ini disebut coffee in good spirit.

Baca juga: Membuat Signature Coffee Mocktail Es Kopi Kayu Manis

Tetapi menurutnya tren kopi susu juga tidak salah, malah seperti media komunikasi untuk memperkenalkan kopi yang sebenarnya. Ini pun juga membantu petani dalam hal ekonominya. Apalagi kita tahu tidak semua petani bisa masuk industri kopi specialty, yang tentunya punya standarisasi. Nah lewat tren kopi susu ini sangat membantu petani menjual biji kopi mereka.

Baca juga: Steam & Brew Semarang, Coffee Shop dengan Konsep Minimalis dan Menu Andalan Kopi Spesialti

Andre juga bercerita ternyata di sekitar tempat tinggal nya, perkebunan kopi dan roastery mulai marak. Seperti daerah Kelir, Gedong Songo, Telomoyo, Gunung Ungaran, dan lainnya. Bahkan dia kepikiran punya ide untuk melakukan fun cupping. Paling tidak supaya bisa saling mengenal satu sama lain yang berkecimpung di dunia kopi lokal di daerah sekitar.

Andre Rivaldo Barista Profesional dari Ambarawa

Sudah menjadi barista lebih dari 4 tahun, tentu kami ingin tahu, bisa gak sih profesi barista untuk dijadikan mata pencaharian utama untuk berumah tangga. Andre berujar, di awal dia memang sempat overthinking, cuma di bar apakah bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Industri kopi luas, dari barista bisa menjadi banyak hal, seperti konsultan dan industri di belakangnya. Jadi bisa dikatakan, profesi barista sangat cukup untuk menghidupi keluarga.

Baca juga: Menyeduh Kopi Di Rumah Dikala Pandemi COVID-19

Suka duka menjadi barista sangat beragam, untuk sukanya dia berujar, seperti dapat kopi gratis, ketemu orang yang beragam. Challenging, seperti bisa menjadi marketing atau story teller, paling tidak mengetahui single origin dari mana dan bagaimana kita menyeduhnya. Untuk dukanya, masih ada segelintir orang masih meremehkan profesi barista. Padahal dari profesi ini bisa merambat ke profesi lain dalam industri kopi yang tentunya lebih menjanjikan.

Terima kasih Andre Rivaldo untuk obrolan dan sharing-nya. Sehat selalu, sukses kedepannya dan segala cita-citanya semoga kita bisa kolaborasi lagi. Salam rahayu.

Baca juga: Kisah Septian Iqbal Dari Barista Menjadi Coffee Roaster

Continue Reading

Mengenal Perbedaan Kopi Single Origin dan House Blend

Ketika mengunjungi kedai kopi atau membeli biji kopi di marketplace, hal yang kita temui adalah tulisan single origin atau house blend. Untuk para penggemar kopi tentu dua istilah tersebut bukanlah hal baru. Meski penggemar kopi, ada juga yang belum tahu apa maksud dari istilah single origin atau house blend. Apalagi bagi orang awam, hal tersebut tentu menjadi pertanyaan bagi mereka.

Baca juga: Beginilah Cara Menyimpan Kopi Yang Baik Dan Benar

Di era third wave coffee, ketika minum kopi tidak hanya untuk melepas dahaga atau kebutuhan akan kafein untuk memompa semangat. Kopi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga membuat para penikmat mencari tahu, dari mana kopi yang mereka seruput berasal, bagaimana prosesnya, dan lain sebagainya. 

Nah, di kopipedia kali ini kami akan sedikit berbagi sejauh yang kami tahu, apa itu single origin dan house blend.

Single Origin

Menurut Wikipedia single origin merupakan istilah untuk menyebut kopi yang tumbuh dan diproses dari satu daerah geografis yang diketahui. Jadi bisa dikatakan single origin merupakan kopi yang berasal dari satu jenis kopi dengan varietas yang sama, dimana lokasi, pembibitan, panen dan proses pasca panen-nya benar-benar asli dari satu tempat, tanpa ada campuran jenis kopi lain.

Baca juga: Mengenal Berbagai Varietas Kopi yang Populer di Dunia

Andra Vlaicu, pemerhati kopi dari Specialty Coffee Association of Europe (SCAE) berpendapat, “Hal yang paling penting tentang single origin coffee adalah traceability nya, kenyataan bahwa anda tahu persis dari mana kopi anda serta spesifikasinya, tidak ada campuran bahan lain.”

Dari pengertian di atas tidak mengherankan jika nama-nama jenis kopi diikuti nama daerah. Beberapa contoh di Indonesia antara lain Kopi Arabika Gayo dari Aceh, Kopi Arabika Malabar dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kopi Arabika Toraja dari Sulawesi Selatan, atau Kopi Bali Kintamani dari daerah Bali, dan lain sebagainya.

Jenis kopi tersebut tentu mempunyai taste notes yang berbeda antara satu dan yang lain. Hal ini dikarenakan kopi yang ditanam akan dipengaruhi oleh kondisi geografis daerah tersebut. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, seperti iklim, keadaan tanah, curah hujan, suhu, dan lain-lain. Inilah yang menjadikan kopi single origin itu unik, karena setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing.

Baca juga: Jenis-jenis Tanaman Kopi di Indonesia dan Perbedaannya

House Blend

Seperti namanya, adalah campuran biji kopi yang bersumber dari lokasi berbeda dan diproses bersama. Sebagian besar campuran kopi menggabungkan biji kopi yang berasal dari dua hingga empat tempat berbeda, beberapa coffee roasters bahkan mungkin mencampurkan delapan atau sembilan macam. Biji kopi ini bisa berasal dari wilayah yang berbeda dalam wilayah geografis yang sama, atau bahkan dari negara yang sama sekali berbeda.

Perlu diperhatikan bahwa mencampurkan biji kopi single origin tidaklah mudah. Karena jika menggabungkan jenis biji kopi yang salah dapat menghasilkan rasa yang hambar atau tidak enak. Hal ini tentu membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang luas. Kita tahu bahwa house blend diracik agar bisa menemukan profil rasa yang seimbang.

Menurut Danny Pinnell, Specialty Coffee Association (SCA), “Blending adalah keterampilan penting dari seorang roasters, dan memadukan kopi single origin yang berbeda dapat menunjukkan pemahaman roasters tentang kopi serta pemahaman yang lebih besar tentang profil rasa.”

Baca juga: Asosiasi Kopi Specialty yang Ada di Dalam dan Luar Negeri

Tidak ada patokan khusus dalam meracik house blend, karena setiap kedai kopi punya cara tersendiri dalam meraciknya. Tidak mengherankan jika di setiap kedai kopi memiliki racikan house blend yang berbeda dan menjadi ciri khas kedai tersebut. Oleh karena itu ketika anda ke kedai kopi, tidak ada salahnya untuk mencicipi racikan house blend mereka.

Mari kita lihat beberapa perbedaan utama antara kopi single origin dan house blend.

Ketersediaan

Karena keterbatasan geografisnya, kopi single origin memiliki ketersediaan yang sangat terbatas. Apalagi jika kopi tersebut bersumber dari pertanian tertentu, musiman (panen 1 tahun sekali) dan tidak dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Sedangkan kopi house blend menggabungkan berbagai jenis kopi, sehingga memungkinkan untuk tersedia sepanjang tahun.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

Harga

Ketersediaan yang terbatas menjadikan kopi single origin lebih mahal tentunya. Karena kopi single origin sangat eksklusif, sehingga membuat harganya juga lebih mahal daripada kopi house blend.

Traceability

Saat biji kopi ditanam di tempat yang sama, anda akan tahu persis dari mana kopi anda berasal. Hal ini tentu membantu industri kopi yang berkelanjutan dan perdagangan yang adil bagi para petani. 

Rasa

Banyak orang dan khususnya penikmat kopi, lebih menyukai pengalaman rasa yang ditawarkan oleh single origin, yang dianggap sebagai kopi dalam bentuknya yang paling murni. Di sisi lain, dengan kemungkinan blending yang tak terbatas, setiap kopi house blend juga unik dan konsisten, menawarkan pengalaman minum yang lebih berlapis dan seimbang.

Baca juga: Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Jadi, Pilih Single Origin atau House Blend ?

Tentu anda sendiri yang menentukan, sudah tahu kan kopi single origin dan house blend sangat berbeda. Jadi tergantung kepada anda para penikmat kopi untuk memilih jenis kopi single origin atau house blend yang ingin anda nikmati.

Baca juga: Mengenal Tentang Apa Itu Specialty Coffee

Jika anda biasanya minum kopi saat bepergian, dengan menambahkan banyak susu atau gula, serta menyukai rasa yang konsisten, maka anda mungkin harus memilih kopi house blend. Lain halnya jika anda lebih suka duduk dan meluangkan waktu untuk menikmati rasa kopi yang “mentah” dan murni, maka kami yakin anda akan menyukai kopi single origin.

Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Cara Menyeduh Kopi Menggunakan Hario V60 (Pour Over)

Pour over merupakan salah satu metode menyeduh kopi secara manual. Metode ini sudah dikenal cukup lama di Eropa, sekitar tahun 1900-an. Meskipun bisa dikatakan sederhana, tetapi metode ini membutuhkan kejelian agar menghasilkan kopi yang nikmat dan berkualitas. 

Sederhananya pour over merupakan teknik penyeduhan kopi dengan mengalirkan air panas ke dalam bubuk kopi. Kemudian kopi yang terekstraksi akan menetes secara perlahan-lahan ke dalam server atau pot saji.

Baca juga: Kesalahan Yang Sering Terjadi Saat Menyeduh Kopi

Salah satu alat yang dikenal banyak orang untuk metode pour over adalah V60. Alat ini diproduksi oleh Hario, pabrik dari Jepang yang berdiri sejak 1921. Pada awalnya pabrik ini hanya memproduksi gelas/tabung kaca kimia tahan panas, kemudian dalam perkembangannya merambah ke tableware.

V60 pertama kali diperkenalkan tahun 2015 oleh Hario. Bentuknya cukup unik seperti cangkir, tetapi mengerucut ke bawah. Alat ini berbahan dasar macam-macam, ada keramik, metal, kaca dan plastik. Yang menarik, di bagian dalam alat ini ada semacam tekstur spiral, dimana berfungsi untuk mengatur aliran air ketika digunakan untuk menyeduh. Sedangkan angka 60 berarti sudut kemiringan kerucutnya, yaitu sebesar 60°.

Baca juga: Pentingnya Memilih Air Yang Digunakan Untuk Menyeduh Kopi

Dalam tips kali ini kami akan berbagi cara menyeduh secara manual, pour over menggunakan Hario V60. Kami ditemani oleh Andre, seorang barista profesional yang biasa bekerja di coffee shop cukup ternama di Semarang.

Baca juga: Andre Rivaldo Barista Profesional dari Ambarawa

Bertempat di lereng pegunungan dengan hawa yang begitu sejuk, perpaduan yang mantap untuk menyeduh kopi. Untuk menyeduh pour over menggunakan Hario V60, kami menyiapkan beberapa alat, ada Hario V60, kettle gooseneck, paper filter, server, biji kopi, grinder dan gelas. Selain itu tentu saja kompor untuk memanaskan air.

Kenapa menggunakan kettle gooseneck, bukan kettle yang lain atau biasa. Karena kettle gooseneck memiliki ujung yang runcing dan kecil. Dengan bentuknya yang seperti itu lebih memudahkan untuk mengatur air yang keluar dari kettle. 

Baca juga: Mengenal Perbedaan Kopi Espresso Dan Manual Brew

Menunggu air panas, kita menyiapkan biji kopi. Untuk seduhan kali ini, biji kopi yang dipakai 15 gr. Menurut Andre rasio yang akan digunakan adalah 1:15, artinya untuk 1 gr kopi diperlukan 15 gr air. Jadi seduhan yang dihasilkan nanti sekitar 225 gr. Biji kopi digiling dengan tingkat kehalusan medium. Untuk suhu air, akan memakai air di suhu 92°.

  • Langkah pertama yang dilakukan adalah flushing. Merupakan teknik membasahi paper filter, langkah ini dilakukan supaya sisa bahan kimia yang tertinggal saat produksi luruh. Sederhananya langkah ini untuk menghilangkan aroma kertas, supaya tidak mempengaruhi cita rasa hasil seduhan kopi nantinya.
  • Setelah membuang air flushing dari server, langkah berikutnya adalah menaruh kopi yang sudah digiling ke paper filter. Setelah ditaruh kemudian kopi tersebut diratakan atau distribusi, hal ini dilakukan supaya ekstraksi kopi rata.
  • Dari sini kita bisa memulai menuang air panas. Ketika menuang air panas dilakukan dengan gerakan memutar atau circular motion. Tuangan pertama menggunakan rasio 1:2, atau 30 gr air. Tuangan pertama ini biasa disebut pre infusion atau blooming, dan ditunggu selama 35 detik. Hal ini dilakukan untuk menguapkan gas yang masih terjebak dalam biji kopi. Gas ini yang biasanya menyebabkan kembung pada perut saat kita minum kopi.
  • Setelah 35 detik, tuangan kedua sebesar 50 gr, sehingga total 80 gr pada timbangan. Ketika air hampir turun semua dari dripper, kemudian dituang lagi sampai berat di timbangan 130 gr. Kebetulan biji kopi yang dibawa Andre dari single origin Toraja Sapan, seperti apa taste notesnya kami coba bertanya. “Acid-nya dari lime, seperti lime juice gitu, ada juga black currant dan palm sweet”, begitu Andre berujar.
  • Selanjutnya tuangkan berikutnya sampai seberat 180 gr kemudian tuangkan terakhir sampai berat total 225 gr, biasanya total waktu untuk menyeduh dengan metode ini sekitar 2 menit 45 detik. Langkah terakhir adalah flushing gelas yang akan kita pakai.

Baca juga: Menentukan Ukuran Gilingan Kopi (Grind Size) Dan Metode Seduhnya

Tanpa basa-basi kami langsung icip seduhan ini setelah dituangkan ke gelas. Dan benar taste notes yang disebutkan Andre diatas begitu terasa, taste good, kopinya pas tidak terlalu tebal. Sungguh beda rasanya ketika kita menyeduh sendiri dibanding diseduhkan oleh barista profesional.

Tutorial Pour Over Menggunakan Hario V60 (Manual Brewing)

Sekian tutorial singkat kami bersama Andre, seduh manual pour over dengan menggunakan Hario V60. Siapa tahu anda ingin mencobanya di rumah, tentu saja dengan biji kopi sesuai selera anda. Kami juga akan bagikan perbincangan santai kami dengannya di artikel selanjutnya. Salam rahayu.

Baca juga: Menyeduh Kopi Di Rumah Dikala Pandemi COVID-19

Continue Reading