Khamidin, Petani Kopi Millenial Lereng Kelir Dusun Gertas

Pada perjalanan sebelumnya kami bertemu pak Sus, untuk ngobrol banyak soal kebun kopi di  Lereng Kelir, Dusun Gertas, Kelurahan Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kali ini kami akan menemui petani millennial, mas Khamidin namanya. Pemuda kelahiran 12 Januari 1989 ini merupakan petani kopi muda di Dusun Gertas.

Perkebunan Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas
Perkebunan Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas

Kami bertemu mas Khamidin yang saat itu sedang berada di kebun kopinya. Melihat pohon kopi yang sudah berbuah, kamipun mengawali perbincangan kami. “Kira-kira kapan ini mas panen raya?”, ” Sekitar Bulan Agustus mas”, jawab beliau. Sedikit cerita, awal kami bertemu mas Khamidin sudah sekitar 2 tahun lalu. Saat itu beliau sudah menggeluti perkebunan kopi, dan sekarang pun masih.

Hal ini menggelitik kami untuk bertanya, “Kenapa mas, masih muda kok mau menjadi petani?“. Beliau kemudian berujar, “Kita meneruskan dari generasi sebelumnya, yang muda harus berani berinovasi. Kita juga sudah punya kekayaan alam yang melimpah, kita yang muda lebih gesit dan punya wawasan lebih.” Dari segi geografis tanah di Lereng Kelir termasuk subur, ditambah adanya kebun kopi yang sudah turun temurun dari jaman dulu.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Mas Khamidin sudah menjadi petani dari tahun 2010, kurang lebih 11 tahun beliau bergelut menjadi petani. Banyak suka dan duka tentu saja menjalani profesi tersebut, di mana banyak anak muda seumuran beliau yang memilih merantau ke luar kota. Beliau mengatakan, “Pekerjaan sebagai petani bukanlah hal yang memalukan, asik malah, dimana kita akan menemui banyak teman, terutama sekarang dengan perkembangan kopi, banyak orang ingin tahu dan banyak belajar tentang kopi.”

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, dusun Gertas, Lereng Kelir merupakan penghasil kopi robusta. Begitu juga di kebun kopi mas Khamidin, yang ditanami kopi robusta. Kebun kopi mas Khamidin mulai ditanam baru sekitar tahun 1999. Ada cerita menarik di tempat kita ngobrol sekarang, yang merupakan kebun kopi. Ternyata dulu, di sini merupakan rumah orang tua mas Khamidin, beliau lahir dan menghabiskan masa kecil di tempat ini, sebelum akhirnya pindah dan dialih fungsikan menjadi kebun kopi. 

Baca juga: Kebun Kopi Lereng Kelir, Perkebunan Kopi Robusta Penghasil Java Mocha

Selama kurang lebih 11 tahun menggeluti tanaman kopi, beliau juga bercerita soal hama atau penyakit tanaman kopi yang pernah menjangkiti. Menurut beliau hama yang paling ditakuti oleh para petani merupakan penggerek batang. Merupakan jamur yang menempel di batang atau dahan kopi dan bisa menyebar dan mudah menularkan ke pohon di sebelahnya. Efeknya membuat pertumbuhan kurang bagus, dan akhirnya berdampak hasil panen yang kurang maksimal. Cara menanggulangi jamur ini biasanya batang yang sudah terkena jamur akan dipotong dan dibakar.

Mas Khamidin menggunakan teknik tumpang sari di kebunnya. Jadi selain kopi, beliau juga menanam pohon lain di sela-selanya. Pohon yang ditanam adalah pohon durian, ada durian lokal juga ada durian yang terkenal cukup mahal, Musang King. Jadi selain berfungsi sebagai peneduh juga bisa menambah penghasilan jika waktunya panen nanti.

Sani dan Khamidin Petani Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas
Sani (LUDEN) dan Khamidin Petani Kopi Lereng Kelir Dusun Gertas

Menyinggung soal berkembang pesatnya pertumbuhan coffee shop, beliau berpendapat, “Memang lagi trend-nya atau gaya hidup, anak-anak muda sekarang ngumpul, sambil ngopi. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi kami para petani kopi, dengan pertumbuhan coffee shop.”

Ada saran menarik yang diutarakan mas Khamidin, “Jangan pernah menganggap remeh kopi robusta. Apalagi di kawasan Gertas ini kami mengolah kopi layaknya bayi yang baru lahir dan kita rawat sedemikian rupa.” Seperti kita tahu, peminat kopi robusta memang tidak sebanyak kopi arabika. Bahkan ada yang menganggap remeh apa itu kopi robusta. Tapi apapun biji kopinya kami yakin semua petani menanam, merawat dan mengolah kopi mereka dengan hati.

Untuk fase pohon kopi, beliau bercerita chery kopi diawali dari bunga, kemudian berbuah menjadi biji kecil. Setelah itu menunggu sekitar 4-5 bulan, tinggal menunggu buah itu kencang dan nantinya matang sempurna, ditandai dengan warna merah pada cherry kopi. Jadi ingat kan apa yang dikatakan pak Sus tempo hari, “Petik merah menjadi harga mati”.

Khamidin: Lahir di Kebun Kopi dan Tumbuh Besar Menjadi Seorang Petani Kopi

Menutup perbincangan dengan beliau, kami berpamitan menuju kedai yang dikelola para pemuda dusun Gertas. Selain menjadi penghasil kopi robusta yang sudah cukup ternama, dusun Gertas juga memiliki kedai kopi. Kita akan bahas kedai kopi ini di artikel selanjutnya.

Baca juga: Kedai Kopi Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi di Lereng Pegunungan

Terima kasih mas Khamidin, sehat selalu dan semoga panen raya Agustus nanti hasilnya memuaskan. Salam rahayu.

Peta Jalan Kebun Kopi Lereng Kelir
Peta Jalan Kebun Kopi Lereng Kelir

Kebun Kopi Lereng Kelir

Jl. Ke Dusun Gertas, Gertas, Kel. Brongkol, Kec. Jambu, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50663

Kontak: 0857-4096-2399 (Khamidin)
Facebook: Khamidin

Continue Reading

Mengenal Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi

Setiap menikmati segelas kopi, ada banyak hal yang menentukan rasa kopi yang kita minum. Mulai dari jenis kopinya, asal kopinya dari mana, bagaimana pengolahan pasca panennya dan juga metode sangrainya. Dalam kopipedia kali ini kita akan secara khusus mengulas singkat proses pasca panen oleh para petani kopi.

Baca juga: Roasting Kopi, Proses Penting dalam Menentukan Cita Rasa Kopi

Dalam proses pasca panen kopi, ada bagian kopi yang memang harus dibuang atau ada juga yang sengaja dibiarkan. Oleh karena itu ada baiknya kita perlu mengetahui struktur anatomi dari buah kopi. Struktur buah kopi pada dasarnya terdiri dari pericarp dan biji kopi. Pericarp sendiri terdiri lagi dari beberapa lapisan seperti kulit luar (outer rind), daging kulit (pulp), layer getah (mucilage) dan kulit tanduk (parchment). Yang paling sering dibersihkan merupakan pericarp, namun lapisan ini juga berpengaruh dalam menambah rasa pada kopi.

Struktur Anatomi Buah Kopi

Sebelum melalui proses pasca panen, kopi terlebih dahulu dipetik, dan hanya buah kopi yang sudah matang yang bisa dipetik. Untuk mengetahui buah kopi tersebut sudah matang atau belum, bisa dilihat dari warna buah kopi. Kopi yang sudah matang sempurna cenderung berwarna merah, dimana banyak kalangan petani menyebutnya ‘petik merah’.

Baca juga: Sedikit Mengenal Apa Itu Specialty Coffee (Kopi Spesial)

Berikut adalah beberapa proses pasca panen pada kopi.

Natural Process

Jika anda main ke kedai kopi dan melihat ada menu kopi single origin dengan nama natural, dapat dipastikan biji tersebut diolah dengan cara natural process. Natural process atau proses kering merupakan metode pengolahan kopi paling sederhana, termasuk teknik pengolahan kopi paling tua. Kenapa sederhana, karena setelah dipanen dan disortir, cherry kopi yang masih utuh akan dijemur di bawah sinar matahari, tanpa perlu mengupas kulit buah tersebut. Tentu saja dalam penjemuran perlu pengawasan, seperti biji kopi dibolak-balik secara berkala. Hal ini dilakukan supaya biji kopi mengering secara merata dan menghindari ada jamur atau pembusukan. 

Natural Process

Penjemuran dalam proses ini dilakukan selama 5-6 minggu, tergantung juga dengan kondisi cuaca. Karena prosesnya yang natural dan alami ini akan membuat cherry kopi terfermentasi secara natural, di mana kulit dan buah kopi menempel di biji kopi. Setelah kering akan dilakukan pengupasan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit ari.

Ketika anda menemukan cherry kopi yang matang (warna merah), coba anda gigit, ada sensasi rasa manis. Dari situlah fermentasi alami pada kopi dengan proses natural ini. Jadi tidak mengherankan jika proses ini menghasilkan kopi dengan notes buah-buahan (fruity), rasa-rasa yang eksotis, body yang lebih banyak dengan tingkat acidity rendah.

Baca juga: Mengenal Asosiasi Kopi Spesialti dari Dalam dan Luar Negeri

Full Washed

Proses pengolahan kopi yang juga dikenal dengan sebutan wet process (proses basah). Pada proses ini kopi yang sudah dipetik akan direndam terlebih dahulu. Tahap ini merupakan langkah pemisahan (sortasi) untuk menentukan cacat atau tidaknya biji kopi tersebut. Jika mengapung maka biji tersebut cacat, sehingga perlu dipisahkan dari biji kopi yang lain. Sedangkan biji kopi yang tenggelam dibiarkan untuk pemrosesan lebih lanjut.

Setelah sortasi, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit dan daging biji kopi menggunakan mesin pengupas (pulper). Biji kopi yang sudah terlepas dari kulitnya ini kemudian dibersihkan lagi dengan memasukkannya ke dalam bejana berisi air. Proses ini dilakukan untuk melarutkan lendir (mucilage) yang masih menempel pada kulit kopi (parchment). Setelah itu, biji kopi yang sudah dibersihkan masuk ke tahap berikutnya yaitu proses perendaman. Perendaman dilakukan selama 12-36 jam, tergantung dari faktor kelembaban dan suhu udara di lingkungan tersebut. Jika suhu di sekitarnya semakin hangat, maka prosesnya akan semakin cepat pula. Selama proses perendaman, air rendaman ini diganti sebanyak satu kali.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

Full Washed

Tahap selanjutnya adalah penjemuran, proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam biji kopi maksimum 12%. Biji kopi yang sudah kering, selanjutnya masuk pada proses pengupasan menggunakan huller, untuk memisahkan biji kopi dengan kulit tanduk. Biji kopi yang baru selesai dikeringkan, harus terlebih dahulu didiamkan atau didinginkan sampai suhu ruangan sebelum dilakukan pengupasan. Proses pengolahan kopi ini menghasilkan seduhan kopi yang clean dan light. Selain itu, kopi yang menggunakan proses ini memiliki body ringan, sedikit berasa buah dan acidity (keasaman) lebih tinggi. 

Semi Washed

Proses pengolahan kopi yang hampir sama dengan full washed, yang membedakan adalah selain tidak membutuhkan air sebanyak proses full washed, pada proses ini melalui dua kali proses pengeringan. Proses pasca panen ini juga merupakan proses pasca panen khas Indonesia, yang biasa ditemukan di Sumatera Utara dan Toraja, dikenal juga dengan proses giling basah.

Baca juga: Sejarah Masuknya Kopi Ke Indonesia

Langkah pertama adalah pengupasan daging buah cherry kopi dengan mesin pengupas (pulper). Setelah dikupas, biji kopi akan direndam sebentar supaya bersih, biasanya sekitar 1-2 jam. Selesai direndam, biji kopi kemudian diangkat dan dijemur. Inilah tahap pengeringan pertama, dimana kadar air dalam kopi disisakan hingga 30-35%. Proses ini memakan waktu 2-3 hari, ditandai dengan terkelupasnya kulit parchment.

Semi Washed

Sebelum tahap pengeringan kedua, biji kopi dikupas terlebih dahulu dari kulit parchment-nya menggunakan huller. Setelah selesai, barulah biji kopi dijemur sampai kadar air dalam kopi tersisa 10-12%. Ini merupakan angka standar yang digunakan dalam industri kopi, untuk menghindari kopi menjadi busuk atau rusak karena terlalu kering. Kopi hasil pengolahan ini memiliki sweetness yang cukup terasa, body penuh dan tingkat acidity lebih rendah dibanding kopi dengan proses full washed. 

Honey Process

Proses ini juga disebut pulped natural, pertama kali ditemukan di Brazil dengan istilah Cereja Descascada, yang artinya cherry yang dikupas. Proses ini hampir sama dengan proses full washed, tapi tanpa melalui fermentasi dan hanya menggunakan sedikit sekali air. 

Honey Process

Pada proses ini buah kopi dikupas dan dikeringkan dengan lapisan mucilage yang masih menyelimuti biji kopi tersebut. Kemudian saat proses pengeringan, lapisan ini masih menyerap kelembaban dari udara sehingga membuatnya jadi semakin lengket yang mirip tekstur madu. Proses ini banyak dipakai di Amerika tengah seperti Costa Rica dan El Salvador, dan mereka menyebutnya dengan kata miel, yang artinya madu.

Lapisan mucilage inilah yang menjadi kunci utama dari honey process, karena menyimpan kandungan gula & acidity yang semakin terkonsentrasi ketika dilakukan pengeringan pada kopi tersebut. Jadi rasa kopi yang dihasilkan dari honey process adalah manis yang cukup intens disertai acidity yang seimbang. Selain itu sisa lapisan mucilage inilah yang menentukan jenis kopi honey process, yaitu yellow, red dan black honey. Warna di sini merepresentasikan warna kopi setelah proses penjemuran.

Yellow Honey, Red Honey, Black Honey

Yellow Honey

Dalam proses ini, hanya sekitar 25% lapisan mucilage yang tersisa. Proses pengeringannya dilakukan di tempat yang tidak terlalu teduh supaya lebih cepat. Lama pengeringan sekitar 8 hari.

Red Honey

Red Honey memiliki 50% lapisan mucilage yang tersisa. Pengeringan dilakukan ketika cuaca agak mendung atau di tempat yang lumayan teduh. Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 12 hari.

Black Honey

Proses ini bisa dibilang paling sulit dan beresiko, karena lapisan mucilage-nya utuh atau 100%. Butuh waktu sekitar 30 hari untuk mencapai kadar air yang diinginkan dalam proses ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Wine Natural Process

Tidak semua jenis kopi bisa diolah dengan proses ini, dianjurkan kopi arabica yang ditanam di ketinggian 1.500 mdpl. Dan tentu saja kopi yang memang sudah siap dipanen atau matang sempurna. Hal ini dikarenakan proses ini memerlukan getah yang cukup banyak untuk proses fermentasi, dan konon getah akan semakin banyak ketika kopi ditanam di ketinggian tertentu. Proses pasca panen ini bisa ditemui di daerah Takengon, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Jawa.

Baca juga: Jenis-jenis Tanaman Kopi

Setelah dipanen dan disortir, cherry kopi ini akan mengalami penjemuran, hal ini mirip dengan natural process dimana cherry kopi setelah disortir langsung dijemur. Yang membedakan adalah waktu pengeringan, untuk wine process memerlukan waktu 30-60 hari bahkan lebih, tergantung cuaca juga. Proses penjemurannya memang sengaja lebih panjang karena petani percaya bahwa semakin lama dijemur, maka cherry akan semakin melekat dengan biji kopi. Dan itulah yang kelak mengeluarkan rasa dan aroma wine.

Wine Natural Process

Lalu apakah rasanya seperti wine ? tidak juga, kopi ini memang terasa unik, segar, asam dan sensasi rasanya berbeda dari kopi biasanya. Hanya memang aromanya yang kuat layaknya wine, dan meskipun beraroma seperti wine, kopi ini tidak mengandung alkohol sama sekali.

Baca juga: Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer

Demikian proses pasca panen yang dapat kami ulas secara singkat, semoga bisa menjadi referensi tambahan bagi anda. Dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode pasca panen, kami mengembalikan kepada anda, kopi seperti apa yang ingin anda nikmati. Atau apakah ada proses pasca panen kopi yang teman-teman sedang kembangkan, bisa tulis di kolom komentar di bawah. Selalu ikuti informasi terbaru perkembangan dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Continue Reading

Kebun Kopi Lereng Kelir, Salah Satu Penghasil Java Coffee

Pagi ini kami menyambangi salah satu perkebunan kopi di Lereng Kelir, Gertas, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Berjarak kurang lebih 2 km dari jalan raya Semarang-Jogja, kami tempuh dengan naik sepeda motor. Ada yang menarik sewaktu kami menuju ke lokasi, kami melintasi rel kereta api yang bisa dibilang tidak biasa. Kenapa tidak biasa, karena ada jalur gerigi di tengah rel tersebut untuk membantu kereta melewati jalur tanjakan.

Tanpa berlama-lama kami kembali meneruskan perjalanan, melewati area perkebunan desa hawa sejuk menyapa kami. Sampailah kami di daerah Gertas, di situ sudah ada salah satu petani kopi yang sudah menunggu, sebutlah namanya Pak Sus. Setelah sedikit beramah-tamah, kami langsung menuju area perkebunan kopi. Kondisi tanah yang sedikit becek karena hujan semalam, tidak mengurangi semangat kami untuk melihat langsung area perkebunan kopi Lereng Kelir.

Sani dan Pak Susilo Pengelola Kebun Kopi Lereng Kelir
Sani (LUDEN) dan Pak Susilo Pengelola Kebun Kopi Lereng Kelir

Oh iya, daerah ini juga memiliki objek wisata, Puncak Lereng Kelir, jalur yang kita lewati menuju area perkebunan bisa juga untuk akses ke sana. Sampailah kami di salah satu spot yang cukup teduh di area perkebunan kopi Lereng Kelir. “Bisa diceritakan pak, sejarah kebun kopi ini sejak kapan?”, kami coba bertanya. Beliau menceritakan sekitar 70 tahun bahkan lebih, keberadaan kebun kopi Lereng Kelir ini, yang merupakan peninggalan dari generasi sebelumnya. “Tanaman kopi di sini sudah ada ketika saya masih kecil, ini yang ada di dekat kita ini mungkin sudah berumur sekitar 40 tahun”, begitu beliau menambahkan.

Tidak heran jika di dekat Kecamatan Jambu, tepatnya di daerah Bedono, dahulu juga sudah ada yang mengolah hasil kopi dari perkebunan-perkebunan sekitarnya, yaitu Kopi Eva. Jika ditelisik lebih jauh menurut beliau, jenis kopi yang ada di Lereng Kelir ini merupakan salah satu varietas yang disebut Java Coffee (Kopi Jawa). Untuk hasil kopi Lereng Kelir, pak Sus berujar, “Mayoritas adalah kopi robusta, hampir 99%. Hal ini karena kecocokan ketinggian di sini yang berada di ketinggian sekitar 900 mdpl, dimana kurang tinggi untuk jenis kopi arabika, yang bisa tumbuh dan berkembang dengan baik di ketinggian sekitar 1.300 mdpl.”

Perkebunan Kopi Lereng Kelir Dsn. Gertas, Kec. Jambu, Kab. Semarang
Perkebunan Kopi Lereng Kelir Dsn. Gertas, Kec. Jambu, Kab. Semarang

Untuk perawatan tanaman kopi beliau menceritakan, pada zaman dahulu ketika perawatan pertanian belum semaju sekarang. Pohon-pohon kopi tumbuh tinggi, sehingga kesulitan untuk waktu panen, harus memanjat ataupun menurunkan cabang yang tinggi. Pada tahun 90an barulah ada kelembagaan dan pelatihan SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) pada tanaman komoditi kopi, dari dinas Kecamatan Jambu maupun Kabupaten Semarang. Dari sinilah dimulai sistem pengolahan tanah dan perawatan tanaman yang lebih modern.

Modern di sini salah satunya adalah penggunaan pupuk kimia dalam perawatan tanaman. Akan tetapi, karena menurut beliau efek dari pemakain pupuk kimia secara terus menerus, malah menjadikan tanah menjadi kurang subur. Pak Sus menggerakkan lagi para petani, terutama petani muda di Lereng Kelir ini untuk menggunakan kembali pupuk organik, dengan pupuk kandang maupun pupuk organik cair. “Regenerasi tanah akan lebih baik jika menggunakan pupuk organik dalam perawatan tanaman, bisa dikatakan tetap subur”, beliau menambahkan.

Dengarkan kisah ini di Spotify

Kami juga bertanya apa yang didapat dari para petani, dengan industri kopi yang sedemikian maju sekarang ini. Beliau kemudian bercerita bagaimana dahulu sebelum ada kelompok tani, para petani memasarkan kopinya sendiri-sendiri, tidak ada keseragaman harga. Barulah ketika ada kelompok tani dan gapoktan (gabungan kelompok tani) di daerah gunung Kelir, pemasaran dibuat satu pintu. Selain itu, para petani juga sudah diberi pengertian bagaimana cara mengolah tanah, merawat tanaman,  memanen kopi dan pemrosesan pasca panen yang benar. Bahkan beliau berujar, “Kita para petani punya slogan, petik merah menjadi harga mati.” Tentu saja kualitas kopi akan mengikuti, begitu pemrosesan di awal sudah dilakukan dengan benar. Hingga saat ini kopi Lereng Kelir sudah diekspor ke negara Jepang dan beberapa negara di Eropa.

Baca Juga: Khamidin, Lahir di Kebun Kopi dan Tumbuh Besar Menjadi Seorang Petani Kopi

Selain tanaman kopi di sekitar perkebunan kopi Lereng Kelir, ada juga beberapa tanaman lain yang mendukung perekonomian para petani. Beliau berujar, “Sebagai tanaman tumpang sari, juga sebagai naungan ada pohon Durian. Dimana dusun Gertas juga dikenal penghasil buah durian yang baik. Kita masih masuk di kelurahan Brongkol yang dikenal sebagai salah satu penghasil durian terbaik”. Sebelum Durian kebanyakan petani di dusun Gertas memiliki pohon Cengkeh. Dikarenakan tahun 2016 terserang hama membuat kebanyakan pohon Cengkeh mati, dan tinggal sedikit sekali yang masih. Tambahan pohon lain yang menjadi tumpang sari di perkebunan kopi Lereng Kelir antara lain Alpukat, Nangka, dll. Sehingga selama kurun 1 tahun para petani tidak hanya menggantungkan hasil dari panen kopi.

Kebun Kopi: Lereng Kelir, Dsn. Gertas, Kec. Jambu, Kab. Semarang, Jawa Tengah

Menyikapi perkembangan kopi di indonesia yang semakin pesat, pak Sus berpendapat “Perkembangan di industri kopi sangat membantu kami sebagai petani. Dimana dulu kami hanya menjual kopi dalam bentuk kopi cherry atau green bean. Sekarang para pemuda kami sudah berinovasi mengolah pasca panen, sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani”. Sebagai tambahan, di dusun Gertas para pemudanya juga memiliki cafe yang menjual hasil perkebunan kopi di Lereng Kelir. Kita akan bahas lebih lanjut mengenai kedai ini lain waktu.

Baca juga: Coffe Shop Hillside Cafe Lereng Kelir, Sensasi Ngopi di Lereng Pegunungan

Menutup obrolan dengan pak Sus, kami bertanya apa harapan beliau, yang berperan di hulu dalam industri kopi. “Kalau bisa yang di hilir (pemilik coffee shop) membantu kami, mungkin bisa main ke kebun kopi. Mari kita belajar dan bekerja sama, kita saling bantu”. Kita tahu antara hulu dan hilir dalam industri kopi di indonesia, bisa dikatakan sedikit jomplang.

Terima kasih pak Sus, sudah menemani kami jalan-jalan di perkebunan kopi. Kita sudah belajar banyak, tidak hanya soal kopi, juga hal-hal lain.

Semoga selalu sukses perkebunan kopi Lereng Kelir. Salam rahayu.

Peta Jalan Kebun Kopi Lereng Kelir
Peta Jalan Kebun Kopi Lereng Kelir

Perkebunan Kopi Lereng Kelir

Jl. Ke Dusun Gertas, Gertas, Kel. Brongkol, Kec. Jambu, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50663

Kontak: 0888-9822-215 (Pak Sus)
Facebook: Ihwan Susilo

Continue Reading

Mengenal Beragam Varietas Kopi Yang Populer Di Dunia

Setelah dalam artikel kopipedia sebelumnya kita mengenal jenis-jenis tanaman kopi. Dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang varietas kopi yang populer di dunia. Terdapat banyak jenis varietas kopi yang ada di dunia, ada yang hanya bisa tumbuh dan berbuah dengan baik di satu tempat, dan ada juga yang persebarannya di beberapa negara penghasil kopi.

Baca juga: Jenis-jenis Tanaman Kopi

Apa itu varietas kopi? menurut Wikipedia, varietas kopi adalah subspesies yang berasal dari pembiakan selektif atau seleksi alam dari tanaman kopi. Kadang ada yang menyalah artikan varietas merupakan sebutan lain untuk single origin. Padahal single origin merupakan penyebutan untuk daerah asal kopi tersebut ditanam. Selain varietas ada juga kultivar, yang merupakan sebutan untuk budidaya kopi dengan rekayasa dari manusia (hortikultura), bisa melalui penyilangan varietas, sehingga bisa menghasilkan tanaman kopi unggulan.

Tabel Periodik Varietas Kopi
Tabel Periodik Varietas Kopi. Sumber: coffeecomission.com

Baca juga: Mengenal Asosiasi Specialty Coffee dari Dalam dan Luar Negeri

Berikut ini beberapa varietas kopi yang menurut kami populer di dunia.

Typica

Menurut sejarah, Typica sama seperti kebanyakan jenis kopi arabika, berasal dari Ethiopia. Sekitar abad ke-15/16 dibawa ke Yaman. Pada tahun 1600, benih dari Yaman dibudidayakan di India. Kemudian pada tahun 1696 dan 1699, biji kopi dikirim dari pantai Malabar di India ke pulau Batavia (sekarang disebut Jawa di Indonesia). Beberapa benih inilah yang memunculkan apa yang sekarang kita kenal sebagai varietas Typica yang berbeda.

Typica

Varietas ini bisa dikatakan nenek moyangnya kopi yang kita kenal saat ini. Kata typica sendiri di bahasa Latin memiliki arti biasa. Dengan bentuk pohon yang tinggi, varietas ini menghasilkan hanya sedikit cherry yang ukuran bijinya cukup besar. Varietas ini juga lebih rentan terhadap penyakit. Tetapi dibalik itu semua, Typica adalah jenis kopi yang sangat populer, dan terkenal dengan kualitas cita rasanya yang clean, sweet, dan kualitas yang baik.

Baca juga: Sejarah Awal Mula Kopi Ditemukan

Bourbon

Bourbon diperkenalkan oleh misionaris Perancis, dibawa dari Yaman ke Pulau Bourbon (sekarang La Réunion) pada awal tahun 1700-an. Hingga pertengahan abad ke-19, varietas Bourbon hanya ada di pulau itu. Tetapi mulai pertengahan tahun 1800-an, barulah varietas ini menyebar ke benua Afrika dan Amerika, bersama dengan para misionaris. Dari sinilah dimulai penyebaran Bourbon ke beberapa negara Afrika dan Amerika latin.

Bourbon

Bourbon merupakan salah satu varietas kopi arabika yang paling penting secara genetik di dunia. Termasuk varietas dengan bentuk pohon tinggi, tetapi sangat sedikit menghasilkan cherry yang ukurannya medium. Jika dibudidayakan di daerah dengan ketinggian yang tepat, dapat menghasilkan kualitas yang sangat baik saat kita menyeduhnya. Bisa dikatakan Bourbon ini adalah kopinya kopi.

Caturra

Varietas ini ditemukan di sebuah perkebunan di negara bagian Minas Gerais di Brasil antara tahun 1915 dan 1918. Caturra memiliki mutasi gen tunggal yang menyebabkan tanaman tumbuh lebih kecil (dwarfisme). Namanya berasal dari kata Guarani yang berarti “kecil”, juga bisa disebut “Nanico.”

Caturra

Caturra adalah mutasi alami dari varietas Bourbon. Dengan bentuk pohon yang kecil, menjadikan tanaman ini bisa ditempatkan lebih berdekatan. Jarak cabang sekundernya juga berdekatan, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan lebih banyak buah di tempat yang sama. Yang menjadi kekurangan varietas ini adalah, sangat rentan terhadap penyakit karat daun. Selain itu varietas ini memiliki karakter body yang halus dan tingkat kemanisan yang lebih rendah dari bourbon.

Catuai

Merupakan hasil persilangan antara Mundo Novo dan Caturra, dibuat oleh Instituto Agronomico (IAC) dari Negara Bagian Sao Paulo di Campinas, Brasil. Untuk kultivar diciptakan pada tahun 1949 dari persilangan kuning Caturra dan Mundo Novo, dan awalnya disebut H-2077. Ada jenis cherry kuning ataupun merah, dan telah menjadi banyak pilihan di berbagai negara.

Catuai

Tanaman ini sangat produktif dibandingkan dengan Bourbon, hal ini karena ukurannya yang kecil, yang memungkinkan jarak tanam lebih dekat, sehingga produksi menjadi lebih banyak. Selain itu Catuai juga lebih tahan karat daun daripada Caturra. Catuai memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Namun, ketika ditanam dan diproses dengan baik, Catuai dapat menghasilkan secangkir kopi yang enak bahkan ketika disangrai gelap.

Baca juga: Roasting Kopi, Proses Penting dalam Menghasilkan Cita Rasa Kopi

Pacas

Pacas adalah mutasi alami Bourbon, mirip dengan Caturra di Brazil. Varietas tersebut ditemukan pada tahun 1949 di sebuah pertanian milik keluarga Pacas di wilayah Santa Ana di El Salvador. Kemudian pada tahun 1960, Salvador Institute for Coffee Research (ISIC) memulai program seleksi silsilah untuk Pacas.

Pacas

Varietas ini memiliki mutasi gen tunggal yang menyebabkan tanaman tumbuh lebih kecil (kerdil). Hal ini memungkinkan menempatkan tanaman lebih dekat, sehingga lebih mudah dalam proses perawatan, dan dapat meningkatkan total produksi. Sayangnya varietas ini rentan tehadap penyakit karat daun. Untuk rasa, kopi yang dihasilkan dari varietas ini juga cukup enak.

Gesha

Varietas ini awalnya dikumpulkan dari hutan kopi di Ethiopia pada tahun 1930-an. Dari sana, kemudian dikirim ke stasiun penelitian Lyamungu di Tanzania, dan kemudian dibawa ke Centro Agronómico Tropical de Investigación y Enseñanza (CATIE) di Amerika Tengah pada tahun 1953. Kopi varietas ini menjadi terkenal pada tahun 2005 ketika keluarga Peterson dari Boquete, Panama, memasukkannya ke dalam kompetisi dan lelang “Best of Panama“. Dimana pada waktu itu menerima nilai yang sangat tinggi dan memecahkan rekor harga lelang green beans.

Gesha

Gesha atau Geisha, digunakan bergantian untuk menyebut varietas ini. Memiliki pohon tinggi dan tahan terhadap penyakit karat daun menjadikannya unggulan. Tetapi yang paling utama adalah cita rasa yang dihasilkan dari seduhan kopi ini. Kopi ini memiliki cita rasa yang eksotis, karena menghasilkan aroma jasmine dengan perpaduan rasa buah-buahan seperti blueberry, mangga, pepaya, dan jeruk.

Colombia

Varietas kopi yang dikenal juga dengan nama Variedad Colombia. Oleh Cenicafe varietas ini Dikembangkan selama lima generasi antara tahun 1968 dan 1982, yang merupakan hasil dari hibridisasi sukses antara Caturra dan Timor Hybrid.

Varietas Colombia memiliki bentuk pohon yang tinggi dan tahan terhadap penyakit, juga menghasilkan cherry yang cukup banyak. Anda akan mendapatkan cita rasa caramel, coklat, dan sedikit manis ketika menyeduh kopi ini.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Kopi Lanang Atau Peaberry

Ethiopia Heirloom

Siapa yang tidak mengenal negara ini, salah satu penghasil kopi terbaik di dunia, bahkan banyak varietas kopi berasal dari negara ini. Ya, varietas ini ditujukan untuk varietas yang tersebar di Ethiopia, yang diyakini berjumlah lebih dari 6.000 varietas.

Varietas ini termasuk ke dalam varietas wildflower yang diturunkan dari hutan alami penuh kopi di bagian Barat Daya Ethiopia. Setiap desa di di daerah ini memiliki jenis-jenis kopi mereka sendiri yang secara turun temurun dan berabad-abad silam dibentuk oleh tanah, ketinggian dan cuaca. Cita rasa varietas ini tentu juga beragam, menyesuaikan dimana varietas ini ditanam.

S288

Nama yang kurang biasa untuk varietas kopi. Varietas ini merupakan hasil persilangan secara alamiah antara jenis kopi arabika dan liberika. Varietas yang ditemukan di India ini, yang melalui genetik Liberika, sehingga varietas ini tahan dari penyakit karat daun yang merupakan kelemahan arabika.

Catimor

Merupakan varietas hasil dari persilangan/kultivar dari Caturra dan Timor, dikembangkan pada tahun 1959 di Portugal. Timor sendiri merupakan hasil persilangan arabika dan robusta, menghasilkan kopi yang tahan penyakit karat daun seperti robusta, namun memiliki kekayaan rasa khas kopi arabika. Karena dari nama induk Caturra dan Timor itulah, varietas ini bernama Catimor.

Catimor

Catimor pada umumnya memiliki hasil panen yang sangat banyak, dan juga ketahanannya terhadap penyakit karat daun. Hal ini menjadikan Catimor digemari oleh banyak petani kopi. Keasaman kopinya sangat rendah, sedangkan bitterness yang ada padanya terkandung begitu tinggi. Jika diproses dengan baik dan benar Catimor akan memberikan aftertaste herbal yang mengasyikkan, ada juga sentuhan fruity pada after taste-nya.

Baca juga: Mengenal Bermacam Proses Pengolahan Pasca Panen Kopi

Java

Varietas ini memiliki sejarah budidaya yang panjang. Sesuai namanya, varietas ini diperkenalkan ke pulau Jawa langsung dari Ethiopia oleh Belanda pada awal abad ke-18. Pada pertengahan abad ke-20, benih ini dibawa ke Kamerun oleh seorang petani lokal melalui perusahaan Vilmorin, yang memperoleh benih di Jawa dari Porteres (seorang peternak terkenal).

Java

Dengan pohon yang tinggi dan pucuk daun berwarna coklat, varietas ini memiliki ukuran cherry yang cukup besar. Varietas ini juga relatif lebih tahan terhadap penyakit karat daun dan juga kebutuhan pupuk yang tidak terlalu banyak. Untuk petani kecil varietas ini menjadi pilihan mereka. Cita rasa yang dihasilkan varietas ini sangat enak, dengan tingkat keasaman yang tipis ditambah cita rasa manis, ada yang bilang varietas ini bisa menjadi alternatif dari Gesha.

Itulah beberapa varietas kopi yang populer di dunia. Dengan seiringnya perkembangan industri kopi yang terus berkembang, tentunya kedepan semakin banyak varietas-varietas baru yang bisa ditemukan. Begitu Pula kultivar juga pasti semakin bervariatif berkat kemajuan ilmu dan teknologi. Mungkin dari teman-teman ada tambahan informasi tentang varietas atau kultivar baru bisa komen di kolom komentar di bawah.

Ikuti terus informasi terbaru dunia kopi bersama LUDEN. Salam rahayu.

Baca juga: Mengenal Tentang Apa Itu Kopi Spesial (Specialty Coffee)

Continue Reading